21

18.1K 1.1K 21
                                    

Mutia tercengang melihat lingkaran hitam yang menghiasi mata Cinta.

"Bukannya habis libur?" tegur Mutia.

"Nggak ada hari libur untuk mahasiswa tingkat akhir," jawab Cinta.

Mutia terkekeh. "Kamu beruntung, malam ini VK sepi."

"Beneran?" tanya Cinta takjub. Dia tak menyangka kalau doanya sungguh terkabul.

"Iya tuh, nggak ada pasien. Semua pasien sudah pindah ke ruang nifas tadi sore." Catur ikut menimpali.

Cinta mengelus dada dan bersyukur. Ketika dia hendak duduk, Bu Diah dan Rangganteng masuk ke ruang bidan bersama-sama. Bu Diah menyapa dengan ramah, sementara Rangga hanya mengangguk sekilas lalu duduk di depan rak status pasien yang kosong.

"VK kosong?" tanyanya.

"Aman terkendali, Dok," kata Kak Alfa sembari meng-acungkan jempol. Sepertinya dia adalah orang yang paling bahagia bila shift malam sepi.

"Magabut dong," ujar Rangga tampak tidak senang. Dokter itu akhirnya duduk di salah satu kursi, lalu memainkan Mobile Legend.

Cinta mendekati Bu Diah yang duduk di sebelah Rangga.

"Bu Diah, besok saya mau minta izin untuk meminjam ruang presentasi," ucap Cinta.

"Oh, besok kamu presentasi, ya? Jam berapa?"

Rangga yang tampak berkonsentrasi main game menajamkan kuping. Cewek ini besok presentasi? Wah, saatnya pembantaian nih. Senyum Rangga terkembang lebar.

"Setelah dinas Bu, sekitar jam delapan."

"Oke, askebnya sudah kamu kumpulkan?"

"Ini Bu, revisinya kemarin." Cinta menyerah askebnya.

Bu Diah menerimanya dan mengangguk. Wanita itu mengerutkan kening sejenak melihat mata Cinta yang terlihat lelah.

"Kamu sakit?" kata wanita itu penuh perhatian.

Cinta menggeleng dan tersenyum kecil. Pembimbing lapangan yang satu ini sangat berbeda dengan stereotip bidan senior yang galak dan kejam. Beliau sangat ramah dan penuh perhatian, membuat Cinta jadi rindu pada ibunya. Kesibukan orang tuanya membuat Cinta bahkan belum tentu bisa bertemu mereka sebulan sekali.

"Saya baik-baik saja, Bu."

"Tapi kamu kelihatan lelah. Karena VK kosong, kamu istirahat saja ya."

Cinta mengangguk dengan patuh. Dia lalu undur diri dan kembali pada perkumpulan mahasiswa yang kini sedang melipat kasa depers*. Rangga melirik cewek itu. Bawah matanya memang tampak menghitam. Apa yang dikerjakan cewek itu ketika tahu dia mau shift malam? Seharusnya dia istirahat, dong. Masa bekerja dengan kondisi seperti itu? Rangga mencebik tidak senang. Mungkin saja cewek itu habis maraton drama Korea seperti yang biasa dilakukan oleh adiknya. Cewek-cewek jaman sekarang kan hobinya begitu.

"Ada rujukan!" seru Pak Didit, perawat dari UGD yang tiba-tiba muncul di ruang bidan sembari membawa status di tangan.

Tenaga kesehatan yang lain tampak ogah-ogahan. Padahal baru sebentar mereka menikmati indahnya VK yang sepi. Hanya Rangga saja yang tampak bersemangat. Dia bahkan mendahului Bu Diah menghampiri pasien yang sudah dipindah-kan ke balik tirai VK1.

"Diagnosisnya apa?" tanya Rangga.

"GIII P2002 Ab000, UK 39-40 minggu, letkep, puki, prolonged laten phase," terang bidan yang merujuk pasien.

"Pembukaan berapa?"

"Pembukaan tiga, Dokter. Hisnya tidak adekuat. Sudah sembilan jam tidak ada perubahan."

Rangga melihat ibu yang tampak lemah dan kesakitan. Cinta mengukur tensi sementara Mutia memeriksa denyut jantung janin dengan menggunakan doppler.

"Tekanan darah 120/70 mmHg."

"DJJ 136 kali per menit."

"Multigravida, ya?" ulang Rangga. "Kalau begitu siapkan induksi."

"Baik, Dokter."

Semua paramedis bekerja dengan cepat sementara Rangga menyapa pasien dan menanyakan keluhannya. Cinta melirik komunikasi interpersonal Rangga dengan pasien yang cukup baik. Seandainya Rangga sedikit ramah seperti Dokter Gama, dia pasti cukup populer. Sayang sekali, cowok itu hanya manis di depan pasien saja. Dasar bermuka dua! Kenapa cowok itu nggak bisa bersikap seperti itu padanya sedikit saja sih? Tiba-tiba saja Rangga menoleh padanya dengan alis berkerut. Cinta buru-buru buang muka.

"Naikkan sepuluh tetes tiap tiga puluh menit," titah Rangga sembari botol infus D5 yang sudah terpasang.

Cinta dan teman-temannya mengangguk dengan khidmat. "Baik, Dokter."

Setelah itu Rangga berpamitan untuk melaporkan hasil pemeriksaan pada Dokter Gama. Cinta, Catur, dan Mutia duduk di sebelah pasien yang mengerang beberapa kali karena kesakitan. Mereka bertugas melakukan observasi induksi persalinan.

"Syukurlah hisnya jadi adekuat, sepertinya bisa lahir normal," kata Mutia yang baru saja memeriksa kontraksi uterus.

Catur melirik Cinta yang duduk dengan terkantuk-kantuk. Cewek itu kelihatan sangat lelah. Kepala Cinta jatuh ke pundak Catur. Cowok itu tersenyum, lalu membiarkannya saja.

Mutia mencatat lembar partograf dengan saksama. Dia tidak ingin kena semprot Rangga seperti kasus Cinta beberapa hari lalu. Cewek itu mengerutkan kening melihat posisi Cinta dan Catur.

"Hei, ada inpartu, nih! Malah mesra-mesraan gitu!" geram Mutia.

Cinta langsung tersadar dan menepuk-nepuk pipinya. "Ya ampun, aku ketiduran," keluhnya. Sekarang rasa kantuknya menjadi lebih berat.

"Sini berdiri, biar nggak ngantuk!" dengus Mutia.

***

Diagnosis kebidanan dapat diartikan ibu hamil ketiga, anak lahir hidup 2, usia kehamilan 39-40 minggu, letak kepala, punggung kiri, prolog laten phase adalah kala 1 fase laten memanjang. Dalam persalinan terdapat 4 tahap yang disebut dengan kala. Kala I adalah tahap pembukaan. Pembukaan 1-3 disebut fase laten. Pembukaan 4-10 disebut fase aktif. Kala II adalah tahap setelah pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir seluruhnya. Kala III adalah tahap setalah bayi lahir sampai dengan plaseta (ari-ari yang menghubungkan ibu dengan bayi) lahir seluruhnya. Kala IV adalah tahap setelah plasenta lahir sampai dengan 2 jam post partum.

***

Votes dan komen Guys...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Love And Heart [Republish]Where stories live. Discover now