Love And Heart [Republish]

8

"Kak, kamu kemarin habis nolak tetangga sebelah itu, ya?" tegur Cinta saat sarapan pagi bersama sang kakak.

Nurani berhenti menyuap nasi ke mulutnya lalu tersenyum. "Nggak baik lho nguping pembicaraan orang," ucapnya.

Cinta mendengus. "Jadi tetangga sinting kita itu sensi sama aku gara-gara Kakak!" amuknya.

"Maaf, ya, Cintaku," kekeh Nurani tanpa rasa bersalah.

"Kampret! Maaf doang! Bisa nggak, sih, kalian cakar-cakaran sendiri sana nggak usah melibatkan aku!" umpat Cinta kesal.

Kakaknya malah tertawa sembari mengaduk-aduk nasi goreng di piring. Cinta memandangi Nurani dengan tatapan penuh selidik.

"Kenapa Kakak nolak dia? Apa Kakak masih mikirin Kak Erza?"

Melihat ekspresi kakaknya yang dingin, Cinta tahu tebakannya tepat. Nurani hanya tersenyum sangat manis, kemudian bangkit.

"Kakak berangkat dulu, ya."

"Nggak dihabisin sarapannya?" tegur Cinta saat melihat isi piring Nurani masih utuh.

"Kamu abisin aja, perut Kakak agak begah," dalih cewek itu. Dia meraih snelli* kemudian melangkah keluar rumah setelah mengenakan sepatu.

Cinta memandangi punggung kakaknya dengan priha-

tin. Dia ikut sedih melihat Nurani, tapi tak ada yang bisa dia lakukan.

***

Nurani membuka pintu mobil, kemudian duduk di kursi kemudi. Dia menyandarkan punggung sembari mene-rawang mengingat kejadian dua tahun silam ketika Erza berpamitan padanya. Nurani seperti ditampar saat mendengar Erza akan berangkat besok ke Jalur Gaza sebagai relawan kemanusiaan selama dua tahun. Bagaimana bisa Erza baru mengatakan hal itu ketika dia akan berangkat besok? Apakah Nurani sama sekali tak ada artinya bagi cowok itu? Nurani ingin marah tapi dia tak punya hak. Mereka nggak pacaran karena prinsip hidup Erza yang teguh. Mereka nggak punya keterikatan apa-apa.

"Aku akan nunggu kamu pulang," ucap Rani.

"Rani," panggil Erza lembut. "Aku pergi untuk mati. Jangan buang-buang waktu kamu."

Air mata Nurani jatuh tak tertahankan. "Kenapa? Kenapa harus ke sana? Kenapa harus ke Palestina? Apa nggak bisa kamu jadi relawan di tempat lain? Indonesia ini supermarket bencana. Kamu bisa jadi relawan di sini!"

Erza hanya tersenyum. "Rani, ini cita-citaku sejak dulu. Aku menjadi dokter untuk hari ini."

Nurani menunduk. Dia tahu apa pun yang diucapkan tak akan bisa mengubah keputusan Erza.

"Kalau begitu aku minta kamu janji satu hal," tegas Rani.

"Apa?" tanya Erza kebingungan.

"Kalau setelah masa pengabdianmu habis dan kamu bisa pulang dengan selamat. Saat itu ... ayo kita menikah."

Erza tertawa. "Aku malu dilamar kamu begini. Kamu curang banget!"

Ingatan masa lalu Nurani itu menghilang dalam benaknya dan menyisakan rasa pedih. Setelah masa pengabdian dua tahun berlalu, Erza tidak menepati janji. Cowok itu malah memperpanjang kontrak. Entah kapan dia akan pulang. Sampai kapan Rani harus menunggu?

***

Setelah shift pagi lalu shift malam benar-benar serasa liburan. Cinta menikmati hari dengan mengerjakan laporan dan mendengarkan alunan musik. Sesekali dia bernyanyi mengikuti irama. Tanpa sadar, tahu-tahu jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Buru-buru Cinta bangkit. Dia mandi, lalu mengganti pakaian dengan seragam praktik. Ketika keluar kamar, sungguh tak terduga, dia bertemu pria itu. Dokter Rangga.

Cowok itu menatapnya dengan tajam seolah mau melubangi kepala Cinta. Cinta mengangguk dan menyapanya dengan sopan.

"Malam, Dog!" Cinta cukup senang memanggil pria ini dengan singkatan gelar begitu. Dalam hati dia terkekeh karena bisa mengatai orang sesuka hati tanpa ketahuan.

***

Partus set adalah peralatan untuk menolong persalinan.

Vote dan komen ya guys...

Aku masih terus promosi ya hehehe. Yg minat langsung ke Shopee 27bookstore aja.