32

20.7K 1.2K 275
                                    

Cinta melirik Rangga yang berjalan di depannya dengan canggung. Hanya lima menit dengan berjalan kaki dari rumah sakit mereka ada sebuah mall. Cinta dan Rangga berdampingan menuju tempat itu. Mereka mendapatkan tugas dari orang-orang di VK gara-gara kalah terus main kartu. 

Mall itu cukup ramai karena hari ini malam minggu. Sepanjang jalan kenangan ada saja pasangan yang berwara-wiri di sekitar mereka. Canggung sekali rasanya berdua dengan Rangga seperti ini dengan seragam dibalik jaket mereka. Apalagi cowok itu berjalan dengan cepat dengan kalinya yang lebar sehingga Cinta ketinggalan cukup jauh. Dengan susah payah Cinta menyamakan langkah dengan cowok itu. 

"Ch*ttimenya di mana ya?" Rangga berhenti sejenak sembari menoleh kanan dan kiri. Dia baru sadar kalau dia sendirian. Cinta nggak ada di sebelahnya. Cewek itu berada jauh di belakangnya. Dia menghampiri Rangga dengan napas ngos-ngosan.

"Maaf, Dokter, jalannya bisa nggak jangan cepat-cepat?" pinta cewek itu.

"Lambat!" olok Rangga. Cowok itu terdiam sembari memandangi tinggi badan Cinta yang hanya sampai dadanya. "Kakimu pendek sih ya."

Cinta meremas tangannya dengan jengkel. Iya deh situ emang tinggi! Kampret! Umpatnya dalam hati.

"Emangnya bidan sekarang nggak ada minimal tinggi badannya ya? Setahuku kalau daftar bidan  itu ada tes tinggi badan," tegur Rangga.

"Saya ini normal, tinggi saya seratus lima puluh lima. Minimal tinggi badan untuk bidan itu hanya seratus lima puluh tiga," terang Cinta sambil tersenyum lebar berusaha menahan emosinya.

"Apa? Kenapa rendah sekali standarnya. Seharusnya minimal seratus enam puluh lima dong," komentar Rangga.

Cinta tertawa kering. "Apa gunanya punya tinggi segitu? Kami kan bukannya mau jadi model."

"Kalau ganti botol infus selama ini kamu nggak kesulitan?" tanya Rangga dengan raut serius.

"Sama sekali nggak!" geram Cinta. Emosinya akhirnya meluap juga. Makhluk satu ini benar-benar mengesalkan!

Rangga memandangi Cinta sejenak. Dia lalu menggandeng tangan cewek itu. Cinta terbelalak. Tidak menyangka dengan tindakan Rangga yang tiba-tiba itu.

"Biar kamu nggak ketinggalan," dalih Rangga.

Cinta tak mampu menolak dan berkata-kata. Dia hanya mengikuti saja saat Rangga mengajaknya berjalan. Kini langkah mereka jadi seirama.

Dalam hati Cinta memarahi jantungnya yang melompat-lompat. Dia kesal juga dengan cara Rangga menggandeng tangannya. Sela-sela jari mereka saling tertaut. Kenapa sih cara gandengannya seperti ini? Ini kan cara gandengan kekasih yang takut terpisah kayak di drama-drama Korea. Jalan-jalan ke mall berdua pada malam Minggu seperti ini sambil bergandengan tangan. Kok kayaknya mereka seperti sedang kencan sih? Padahal mereka cuman melakukan kewajiban karena kalah main remi saja.

"Itu dia Ch*ttime-nya." Rangga menunjuk stan minuman. Mereka berhenti di depan stan itu untuk mengantri. Anehnya, gandengan tangan mereka tidak terlepas. Cinta bertanya-tanya kenapa Rangga nggak melepaskannya, tapi dia tidak berani menyuarakan protes apa pun.

"Matcha lima, Espresso dua." 

Rangga menyebutkan pesanannya pada karyawan stan itu. Sambil menunggu, Rangga mengamati Cinta. Cewek itu berpura-pura memerhatikan daftar menu dengan jantung yang deg-degan luar biasa. Kenapa sih Rangga memandangnya seperti itu. Dokter satu ini emang suka bikin salah paham. Apa karena wajahnya mirip dengan Nurani ya? Dada Cinta jadi terasa nyeri mengingat hal itu. Ya, wajahnya dan sang kakak memang mirip karena mereka terlahir dari cetakan yang sama.

Sadarlah, Cinta. Dokter Rangga itu hanya menyukai Kak Rani. Cinta menekankan kalimat itu dalam hatinya.

***

Up! Votes dan komen ya Gaes...

Maafin lama nggak update ya guys

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Maafin lama nggak update ya guys... Kerjaan di Kantor bikin hilang ingatan huhuhu.

Love And Heart [Republish]Where stories live. Discover now