50

7K 927 34
                                    

Cinta dan Rangga buru-buru pulang dari Surabaya Carnival. Cinta tak henti-hentinya menghubungi kakaknya tetapi hanya operator yang menjawab. Mereka pulang ke apartemen tapi Rani tak ada di sana. Akhirnya mereka kembali naik mobil dan berputar-putar tanpa tujuan yang jelas.

"Kak Rani ke mana sih?" keluh Cinta khawatir. Gadis itu memegangi ponselnya dengan frustrasi.

"Mungkin dia hanya butuh menenangkan diri," ucap Rangga.

Beberapa jam yang lalu mereka telah mendapatkan kabar yang luar biasa mengejutkan. Markas tim medis di mana Erza bergabung di Jalur Gaza meledak akibat serangan granat. Jumlah korban belum dapat dipastikan. Akan tetapi sebagian besar diperkirakan tidak selamat.

Cinta menghela napas sembari berpikir di mana kira-kira kakaknya berada? Gadis itu lalu tersentak. Dia teringat sesuatu.

"Ayo kita ke pantai Kenjeran," ucap Cinta.  "Mungkin saja Kakak ada di sana."

"Kenjeran? Kenapa di sana?" tanya Rangga sembari mengerutkan kening.

"Kakak melamar Kak Erza di sana. Mereka berpisah di tempat itu malam sebelum Kak Erza berangkat ke Palestina."

Rangga melongo. Dia tahu sejak lama bahwa Rani menyukai Erza. Tapi dia baru dengar bahwa Nurani yang melamar duluan. Rangga membelokkan mobilnya menuju Kenjeran. Dia percaya saja pada insting Cinta. Toh mereka tidak tahu harus mencari ke mana.

Setelah parkir dan membayar ongkos masuk. Cinta berlari menuju dermaga, Rangga mengikutinya dari belakang. Ternyata dugaan Cinta tepat. Rani berdiri di pinggir dermaga. Menyadarkan tubuhnya pada pagar dark kayu sembari mengamati air laut di Selat Madura yang tenang. Tatapan matanya kosong.

"Kakak," sapa Cinta.

Rani menoleh. Wanita itu tersenyum lemah. "Hei, sedang apa kalian di sini? Bukannya lagi kencan?"

"Kamu yang ngapain di sini? Kenapa hapemu nggak aktif?" tegur Rangga.

"Oh ya? Hapeku di mobil, mungkin baterainya habis," jawab Nurani enteng. Bibirnya melengkung tetapi matanya tidak ikut tersenyum.

"Kak Rani, Kak Erza masih ada kemungkinan selamat," kata Cinta.

Ekspresi Nurani berubah seketika. Ucapan Cinta yang menyebut nama Erza seakan membuka borgol dari dukanya. Tanpa terasa air matanya mengalir.

"Kemungkinan itu ... Mungkin tidak ada satu persen. Ho ditolak," kekehnya sembari mengusap matanya yang berkaca-kaca. Walaupun sedih dia masih berusaha untuk bercanda.

Rangga memegangi bahu Nurani. "Jangan ditahan Rani, menangislah jika kamu ingin menangis," ucap Rangga.

Nurani menatap mata Rangga. Seketika air matanya luruh tanpa bisa di tahan lagi. Gadis itu menangis sejadi-jadinya.

"Dia bilang, dia akan pulang setelah kontraknya selesai. Dia bilang jika dia pulang nanti, kami akan menikah. Kenapa! Kenapa dia berbohong! Kenapa!" jerit Rani.

Rangga mengusap air mata Rani lalu memeluknya. Rani balas merengkuh Rangga dengan erat. "Kalau dia nggak suka sama aku seharusnya bilang saja terus terang! Kenapa harus berbohong seperti itu! Kenapa! Dasar pembohong! Dasar pembohong!"

Cinta terdiam melihat kakaknya yang menangis seperti itu. Tiada kata yang bisa dia ungkapkan untuk menghibur sang kakak. Gadis itu hanya terdiam sembari menepuk-nepuk punggung Nurani.

***

Up! Terima kasih untuk votes dan komennya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love And Heart [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang