#19. Marah

939 87 0
                                    

Aku yang akhirnya mengalah dengan perkataan Yoon datang ke rumah persembunyianya, saat masuk aku mendapati Yoon sedang didapur memasak sesuatu.

"Kau sedang apa Yoon ?" tanyaku sambil meletakan tas diatas kursi makan.

"Aku sedang menyetir Sunny"  Yoon menjawab ketus, setelah itu dia meletakan panci besar diatas meja makan. "Kau sudah melihatku sedang memasak, dan masih bertanya" Sekali lagi Yoon menjawab kesal sambil membuka celemek yang digunakanya.

"Apa kau tidak mengerti yang namanya basa-basi Yoon" aku juga menjawab kesal dan duduk dimeja makan setelah melihat panci besar itu.

Yoon memberiku sumpit dan sebuah mangkuk kecil, setelah itu dia membuka tutup panci itu dan keluarlah hawa panas beserta aroma enak didalamnya "Ayo kita makan"

"Waaah rameeen" sontak aku bersorak dan mulai mengambil ramen menggunakan sumpitku.

Aku makan dengan lahap, sejak dulu ramen Korea adalah kesukaanku, tapi ramen lokal yang ada di Korea lebih terasa enak dibandingkan ramen yang di import ke Indonesia.

"Apa itu tidak panas ? kau makan seperti seekor babi Sunny" Yoon memperhatikanku dan mulai mengataiku.

"aah... tidak, ini sungguh lezat Yoon" aku susah payah menjawabnya karna makanan yang penuh dimulutku.

"Makanlah yang banyak Sunny" Yoon terlihat tersenyum dan melanjutkan makannya.

Setelah makan aku membantu Yoon membersihkan peralatan dapur dan makan, sedangkan Yoon duduk disofa sambil memainkan poselnya.

"Aku benar-benar kenyang, terima kasih Yoon" Aku datang dan duduk disamping Yoon.

"Kau menghabiskan sebagian besarnya Sunny, aku masih lapar" Jawab Yoon ketus sambil terus memandang ponselnya.

"Kau keterlaluan Yoon, bukankah kau yang meletakan semua mie itu di mangkukku" Aku kesal dan memukul pudaknya dengan tanganku.

Yoon tidak bergeming untuk sesaat, setelah beberapa pukulan dia meletakan ponselnya dan duduk menghadap kepadaku

" Jadi apa yang telah dilakukan pria itu padamu, katakan padaku Sunny" Yoon berbalik menghadapku menatapku tajam.

Aku yang diam sesaat, akhirnya menarik tanganku dari genggaman Yoon dan mulai bercerita kepada Yoon tentang kejadian sore ini, Yoon mendengarkan dengan seksama dan beberapa kali aku mendapati Yoon sedang mengepalkan tanganya seperti sedang menahan amarah.

"Apa lengan dan pergelangan tanganmu terluka ?" Setelah selesai bercerita Yoon bertanya padaku.

"Sedikit sakit saat itu, tapi sekarang baik-baik saja" aku mengatakan dan sedikit tersenyum kepada Yoon.

Yoon berpaling dariku menghadap tv, aku dapat melihatnya sendang mengepalkan tangannya sambil bergumam "Dasar pria brengsek"

"Yoon aku baik-baik saja, lagi pula aku juga salah" aku mencoba menenangkan Yoon dengan kata-kataku.

"Kau tak salah Sunny, kau memiliki hak untuk bercerita tentang rahasiamu diwaktu yang kau inginkan" Yoon menatapku dan sedikit terdengar membentak membuatku membeku.

"Aku saja terus menahan diri untuk bertanya, tapi pria itu malah memaksamu" Yoon berdiri dan berjalan menuju kamar mandi sambil bergumam tapi terdengar sangat jelas olehku.

Seketika aku tersadar, Yoon tidak pernah bertanya tentang apa yang sudah terjadi seperti saat dipantai atau masa lalu yang pernah terjadi, setiap aku sedang dalam suasana hati buruk atau masalah Yoon berusaha hadir dan menghiburku, seperti membuatkanku makanan atau memberikan lelucon yang menurutku tidak lucu sama sekali.

Aku memperhatikan Yoon yang keluar dari kamar mandi dan kembali duduk disampingku, terlihat dia habis membasuh muka dan rambutnya, menurutku dia mencoba meredakan emosinya.

"Jadi kau akan bertemu dengan pria itu lagi Sunny ?" Yoon yang sudah terlihat tenang kembali bertanya padaku.

"Aku masih punya 1 kali janji kencan lagi Yoon" jawabku sambil menunduk

"Tapi dia sudah melanggar janjinya Sunny"

"Yoon, dia pria baik, hangat dan juga ramah. walau dia membuat kesalahan hari ini bukan berarti dia pria jahat" Aku berusaha menjelaskan kepada Yoon dengan tenang.

"Apa kau menyukainya Sunny ?" Yoon menatapku dalam dan bertanya dengan pelan.

Aku terdiam dan mulai berfikir, aku mengalikan pandanganku kebawah dan menjawab "Aku tidak tau Yoon, saat bersamanya obrolan kami sangat lancar, selain hari ini dia juga terus bersikap sopan kepadaku, sangat terlihat dia calon suami yang sempurna"

"Padahal kau baru beberapa kali bertemu tapi sudah bisa mengatakan dia sempurna" Yoon mulai berkata ketus kepadaku.

"Sejujurnya kami juga sering bertemu beberapa kali dan mengobrol dikampus Yoon" aku menjelaskan kepada Yoon dengan cemas.

"Terserah kau Sunny" Yoon membuat dirinya nyaman duduk disofa sambil kembali memainkan ponselnya.

"Kau masih marah Yoon ?" aku bertanya sambil mencoba menyolek lenganya.

"Ntah lah, kau sangat mengganggu Sunny" Yoon sudah kembali kemode cueknya.

Malam semakin larut, untuk menghabiskan waktu dan memperbaiki suasana, kami memutar sebuah flim dan menonton bersama, walau malam itu tampak jelas Yoon sedang kesal dengan sesuatu tapi dia coba terus menutupinya dariku.

Saat hari semakin larut aku pulang dengan taksi, kami masih harus terus waspada, bisa saja masih ada beberapa wartawan yang tidak mempercayai penjelasan dari perusahaan.

Saat tiba di kamar, aku bersih-bersih dan langsung berbaring di atas kasur, aku juga sudah mengabari Yoon bila aku sampai rumah dengan selamat.

Dalam keheningan aku mulai memikirkan beberapa hal, seperti :

"Kenapa Yoon sangat terlihat marah ?"

"Kenapa Yoon juga tidak bertanya padaku tentang rahasiaku ?"

"Apakah Yoon ada rasa padaku, maka dari itu dia sangat marah ?"

"Kalau benar Yoon menyukaiku lebih dari teman, kenapa dia tak tegas saat melarangkau ?"

"Apakah Min Gu adalah orang tepat mendampingiku ?"

"Apa aku sungguh menyukai Min Gu ?"

Tapi aku sama sekali tidak menemukan satupun jawaban atas semua pertanyaan dalam pikiranku, dan akhirnya aku meyakinkan diri bahwa Yoon tidak memiliki perasaan kepadaku lebih dari seorang teman, bagiku Yoon lebih seperti seorang kakak laki-laki yang selalu menjaga adik perempuanya, terlebih kalau Yoon punya perasaan kepadaku tidak mungkin sejak awal dia membiarkanku berkencan dengan Min Gu

Tentang perasaanku ke Min Gu, aku akan memastikanya lagi setelah mendengar jawaban Min Gu nantinya, aku juga harus menjelaskan dan memberitaukan kepadanya tentang rahasia dan masalaluku.

Sesaat lamunanku buyar ketika sebuah telfon masuk dari Ji Eun
"Eonnie, apa kau baik-baik saja ?"

"Aku baik-baik saja Ji Eun, kenapa kau tiba-tiba bertanya ?" aku heran kenapa Ji Eun tiba2 menghubungiku tengah malam.

"Go Shim menelfonku, dia sedang minum bersama pak Min Gu, bukankah hari ini kalian pergi untuk berkencan ? apa terjadi sesuatu ?" Ji Eun menjelaskan maksud tujuanya menghubungiku.

"Apa Go Shim menceritakan sesuatu ?" aku kembali bertanya pada Ji Eun.

"Go Shim bilang, Pak Min Gu terlihat sangat bersalah akan sesuatu, tapi dia tak menceritakannya secara rinci, tapi dia terus menyebut namamu Eonnie"

"Terjadi sesuatu tadi sore Ji Eun, aku akan menceritakan padamu besok, tapi apakah Min Gu baik2 saja ?" Aku menjawab cepat dan segera bertanya keadaan Min Gu.

"seperinya dia hampir kehilangan kesadaranya karna mabuk, tapi Go Shim bilang dia akan mengurusnya Eonnie"

Setelah mendengar beberapa penjelasan Ji Eun aku menutup telfonya, walau perasaanku sedikit cemas kepada Min Gu tapi aku yakinkan diriku bahwa semua baik-baik saja, sudah ada Go Shim yang mengurusnya.

My Yoon is Idol - Min Yoon GiWhere stories live. Discover now