#24. Awal Tahun

853 88 5
                                    

Tahun telah berganti, semester baru perkuliahanku pun sudah dimulai, aku mencoba menjalani hari-hariku yang biasa saja seperti biasa, Kuliah, Kerja, Gym dan melakukan beberapa hobiku. Aku dan Ji Eun masih tetap bersama, kami sepakat untuk mengambil kelas yang sama semester ini, dan seperti semester sebelumnya aku terus ada bersama Ji Eun.

Setelah kejadian tak terduga di rumah Yoon saat itu, aku benar-benar memutuskan hubunganku dengan Yoon, aku blokir nomornya bahkan ketika Yoon mencoba menggunakan nomor yang lain sekalipun.

Beberapa kali aku mendapati Yoon sedang memperhatikanku dari jauh, sosoknya yang sangat familiar dimataku membuatku tak bisa pura-pura tidak tau dengan keberadaanya, tapi aku bersyukur dia tak pernah menghampiriku

Siang itu saat aku sedang bekerja di cafe
"Apa dia tidak punya pekerjaan ?" Aku menggerutu sambil sibuk membersihkan meja.

"Kau kenapa Sunny ? apa ada pelanggan yang membuatmu resah ?" Teman kerjaku yang seorang barista bertanya

"Tidak ada, hanya saja aku sedang memikirkan seseorang yang seharusnya sibuk tapi masih punya waktu untuk melamun" aku menjawab malas pertanyaan temanku.

***

Setiap pulang kerumah kini aku terus dipanggil oleh pak satpam yang berjaga dipintu masuk gedung, entah itu sebuah bunga, cake, makanan, bahkan hanya sebuah surat.

Yoon tetap gigih untuk menghubungiku walau hanya lewat surat, aku tidak menerima pemberianya selain surat, bungaku berikan kepadan Bibi Kim, bahkan bila itu makanan aku membagikanya kepada pak satpam atau pertugas kebersihan gedung.

"Apa kali ini hanya sebuah surat nak ?" Pak Satpam mulai menggodaku.

"Untunglah hanya ini pak" jawabku santai

"Sayang sekali, makanan yang biasa datang itu sangat lezat" Pak Satpam mulai tertawa kecil

"Dia adalah koki terhebat di Korea Pak" akupun membalas candaan Pak satpam dan izin masuk kedalam gedung.

Dikamar aku mengambil sebuah kotak dibawah meja belajarku dan memasukan surat Yoon didalamnya, sejak awal aku tidak membaca surat itu, aku hanya menumpuknya disana untuk waktu yang lama.

***

Hari-hari terus berlalu, aku menjalani hariku yang biasa dan tampaknya Yoon juga menjalani aktifitasnya, aku kembali menjadi seorang Fans yang memantau perkembangan karir Yoon melalui layar kaca.

Terlihat BTS sedang sibuk promosi lagu terbarunya, baik diacara musik, wawancara dan berbagai stasiun televisi, dan kini aku menyaksikan penampilan mereka layaknya seorang penggemar.

Surat-surat yang sering datang dari Yoon pun mulai berkurang, dan aku terus berharap Yoon cepat melupakann keberadaanku.

Malam itu aku bekerja lembur dicafe karena ada seorang karyawan izin tidak masuk, nampak sesosok pria berbadan sangat tinggi menggunakan pakaian tertutup dan maskernya masuk kedalam cafe, akupun bersiap menerima pesana pria itu.

"Mau pesan apa tuan ?" Aku kembali ke mode penerima pesan.

"Tolong 1 ice americanonya" pria itu menjawab pelan

"Pembayaranya cash apa kartu ? aku bertanya kembali.

Tanpa bicara pria itu memberikan kartunya kepadaku, dan aku menyelesaikan proses pembayaranya. Setelah memgembalikan kartunya pria itu masih berdiri dihadapanku.

"Apa kau yang bernama Sunny?" Aku terkejud mendengar dia mengetahui namaku.

"Ya ? apa kau ada keperluan denganku ?" aku mencoba membicara dengan sopan.

"Bisakah kau meluangkan waktumu sebentar, ada yang perlu aku bicarakan" jawab pria tinggi itu pelan.

Aku melihat jam, untuk memastikan waktu
"Aku akan istirahat 10 menit lagi" jawabku singkat.

"Baiklah aku akan menunggu" pria itu pergi menuju kursi yang paling pojok dan tertutup, setelah mengambil pesananya dia mulai membuka buku bacaanya.

Dalam hati aku terus bertanya, siapa sebenarnya sosok pria tinggi itu. dia yang menutupi dirinya dengan baik membuatku sedikit curiga tapi juga terlihat sangat familiar di ingatanku.

Aku menghampiri pria itu 10 menit kemudian.
"Maaf membuatmu menunggu, aku sedang bekerja" aku duduk dihadapan pria itu.

"Tidak masalah, karena aku yang memiliki kepentingan disini" jawabnya santai sambil penyimpan kembali bukunya kedalam tas.

"Jadi, ada perlu apa?" aku bertanya heran menatap mata pria itu.

Kali ini pria itu mengeluarkan sebuah tablet, mengotak-ngatiknya dan sebuah video terbuka, dia memberikanya kepadaku
"Lihatlah video ini"

Aku terkejud, video ini berisi tentang berbagai aktifitas Yoon dibalik kamera, sangat terlihat jelas Yoon terlihat seperti orang yang sedang depresi.

Dibalik penampakanya yang tenang dan ceria didepan kamera, Yoon lebih sering melamun terdiam bahkan terus memandangi layar hapenya, hatiku sakit saat melihat video itu, aku mencoba menahan air mataku tapi pada akhirnya tetap jatuh begitu saja.

"Hiung tetap bersikap profesional dengan pekerjaan, tapi diluar itu dia tampak menyedihkan" pria itu memulai pembicaraan.

"Apa dia makan dengan teratur ?" aku mencoba bertanya pelan dan menatap mata pria itu.

"Saat bersama, para member terus memaksanya makan, tapi sekarang kami tidak selalu bersama setiap saat" Kini aku tau siapa pria dihadapanku, dia adalah namjoon, leader member BTS.

"Bukankah ini akan berakhir seiring berjalannya waktu" aku mencoba bertanya untuk memastikan sambil menatap namjoon penuh harapan.

"Dari yangku dengar, hiung mulai mengunjungi dokter mentalnya" Namjon terdiam sejenak dan mulai melanjutkan kata-katanya
"Hiung pernah kehilangan wanita yang dulu sangat dia cintai, kami tak tega melihatnya mengulang masa-masa menyedihkan itu" Namjoon menjawab dengan pelan dan suaranya terdengar sedih.

Aku terdiam seribu bahasa, aku tidak menyangka bahwa keputusankulah yang membuatnya sangat menderita, aku mengembalikan tablet mirip Namjoon dan mencoba memperbaiki perasaanku, tapi tak ada kata-kata yang bisa keluar lagi dari mulutku.

Namjoon mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya dan meletakanya diatas meja, didalamnya terdapat sebuah tanggal, jam dan juga noner telvon.
"Itu nomorku, Hari itu akan ada audisi dikantor, jadi tidak akan mencurigakan kalau kau datang untuk menemuinya"

Aku menatap kertas itu dan masih diam seribu bahasa.

"Hubungi aku bila kau perlu bantuan, aku permisi dulu" Namjoon berdiri dan langsung pamit meninggalkanku yang masih duduk memandangi kertas diatas meja itu, dan beberapa saat kemudian aku mengmbilnya dan kembali bekerja.

Pikiranku kacau, apa yang aku fikir akan berjalan baik-baik saja ternyata tidak berjalan dengan baik, aku merasa telah mengambil keputusan yang salah baik untukku dan juga untuknya.

Dalam perjalanan pulang aku terus teringat lagi moment-moment bersama Yoon, saat dikamar akupun dengan pelan mengambil kotak dibawah meja tempat surat2 dari Yoon tersimpan dan mulai membukanya satu-persatu.

Kini air mata mengalir bebas dikedua pipiku, saat aku menbaca surat Yoon kata demi kata, aku bisa membayangkan kalau dia sangat menderita saat ini, aku merasa gagal sebagai seorang fans dan juga sebagai seorang Sunny, kata-kata penyesalan membanjiri mulutku dan kini aku hanya bisa memeluk surat dari Yoon didadaku.

My Yoon is Idol - Min Yoon GiWhere stories live. Discover now