#43. Kelulusan

748 73 0
                                    

Aku merias diriku didepan cermin sambil terus tersenyum ceria, hari ini adalah hari kelulusanku, dimana aku akan mendapatkan gelas master dan doctorku.

Yoon datang menghampiriku kekamar, berdiri dibelakangku dan ikut tersenyum saat melihatku.

"Apa hari ini aku terlihat cantik ?" Aku menatap Yoon melalui cermin riasku

"Kau selalu cantik Sunny" Yoon memelukku sambil menyandarkan kepalanya dipundakku.

"Akhirnya aku bisa menyelesaikan, bahkan didalam semua drama hidupku" Aku menghela napasku, tapi kembali tersenyum sambil mengelus pipi Yoon.

"Kau wanita hebat Sunny, ayo kita berangkat"

Seperti halnya kekasih seorang selebritis terkenal, saat memasukin aula acara tampak beberapa wartawan mencoba mengambil gambar kami. Yoon bahkan tetap harus ditemanin manager dan BGnya agar bisa hadir diacara kelulusanku.

"Sunny lihatlah, artikel tentangmu telah terbit" Yoon menunjukan sebuah artikel yang berjudul

' Kekasih SUGA BTS, lulus dengan gelar doktor UNS'

Yoon memberikan tabletnya kepadaku saat kami sedang menikmati makan bersama disebuah restoran.

"Noona selamat ya atas kelulusanmu" Dari pintu muncul Jimin dan yang lain sambil membawa buket bunga besar yang segar, segera dia menghampiri dan memberikan kepadaku.

"Selamat ya Sunny, kau telah menyelesaikan pendidikanmu" Tampak Pacar Jin juga ikut bersama mereka dan langsung datang memelukku.

Setelah acara kelulusan Yoon memesan restoran dengan ruangan private, mengajak para member dan manager untuk makan bersama merayakan kelulusanku. Aku benar-benar tak pernah membayangkan akan merayakan acara kelulusan semeriah dan seheboh ini.

"Jadi apa yang akan Noone lakukan setelah ini ?" V mulai bertanya saat kami sedang makan.

"Aku harus mencari pekerjaan, dan menganti Visa ku segera, atau aku akan dikirim pulang ke Indonesia"

"Apa hanya itu cara agar Noona menetap di Korea ?" Jhope yang ikut penasaran.

"Dengan menikah denganku, Sunny juga bisa menetap disini" Yoon mulai memotong omonganku sambil terus memakan makananya.

Semua orang bersorak gembira mendengar perkataan Yoon, aku bahkan hanya bisa tersenyum tidak berani berkomentar apapun, member yang lain mulai penasaran dan melontarkan pertanyaan seputar pernikahan kepada Yoon, dan pasti mereka hanya akan mendapatkan jawaban pendek dan ketus dari seorang Yoon.

***

"Sunny, kenapa kau hanya diam dan tersenyum saat anak-anak membahas pernikahan ?"  Yoon duduk disofa melihatku sedang membereskan barang-barang diatas meja.

"Aku harus berkata apa Yoon ? Aku masih sibuk membereskan tasku.

"Apa kau tak ingin menikah denganku Sunny ?" Yoon menatapku tajam sambil melipat kedua tanganya.

"Oooh my sugar baby, kenapa saat marah kau terlihat menggemaskan?" aku menghampiri Yoon disofa dan membelai kepala serta wajahnya.

"Aku serius Sunny" Yoon mulai membulatkan matanya.

"Aku juga serius Yoon, aku perlu mendapatkan restu dari orang tuaku dulu" aku menatap Yoon sambil tersenyum berusaha menenangkanya.

"Baiklah, kau mau es krim" Yoon berdiri dan berjalan menuju dapur.

Tiba-tiba ponselku berdering, sebuah VC dari orang tuaku. Biasanya saat Yoon dirmh aku selalu tidak mengangkatnya dan mengatakan kalau aku sibuk, tapi ini harus kelulusanku.

Sambil melihat Yoon didapur aku mengangkat VC dari orang tuaku.

"Sunny, kau sudah pulang nak?" aku mengobrol dengan mengunakan bahasa daerah kami.

"Sudah Ma, tadi aku makan dulu bersama teman-teman" jawabku sambil tersenyum.

"baguslah kau tidak sendirian, Mama merasa bersalah tidak bisa kesana mengunjungimu"

"Mama akan kesulitan bila pergi kesini sendirian" aku tertawa kecil melihat ibu

"Selamat ya nak, jadi kapan kau akan pulang ?" ayah yang berada disamping ibupun ikut mengobrol.

Saat sedang mengorbol Yoon tiba-tiba datang dan duduk disampingku sambil membawa dua gelas eskrim dan meletaknya di atas meja, aku jadi benar-benar gugup saat itu.

"Sunny siapa yang disebelahmu itu ? laki-laki ?" Ibu yang kaget melihat seseorang duduk disebelahku.

Aku menatap Yoon, memberi tahunya dengan bahasa Korea bahwa ini adalah orang tuaku, dan dia hanya perlu tersenyum.

"Ma, perkenalkan namanya Yoon, dia pacarku" aku tersenyum memasukan Yoon ke jangkauan kamera memperlihatkan sosoknya kepada orang tuaku.

Yoon hanya bisa tersenyum, tapi melihat ekpresi orang tuaku yang bengong dia mulai bingung dan menatapku heran.

"Sunny, kau pacaran dengan pria korea ?" ibuku mulai menujukan amarahnya.

"Kalian sedang dirumah hanya berdua ?" bahkan ayahku ikut terkejud dan mengomel.

"Ma, Pa, tak bisakah kalian tersenyum dulu menyapanya ?" Aku memcoba meyakinkan orang tuaku hanya untuk tersenyum membalas senyuman Yoon.

Orang tuaku mulai mengomel menggunakan bahasa daerah kami, aku bahkan bingung bagai mana cara menjelaskannya kepada Yoon.

"Yoon, aku kekamar dulu ya" aku menatap Yoon sedih

"Apa mereka marah ?" Yoon melihatku dengan kawatir.

"Tidak, hanya terkejud karna tiba-tiba aku memperkenalkanmu" aku menenangkan Yoon dan masuk kedalam kamar.

Dikamar aku duduk dimeja dan meletakkan ponselku di holder ponsel.

"Sunny bagaimana bisa kau pacaran dengan orang korea, apa keyakinan sama dengan kita ?" Omelan ibu terus berlanjut.

"Secepatnya kamu harus mengurus kepulanganmu Sunny, atau papa akan datang memjemputmu pulang" Ayah yang dengan keras mulai memarahiku.

"Cukuup, apa kalian tak bisa mendengarkanku dulu ?" air mataku menetes dan mulai terisak dihadapan orang tuaku.

"Ma, Pa. Pria itu orang korea, dan keyakinanya berbeda. Tapi Yoon mencitaiku dengan tulus, begitu juga aku, bahkan dia menerima masa lalu dan juga kekuranganku" Aku mulai meninggikan suaraku sambil meneteskan air mata

"Tapi Sunny, terlalu banyak perbedaan diantara kalian" Ibu mulai berbicara sedikit pelan.

"Tak masalah ibu, aku bersedia mengikutinya"

"Anak bodoh, kau harus segera pulang secepatnya dari negara itu" Tampak ayahku sangat marah dan pergi dari frame kamera.

"Papamu benar nak, masa kamu mengorbankan keyakinanmu demi pria itu" ibu yang kaget mulai menenangkanku.

"Ma, apa aku harus merasakan kehilangan cintaku untuk kedua kalinya ?" Aku membulatkan kedua bola mataku menatap Ibu dengan sedih.

Kali ini Ibu hanya terdiam, dia tau betul bagaimana menderitanya aku di masa lalu, dan itu juga membuat hatinya sangat menderita.

Melihat Ibu yang mulai tenang aku menjelaskan bahwa Yoon sudah berniat menikahiku sejak lama, aku menunda hanya untuk mendapatkan restu ayah dan ibu demi kedamaian hatiku.

Obrolanku dan Ibu pun berakhir dengan aku menangsis sendiri diatas meja, belum ada kemajuan atas restu orang tuaku, seberapa keras aku membujuk Ibu masih tetap belum merestui hubunganku dengan Yoon.

Aku yang sibuk dengan masalahku tidak tau bahwa Yoon ternyata memperhatikanku dibalik pintu kamar yang tidak tertutup rapat.

Yoon tau betul apa yang terjadi dan diapun tidak bisa berbuat banyak karena dia tidak mengerti bahasa yang aku dan orang tuaku gunakan.

Perlahan Yoon masuk kekamar, duduk diatas kasur menghadap tepat didepanku yang sedang duduk dimeja, Yoon memegang tanganku dan menatapku hangat, aku melihatnya sambil terus meneteskan air mata, dan akhirnya aku beranjak dari kursi memeluk Yoon yang telah merentangkan tanganya kepadaku.

My Yoon is Idol - Min Yoon GiWhere stories live. Discover now