#21. Masa Lalu

918 93 4
                                    

Hari ini setelah pulang kerja seperi biasa aku mampir disebuah foodtruck yang berada didekat persimpangan gedung tempat tinggalku, awalnya aku mau bungkus makanan  dan membawanya pulang, tapi karna terlalu lapar akhirnya aku memutuskan untuk makan ditempat.

Saat aku sedang menikmati makan malamku sebuah pesan singkat masuk dari Yoon.

"Belikan juga aku beberapa"
"lihatlah keseberang jalan"

Aku yang kaget dengan spontan menoleh kesebrang jalan, disana nampak sebuah mobil hitam yang aku kenal sedang parkir.

Akupun tersenyum dan membungkus beberapa odeng, teoppoki dan rapokki, setelah itu aku langsung jalan menuju mobil yang berada diseberang jalan.

"Sedang apa kau disini Yoon ?" aku bertanya setelah menutup pintu mobil.

"aku lapar, berikan ini padaku" tanpa aba-aba Yoon langsung mengambil bungkusan ditanganku.

"Apa perusahaan besar itu tidak memberimu makan ?" Jawabku sambil ikut makan makanan bagiaku.

"Aku bukan seorang trainer lagi, untuk urusan makan bisa aku urus sendiri" Yoon tetap menjawab pertanyaanku walau mulutnya sedang sibuk mengunyah.

"Mm... baiklah Yoon, sangat sulit untuk membantahmu" aku menyerah dan mulai sibuk dengan makananku.

"Kenapa kau meninggalkan gantungan kunci yang aku berikan ?" tiba-tiba Yoon bertanya padaku.

"Itu berada ditas yang berbeda, aku lupa memindahkanya" aku mencoba mencari alasan untuk pertanyaan Yoon.

"Kau tak sengaja meninggalkanya kan ?" Yoon menatapku dengan mata tajamnya.

"Memangkan kenapa aku harus selalu membawanya ?, apa dari tadi kau mengikutiku Yoon ?" aku bertanya kesal dan tiba-tiba kaget dengan perkataanku sendiri.

Yoon tidak mengubris pendapatku, dia dengan tenang terus makan menghabiskan makananya
"Ini pedas sekali, mana minumanku"

"Bukanya kau hanya menyuruhku membeli beberapa makanan Yoon?" Aku tertawa kecil sambil melihat Yoon yang kepedesan.

Seketika yoon mengemas bungkus makananya dan meletakan dibangku belakang, menghidupkan mesin dan mulai berkendara ke arah yang berlawanan dengan tempat tinggalku.

"Hei, kemana kali ini kau akan menculikku Yoon ?" aku bertanya sedikit kaget setelah Yoon menghidupkan mesin.

"Kita harus membeli minum" Jawab Yoon singkat.

Yoon tidak mengatakan padaku kemana kami akan pergi, dia hanya diam dan sibuk mengemudikan kendaraan, saat aku mulai mengomel Yoon mengacam akan meninggalku ditempat yang sepi.

Aku yang kelelahan dan mulai mengantuk akhirnya tertidur begitu saja, sempat aku merasakan Yoon berhenti sebentar untuk membenarkan posisi tidurku dan memberikanku sebuah selimut.

***

Aku tak tau berapa lama aku tertidur, mobil yang aku kendarai telah berenti dan Yoon juga sedang tidur disebelahku, tepatnya dibangku pengemudi.

Aku mencoba melihat sekeliling wilayah tempat mobil parkir, tapi suasana cukup gelap hingga aku tidak bisa melihat apapun.

Beberapa saat kemudian aku melihat cahaya saat melihat kebagian depan mobil, aku tau betul itu adalah cahaya terbitnya matahari dan aku melihat hamparan pantai tepat didepan mataku, seketika aku membuka sedikit jendela dan disaat itu aku mendengar suara ombak.

"Pemandangan yang indah kan ?" aku terkejut seketika saat Yoon yang aku pikir sedang tidur telah bangun.

"Dimana kita Yoon ?" aku menatapnya yang sedang merapikan rambutnya.

"Sokcho" Jawab Yoon dengan santai.

Aku yang tidak tau tepatnya sedang berada dimana, buru-buru untuk memerika lokasi yang disebutkan oleh Yoon dan kaget setelah melihatnya

"Yoon ini sangat jauh, aku harus bekerja hari ini"

"Liburlah, kita sudah tak ada waktu untuk kembali" Yoon tersenyum kepadaku seperti dia puas dengan apa yang dilakukanya.

"Kenapa kau membawaku kesini Yoon ?" aku yang kesal akhirnya bertanya alasan Yoon.

"Bukankah kau menyukai pantai, waktu itu kau melihat matahari tenggelam, kini aku memperlihatkanmu matahari terbit dipantai" Yoon menjawab dengan yakin.

"Bukan aku yang sangat menyukai pantai Yoon" aku bicara dengan nada rendah dan  menunduk.

Yoon tidak bicara sama sekali, dia mengeluarkan termos, dan menuangkan teh panas kedalam gelas kertas. "Minumlah Sunny, hangatkan dirimu" dan memberikanya padaku.

Aku menerima dan meminumnya
"Yoon ... " aku kembali terdiam ragu "Apakah kau mau mendengar ceritaku?" aku bertanya dan mencoba menatap Yoon.

"Aku tak akan kemana-mana Sunny" dia menatapku dan tersenyum ramah.

Akhirnya aku menguatkan hati untuk menceritakan masa laluku pada Yoon, aku mengatakan padanya kalau aku sudah pernah menikah.

Tepat pada tahun 2020 aku akhirnya menikahi pria yang telah aku pacari selama 6 tahun, dimana hampir lebih dari 4 tahun kami menjalani hubungan jarak jauh, aku sangat bahagia saat itu dan menganggap kami akan bersama selamanya.

Tepat pada tahun 2025 di bulan Nov, suamiku mengalami kecelakaan dan pergi meninggalkanku selamanya, dan yang membuatku lebih sedih lagi di 5 tahun pernikahan kami tidak memiliki buah hati.

Hatiku hancur saat itu, aku merasa hidupku sudah tak berarti lagi, aku sempat dilarikan ke rumah sakit jiwa selama lebih dari 6 bulan karna mengalami depresi berat.

Keluarga dan teman2ku silih berganti datang untuk menghiburku, tapi seolah aku mengabaikanya karena aku merasa telah kehilangan seseorang yang paling berharga yaitu seorang pria yang menerima setiap kelebihan dan kekuranganku.

Setelah pikiranku kembali jernih, dokter menyuruhku untuk menyibukan diri dengan berbagai kegiatan yang dulu sangat ingin aku lakukan, jadi aku bekerja sambil mengikuti khursus bahasa Korea, dan akhirnya mendapatkan beasiswa  sekarang ini.

Awalnya keluargaku menentang keputusaku untuk pergi, tapi melihat aku yang masih sering menangis saat melihat tempat yang pernah aku kunjungi dengan mendiang suami, akhirnya mereka mengizinkanku pergi.

Yoon masi tetap diam memandangku dan mendengarkan ceritaku, sampai akhirnya aku menyudahi ceritaku
"Jadi apa yang membuatmu takut memberitahukan fakta itu Sunny" Yoon mulai bertanya.

"aku bukan seorang gadis lagi Yoon, dan lagi aku bukan wanita yang sempurna" aku menatap Yoon

"Tidak ada manusia yang sempurna didunia ini Sunny" Yoon membelai tanganku dan tersenyum.

"Aku seorang muslim Yoon" Tampak Yoon kaget, tanganya membeku dan menatapku dalam.

"Yang ini cukup mengejutkan" Yoon kembali mengusap tanganku dan tersenyum.

"Yoon aku tidak bercanda" aku menegaskan kalimatku kepada Yoon.

"Aku juga Sunny, apa fakta ini yang akan kau beri tau kepada Min Gu nanti ?" Yoon kembali bertanya padaku.

"Iyah, karna dia mengatakan sejak awal mencari calon istri, dan aku merasa tak pantas" aku berbicara pelan dan menundukan kepalaku.

"Aku akan membunuhnya kalau dia melakukan sesuatu kepadamu" Yoon menggengam stir dan mulai bergumam, tapi kali ini aku terhibur dengan ekspresi marahnya.

"Kau mau menjadi seorang pembunuh dan meninggalkan musik" aku bertanya pada Yoon dengan heran.

"Aku akan melakukanya bila itu diperlukan Sunny" Yoon mengangkat tangan kelehernya dan memberikan ekspresi yang menakutkan.

Setelah itu Yoon seperti berusaha menghiburkan dan mengajaku untuk sarapan, dia mengatakan kalau sup kerang disini adalah yang terbaik, dan dia mengenal pemilik kedai yang masakanya sangat lezat.

Didalam hati aku merasa sangat lega, ternyata Yoon bukan seseorang yang mempermasalahakan masa lalu temanya, jangankan menghakimi dia malah menghiburku agar suasana hatiku membaik.

My Yoon is Idol - Min Yoon GiWhere stories live. Discover now