𝑼𝒏𝒇𝒐𝒓𝒆𝒔𝒆𝒆𝒏 𝑻𝒊𝒆𝒔 [COMPLETED]

Prologue

Jam dinding rumahnya menunjukkan jam tujuh pagi, remaja laki-laki berseragam putih abu-abu itu segera bergegas mengambil sepatunya dan mengikat tali sepatunya di depan pintu rumahnya yang sedang terbuka.

"Sena, bekalmu!"

Remaja laki-laki itu memutar bola matanya. "Aku bukan anak SD lagi, kak!"

"Tapi kan bekal ini sehat, biar nggak makan cilok terus di kantin!"

"Dari mana kakak tahu?"

"Dari Maya"

Remaja laki-laki yang dipanggil Sena itu pun berdecak kesal. Setelah dia selesai mengikat tali sepatunya, dia mengambil tas ranselnya kemudian berpamitan pada kakaknya.

"Sena duluan ya, kak! Untuk bekalnya, kakak aja yang makan!" Dia pun berlari menuju tempat parkir sepedanya dan segera menaikinya. Sekarang, dia sedang bersenandung sambil mengayuhkan sepedanya. Cuacanya yang begitu mendung dan udara yang terasa dingin, tidak menyulutkan semangatnya untuk bersekolah.

Gedebug!

"Astaga! Masih ada aja lubang di jalan, selalu aja begini dan parahnya nggak ada perbaikan sama sekali!"

Dia pun tetap mengayuh sepedanya dengan pelan. Sampai pada saat dia melihat genangan air di depannya, dia pun memilih mengarahkan sepedanya ke samping untuk menghindarinya. Dari arah belakangnya — terlihat mobil bewarna merah yang melaju dengan kecepatan tinggi dan dengan cepatnya juga melewati genangan air itu. Akibatnya, dia pun terkena cipratan air dari genangan itu. 

"Arghhh! Heii!!"

Alih-alih mau memarahi pengemudi mobil itu, namun mobilnya sudah terlalu jauh dan menghilang dari pandangannya. Dia berhenti dan melihat rambut, wajah dan seragamnya yang terkena genangan air itu dan lumayan basah secara keseluruhan. Seragamnya yang paling parah — sangat kotor karena terkena genangan air yang tercampur lumpur itu.

"Waduhh kotor! Besok aku harus pakai seragam ini lagi!," keluhnya.

"Awas aja ketemu lagi! Udah aku kasi pelajaran dia!," lanjutnya dengan nada kesal. Dia pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke sekolah sambil ngedumel mengenai kejadian tadi.