Chapter 17 : Unexpected Meeting

166 15 0
                                        

Kala berlari menelusuri lorong rumah sakit, menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia mencari ruangan di mana ibunya sedang dirawat. Tadi, dia sempat menelepon Mala untuk menanyakan ruangannya dan Mala memberitahukannya. Langkahnya terhenti ketika melihat Mala dan ayah tirinya sedang berada di luar kamar yang dia yakini adalah kamar ibunya dirawat. Dia berjalan pelan menghampiri mereka dan dia harus tetap tenang untuk berbicara dengan mereka.

Mala menoleh ke arahnya. "Bagaimana keadaan ibuku?," tanya Kala padanya.

"Dia masih tertidur"

"Kenapa ibuku bisa sampai pingsan?!"

Mala menoleh ke arah ayahnya yang sedang duduk itu. Ayah tirinya yang dari tadi memperhatikan mereka pun menjawab, "saya yang menemukan ibumu, Kala" kemudian dia menundukkan kepalanya. "Ibumu pingsan di dapur dan kata dokter, ibumu terlalu capek ...."

Seketika mendengar hal itu, Kala merasa bersalah pada dirinya. Dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi sedihnya kemudian menoleh ke arah pintu kamar, tempat ibunya sedang beristirahat.

Drett drett

Nada dering dari ponsel ayah tirinya berbunyi kemudian dia mengangkat telepon itu. "Ya, halo ... baiklah, saya akan ke sana sekarang." Dia menutup teleponnya dan menoleh ke arah Kala. "Saya harus pergi dulu. Kala, kau jaga ibumu ya"

"Kau mau pergi gitu aja?!"

"Ini demi perusahaan keluarga, Kala. Juga karena ibumu masih perlu istirahat — jadi, saya yang harus mengurus perusahaan itu"

Ayah tirinya kemudian memegang pundaknya. "Saya duluan dan Mala, kamu tetaplah di sini dulu." Setelah mengatakan itu, dia pergi meninggalkan mereka berdua yang masih berada di sana. Mala melirik Kala sebentar dan tanpa sepatah kata pun, dia membuka pintu itu kemudian segera masuk ke dalam ruangan.

Tertinggal Kala sendiri di luar dan dia punmemilih untuk mendudukkan dirinya di tempat duduk yang berada di hadapannya. Dia menundukkan kepalanya dan menutup wajahnya itu dengan kedua tangannya. Dia menghela napas berat dan bisa sedikit lega karena ibunya baik-baik saja. Dia juga berhasil menahan emosinya, biarpun tadi dia sempat sedikit kesal karena ayah tirinya itu pergi dan tidak menjaga ibunya. Tentu saja yang dikatakan ayah tirinya itu ada benarnya, karena perusahaan ayahnya sekarang dipimpin oleh ibunya dan sekarang ibunya perlu untuk beristirahat. Hanya saja, Kala masih tidak rela akan hal itu dan membuatnya ingin cepat dewasa — agar dia nantinya bisa meneruskan perusahaan ayahnya.

Dia pun menghela napasnya berat. "Haaa ... aku ingin waktu cepat berlalu"

***

"Ibumu lagi dirawat di rumah sakit?"

Iya, begitulah ... ]

"Hmm ... apa aku boleh jenguk ibumu?"

Tentu aja boleh, ibuku pasti senang ketemu denganmu! ]

Anta tersenyum mendengar itu. Sekarang mereka sedang saling menelepon, Kala yang mulai meneleponnya ketika dia sedang bersantai di dalam kamarnya. Mereka menelepon lewat LINE call, karena dia masih belum mau untuk memberikan nomor WhatsApp-nya pada Kala.

"Ba-baiklah. Besok pagi jam 10, aku akan kesana ya"

Kala mengangguk pelan. "Iya, aku tunggu"

Anta pun langsung menutup LINE call itu dan menelungkupkan dirinya di bantal kasurnya. Dia memukul kasurnya itu berkali-kali kemudian dia menoleh ke kiri, melihat jam weker di atas meja belajarnya itu. "Besok apa jantungku akan aman-aman aja ya saat bertemu dengannya ... ," gumamnya.

Beralih ke posisi Kala sekarang yang berada di area taman rumah sakit. Dia tidak bisa menahan senyumannya setelah menelepon Anta tadi dan tanpa dia sadari bahwa Mala melihat hal itu dari kejauhan. Mala merasa aneh ketika melihat Kala bisa tersenyum seperti itu, karena Kala tidak pernah menunjukkan senyumannya itu padanya sejak dia masuk ke dalam keluarga Ariesandy. Hubungannya dengan Kala tidak begitu dekat dan hal itu membuat Kala juga memutuskan untuk tidak tinggal bersama dengan keluarganya. Dia sekarang dibuat penasaran, siapa yang diajak teleponan dengan Kala tadi? Tapi Mala tidak mau ambil pusing memikirkan hal itu dan memilih untuk menghampirinya saja. 

𝑼𝒏𝒇𝒐𝒓𝒆𝒔𝒆𝒆𝒏 𝑻𝒊𝒆𝒔 [COMPLETED]Where stories live. Discover now