Chapter 21 : Dispersed

142 14 0
                                        

𝘾𝙤𝙣𝙩𝙚𝙣𝙩 𝙒𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜: 𝘾𝙤𝙣𝙛𝙡𝙞𝙘𝙩 𝙖𝙣𝙙 𝘽𝙪𝙡𝙡𝙮𝙞𝙣𝙜

[Konten pada chapter ini ada unsur konflik dan pembulian. Mohon untuk bijak dalam hal membaca dan menanggapi cerita ini, sekian dan terimakasih]

===||===

Anta merasakan galau yang begitu dalam, karena Kala tidak ada mengirimkan pesan padanya di WhatsApp sejak kemarin. Anta sekarang termenung diri di dalam kelas, padahal sudah jam istirahat. Maya yang memperhatikannya dari tadi di depan pintu kelas pun — mulai berbisik sama Adit yang berada di sampingnya. "Sena kenapa yaa, dari tadi dia begitu terus?"

Adit merespon dengan menaikkan kedua bahunya.

"Aku coba samperin dia deh!" Saat Maya baru saja melangkahkan kakinya, Adit menarik lengannya.

"Ehh jangan! Biarin aja dia dulu, mungkin dia memang ingin sendiri"

Maya menaikkan alisnya bingung. "Apa maksudmu itu hah?! Kau mau biarin Sena melamun gitu? Yang ada dia nanti kesurupan tahu!," serunya memarahi Adit. "Udah lah! Aku samperin aja dia!"

Maya menepis pegangan Adit pada lengannya dan kembali berjalan dengan hentakan kaki yang begitu keras. Hal yang dia lakukan itu sangat menganggu beberapa orang yang masih berada di dalam kelas.

"Sena! Ke kantin yukk!!" Serunya sambil berjalan menghampirinya.

Anta menoleh ke arahnya dengan tatapan datar. "Maya .... "

"Kenapa kau menatapku begitu?," tanya Maya mengernyit dahinya bingung.

"Aku mau menyendiri, Maya"

"Ihh ayolahh!!" Maya menarik tangan Anta untuk beranjak dari kursinya.

"Nggak mau ...," sahut Anta lesu.

Maya melepas tarikannya itu dan menatap Anta penuh kekhawatiran. "Kenapa nggak mau? Kau dari tadi melamun aja di sini, aku kan jadi khawatir ...."

Perkataan dari Maya membuatnya tersadar. Dia sudah membuat sahabatnya merasa khawatir padanya. "Maaf Maya, aku — "

"Kau bisa cerita sama aku, Sena"

Dia tersenyum tipis pada Maya. "Aku akan cerita lain waktu dan entah kenapa aku tiba-tiba saja lapar"

"Kalau begitu ayo!"

Maya pun menarik tangannya lagi dan berjalan menuju pintu kelas mereka, melewati Adit yang dari tadi berdiam diri di sana.

"Hei, tungguin aku!!" Soraknya memanggil dan dia pun mengekori mereka.

***

Mereka sudah sampai di kantin dan memutuskan untuk berpencar — berbelanja apa yang mereka mau beli. Anta sendiri memilih untuk membeli cilok dan saat ini dia sedang menunggu es teh pesanannya selesai dibuat. Sembari menunggu, dia memakan cilok yang sudah dibelinya itu.

"Ini nak, es tehnya," ujar ibu penjual minuman itu.

"Terima kasih, buk." Saat dia hendak mengambil minumannya, tiba-tiba saja Mala mengambil minuman es tehnya itu. Anta langsung menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Terimakasih ya Anta, atas minumannya," ujar Mala tersenyum padanya.

"Aku nggak ada membelikanmu minuman ya. Sini balikin minumanku!"

"Kau ini — nggak ikhlas banget ya! Baiklah!"

Dia pun langsung menuangkanminuman itu ke seragamnya Anta dan membuat Anta syok — melihat seragamnya yangbasah terkena siraman minuman es tehnya itu. Mala pura-pura terkejut danmemasang ekspresi sedih. "Maaf Anta, aku nggak sengaja ...," lalu ekspresinya berubah — menyunggingkan senyuman manis, namun tatapan matanya menunjukkan kesan meremehkan. Dia pun berbisik pada Anta. "Ini peringatan dariku. Jauhi Kala kalau kau mau hidup damai di sekolah ini, paham?" Kemudian dia menaruh minuman yang masih tersisa itu di atas meja si penjual minuman.

𝑼𝒏𝒇𝒐𝒓𝒆𝒔𝒆𝒆𝒏 𝑻𝒊𝒆𝒔 [COMPLETED]Where stories live. Discover now