Chapter 16 : Open Up to Each Other

150 17 0
                                        

Anta mengantarkan ibunya masuk ke dalam rumah. Ibunya memperhatikan sekeliling dan menoleh ke arahnya. "Ibu nggak nyangka kalau Nala bisa membangun rumah ini ...."

"Sena juga nggak nyangka dulu, bu. Dia dapat uang untuk bangun rumah hanya dengan bermain game"

"Bermain game?," tanya Kala yang tiba-tiba sama Anta.

"Iya, semacam live streaming gitu. Kak Nala bermain game sambil live streaming dan pastinya ada yang mengirimnya hadiah. Dia juga pernah ikut pertandingan e-sport dan kompetensi gaming lainnya. Dia dan timnya selalu menang dan dia pun jadi pro gamer sekarang," jelasnya.

"Ohh begitu ...." Kala pun mengangguk paham.

Setelah itu, Anta mengajak ibunya ke kamar Rara. "Mulai sekarang, ini menjadi kamarnya ibu dan Rara. Ibu lebih baik istirahat dulu dan Sena akan buatkan makanan untuk ibu," ujar Anta sambil tersenyum dan Ibunya pun mengangguk pelan.

"Rara juga — diam di sini dulu, temani ibu." Rara pun mengangguk pelan dan mereka berdua duduk di kasur kamar itu. Anta berjalan keluar dari kamar mereka dan kembali lagi ke depan di mana Kala sedang duduk di ruang tamu. "Kala, aku buatkan kau minum ya"

"Nggak perlu, aku mau pamit pulang"

"Lah kok mau balik? Di sini aja dulu"

"Ehmm ...." Kala ingin menolak ajakan Anta untuk diam dulu di rumahnya, tapi dia merasa tidak enak jika dia melakukannya. 

"Tunggu di sini"

Kala melihatnya berjalan menuju dapur dan terlintas ide di pikirannya untuk mengusik Anta. Dia pun berjalan menghampiri Anta yang sedang membuka kulkas itu. Dia memegang pintu kulkas itu dan menoleh ke bawah — melihat Anta yang sedang berjongkok dan sedang memegang botol sirup.

Anta mendongak ke atas dan menatap Kala keheranan. "Ada apa?"

Kala tersenyum. "Nggak ada"

"Minggir!" 

Saat dia mau menutup kembali pintu kulkas itu, tiba-tiba saja tangan Kala meraba jari-jemarinya. Hal itu membuat Anta tersentak, tapi yang membuat Kala merasa bingung adalah Anta membiarkan dia memainkan jari-jemarinya itu. Anta melihat jari-jemarinya itu dan menatap Kala begitupun juga dengan Kala yang sudah menatapnya dari tadi. 

"Kak Sena!," panggil Rara yang tiba-tiba dan membuat Anta langsung melepas tangannya itu.

"Ya Rara? Ada apa?"

"Rara haus"

"Sebentar ya, nanti kakak ke kamar bawakan makanan dan minumannya Rara," ujar Anta tersenyum pada adik kecilnya itu. Rara mengangguk cepat kemudian berbalik badan dan berjalan balik ke kamarnya lagi.

Anta langsung berjalan dan mengambil tiga gelas, kemudian menuangkan sirup ke dalam gelas itu. Kala berjalan mendekati Anta dan sekarang berada di sampingnya. "Ehmm tadi itu — "

"Kala, lebih baik kau duduk saja di sofa!," suruh Anta padanya tanpa menoleh ke arahnya, tapi Kala tidak mengindahkan suruhannya itu dan masih berdiam diri di sana. Dia melihat Anta yang sedang mengambil sebungkus mie dan panci. 

"Wait a minute ... kau mau buat makanan mie untuk ibumu?!," tanya Kala keheranan.

Anta menoleh dan tersenyum canggung. "Hmm ya begitulah"

"Kau nggak bisa masak ya?"

Tebakan Kala tidak sepenuhnya benar. Anta bisa memasak, tapi hanya bisa bisa memasak mie dan telur goreng — selain itu, dia tidak bisa. Yang selalu membuatkannya makanan selama ini adalah kakaknya, Nala. Dia berdecak kesal dan terpaksa mengakuinya. "Ya mau bagaimana lagi! Kak Nala pergi kan tadi, jadi terpaksa aku yang masak deh!"

𝑼𝒏𝒇𝒐𝒓𝒆𝒔𝒆𝒆𝒏 𝑻𝒊𝒆𝒔 [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora