Chapter 38 : A Heart-to-Heart Talk

37 2 0
                                        

Yang ditakutkan oleh Anta pun terjadi, hujan deras mengguyur acara festival itu. Untungnya dia bersama Kala, Radit dan Bastian sudah berteduh terlebih dahulu di salah satu tenant. Mereka meneduhkan diri lumayan lama, sekitar sejam sampai hujannya mulai reda. Kala menawarkan diri untuk mengantar Anta dan Radit pulang, namun mereka menolaknya.

"Nanti kakaknya Radit datang jemput kami, jadi kamu bisa pulang dulu"

Kala memasang wajah sedih. Dia mengambil sebuah kado dari tasnya dan memberikan itu pada Anta. "Ini untukmu, happy valentine...," ujar Kala tersenyum manis pada Anta. Adit dan Bastian terkejut sampai membelalakkan mata mereka sedangkan para gadis yang ikutan neduh, tiba-tiba berteriak histeris. Anta mulai tersipu malu dan dia menerima kado pemberian dari Kala.

"Bisa-bisanya dia beri itu di sini!," bisik Bastian dan Radit hanya bisa menghela napas berat.

Hujan sudah mulai berhenti dan mereka memutuskan untuk pulang. Saat Kala dan Bastian sudah pergi menuju tempat parkir, Anta yang masih di sana — tidak sabaran untuk mengetahui kado kecil pemberian dari Kala. 

"Aku penasaran isinya apa ya ~ " ujar Adit yang berada di samping Anta.

"Sama...."

"Ayo buka"

"Eh? Sekarang?"

"Iya lah, mumpung dia nggak ada di sini kan"

Anta pun membuka penutup kado itu dan di dalamnya terdapat gelang rantai bewarna perak dengan tulisan AntaKala. Dia pun tersenyum melihat tulisan itu. 

"Ciee AntaKala ~," goda Adit sambil tersenyum lebar pada Adit.

"A-apa sih! Udah berhenti godain!" Anta memukul pundak Adit dan Adit tetap tertawa geli.

***

Keesokan harinya, di sekolah seperti biasanya — Anta belajar untuk persiapan olimpiade yang mengharuskannya pulang sore. Sebelum dia pergi ke tempat pembinaan, dia sempat ditemui oleh Mala. Ternyata, Mala memberitahukannya bahwa ulang tahun Kala tinggal lagi seminggu. Untuk tema ulang tahunnya yaitu pesta topeng. Anta tentunya sudah mengetahui tentang ulang tahun itu karena Kala sudah memberitahunya kemarin.

"Nanti kamu harus pakai pakaian bewarna biru laut, oke!"

"Kenapa harus biru laut?"

"I-iya pokoknya itu, udah ya aku pulang dulu!" Mala melambai pelan tangannya kemudian bergegas lari menuju area luar sekolah.

Saat dia sedang memikirkan hal itu, Pak Ethan memukul pundaknya dengan gulungan buku yang sedang dipegang olehnya. "Fokus, mengerjakan Anta! Jangan melamun!"

Anta menyengir dan mengatakan maaf pada Pak Ethan, selaku guru pembinanya. Dia pun berusaha untuk tetap fokus mengerjakan soal dan segera menyelesaikannya. Pak Ethan yang melihat dari kejauhan, menggeleng kepalanya pelan melihat tingkah Anta yang sedang kebingungan menjawab soal olimpiade. Setelah jam pembinaan selesai, Pak Ethan menghampiri Anta dan menanyakan alasan kenapa dari tadi melamun saat pembinaan. "Begini pak, saya bingung beri kado untuk teman saya yang ultah lagi seminggu ini. Menurut bapak, kado apa yang cocok?"

"Temannya laki atau perempuan?"

"La-laki pak"

Pak Ethan berpikir sejenak kemudian dia mengatakan kalau dompet atau jam tangan cocok dijadikan kado. Anta pun mengangguk paham dan dia sudah tahu apa yang harus dia beli. Dia berterima kasih pada Pak Ethan dan berpamitan padanya. "Lain kali jangan bengong ya, olimpiade tinggal sebentar lagi loh!"

"I-iya pak," jawab Anta. Dia langsung bergegas menjauh dari Pak Ethan agar dia tidak diceramahi lagi. Saat dia mau mengambil sepedanya, dia melihat Maya berada di parkiran sepeda. Maya yang melihatnya, langsung menghampirinya.

𝑼𝒏𝒇𝒐𝒓𝒆𝒔𝒆𝒆𝒏 𝑻𝒊𝒆𝒔 [COMPLETED]Where stories live. Discover now