Chapter 20 : Today

140 17 0
                                        

Anta berjalan masuk ke dalam rumahnya. Suasana begitu sunyi dan dia memperhatikan sekitarnya — tidak ada siapapun. Dia pun mencoba memanggil ibunya, namun tidak ada jawaban darinya. Sekilas dia melihat ibunya keluar dari kamarnya dan jari telunjuknya terangkat kemudian menempelkannya pada bibirnya — menyuruhnya untuk diam. Anta yang paham pun langsung mengangguk pelan.

Ibunya berjalan mendekatinya. "Ibu mau bicara denganmu — sebentar saja," ujarnya.

Anta menelan ludahnya, tapi dia harus berterus terang pada ibunya mengenai Kala dan hubungan mereka sekarang. Mereka pun berjalan menuju ruang tamu kemudian duduk di sofa. "Sena, mengenai kau dan Kala — ibu sudah tahu ...," ujarnya dan membuat Anta terkejut  —  tapi dia harus tetap tenang.

"Ibu, hubunganku sama Kala itu teman — "

Ibunya pun menatap datar padanya. "Ibu nggak suka kamu bohong, Sena"

Anta pun tersenyum canggung. Dia menghela napas pelan kemudian melanjutkan perkataannya. "Sena ... masih belum tahu sama perasaan Sena sendiri, ibu. Kala ngungkapin perasaannya dan aku masih belum menjawabnya karena ragu"

"Kamu suka sama Kala kan?"

"Hmm itu ...." Jawabnya kemudian dia menundukkan kepalanya. Ibunya tersenyum dan memegangi tangan Anta. 

"Kamu jangan takut ya, apapun hubunganmu nanti dengan Kala, ibu akan selalu mendukung pilihanmu"

Anta tersenyum. "Terimakasih bu"

"Kamu tahu — ibu masih merasa bersalah sama kamu dan juga Nala, karena sudah meninggalkan kalian demi Stefan. Dia pergi begitu saja — meninggalkan ibu dan Rara, juga meninggalkan utang yang begitu banyak. Ibu juga tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Kala dua hari yang lalu. Kamu mau mengganti uang Kala kan? Kamu jangan lakukan itu ya, biar ibu yang membayarnya"

"Ehh jangan bu, biar aku — !"

"Ini utang ibu, Sena — biar ibu yang menanggungnya. Lagipula, ibu sudah menemukan lowongan kerja loh — bekerja di pabrik tekstil dekat sini," ujar ibunya tersenyum lagi. Anta pun khawatir mendengar hal itu dari ibunya. 

"Jadi, ibu akan melamar di sana?," tanyanya dan ibunya mengangguk pelan. 

"Ibu nggak mungkin berdiam diri saja di rumah kan? Ibu harus bekerja juga demi anak-anak ibu. Jadi, ibu mohon sama kamu untuk tidak membayar uang itu — biar ibu yang akan membayarnya oke?"

Anta menahan tangisnya dan memeluk ibunya. "Jangan paksakan diri ibu ya ... kalau ibu capek, istirahat saja"

Ibunya mengelus punggung anaknya itu sambil tersenyum. "Iya-iya"

***

Hari demi hari pun berlalu dan Anta menjalani hari sekolahnya penuh dengan ketenangan. Mala entah kenapa tidak melabraknya lagi seperti beberapa hari yang lalu. Di rumahnya juga, kakaknya sudah mulai terbuka dengan ibunya. Dia sudah sering berpamitan pada ibunya jika mau pergi dan juga sering memasak masakan untuk ibu sehabis pulang dari kampus sembari menunggu ibunya pulang kerja. Ya, ibunya diterima bekerja di pabrik tekstil yang ibunya katakan sebelumnya.

Hanya saja, Anta merasa gelisah. Hari-hari yang penuh ketenangan itu, dia meyakini bahwa apa nantinya akan ada sesuatu yang tidak beres atau sesuatu yang buruk yang mungkin akan terjadi padanya. Dia pun tidak ingin terlalu berpikiran jauh sampai seperti itu. Di hari ketenangannya itu, dia mengalami hal aneh yaitu kakak kelasnya, Dion yang tiba-tiba ramah padanya. Sebelumnya saat dia tiba-tiba sakit, Dion lah yang menawarkan dirinya untuk mengantarnya pulang ke rumah. Kemarin juga, saat turun hujan padahal sebelumnya pagi hari cuaca begitu cerah dan Dion memberikan payungnya padanya.

𝑼𝒏𝒇𝒐𝒓𝒆𝒔𝒆𝒆𝒏 𝑻𝒊𝒆𝒔 [COMPLETED]Where stories live. Discover now