Chapter 18 : Confused

151 15 7
                                        

𝘾𝙤𝙣𝙩𝙚𝙣𝙩 𝙒𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜: 𝙏𝙧𝙖𝙪𝙢𝙖𝙩𝙞𝙯𝙚𝙙, 𝘽𝙪𝙡𝙡𝙮𝙞𝙣𝙜 𝙖𝙣𝙙 𝙈𝙚𝙣𝙩𝙖𝙡 𝙄𝙡𝙡𝙣𝙚𝙨𝙨

[Konten pada chapter ini ada sedikit unsur pembulian dan kesehatan mental. Mohon untuk bijak dalam hal membaca dan menanggapi cerita ini, sekian dan terimakasih]

===||===

Tatapan kesal tertampang di wajah Mala sembari dirinya berjalan menghampiri Anta. Kala mengernyit dahinya bingung dan berbisik pada Anta. "Kau kenal dengan Mala?," tanyanya.

Anta mengeratkan pegangan tas yang dia bawa itu kemudian menoleh ke arah Kala. "Kala, apa Mala saudari tirimu?"

Tiba-tiba saja Mala mendorongnya, membuat Anta mundur selangkah. "Aku tanya, ngapain kau ada di sini, Anta?!!"

"Mala, kenapa kau ngedorong dia?!"

Mala menoleh ke arahnya. "Kau kenal dengannya? Kenapa bisa kau kenal dengannya?!"

"Aku sudah kenal dengannya dua minggu yang lalu"

Mala terkejut dan kembali menatap Anta. Dia pun mendesah kesal. "Hahh ... jadi sekarang kau mau ngedeketin Kala gitu?!"

Anta terdiam membisu.

"Kenapa diam aja Anta?! Jawab dong!! Kau punya mulut kan?!" Ujarnya menyindir dengan lantang sembari tangannya menekan pipinya Anta.

Kala mengangkat tangan Mala itu dan langsung menampar Mala dengan keras dengan satu tangan lainnya. "Kau yang harusnya diam, Mala!" Dia mengatakan itu dengan lantang dan tatapan tajam penuh amarah, mengarah ke arah Mala. Mala mengelus pipinya yang ditampar itu dan berusaha menahan tangisnya.

"Kala tenang lah ... ." Ujar Anta dengan nada pelan sambil memegangi lengan Kala.

"Dia udah keterlaluan sama kamu, Anta!"

"Dengar, Mala! Aku jelasin sekarang! Bukan Anta yang ngedeketin aku tapi aku sendiri yang berusaha untuk ngedeketin dia, paham?!!," lanjutnya membentak Mala yang membuat Mala membulatkan matanya terkejut.

"Mala, hentikan!!"

Mala menoleh ke arah ayahnya yang sedang berjalan mendekatinya. "A-ayah ... "

Ayahnya kemudian menatap tajam padanya. "Berapa kali ayah bilang padamu, jadi anak yang baik dan saudari yang baik juga!"

Anta tentu saja mengenal ayah Mala dan dia tidak menyangka kalau ayahnya Mala adalah ayah tiri Kala. Dia menggigit bibirnya dan menundukkan kepalanya. Ayahnya Mala menoleh ke arah Anta. "Lama nggak jumpa ya, Sena," sapanya.

Anta perlahan mendongak ke arahnya. "I-iya om"

"Kala, tadi saya mendengar kalau kau berusaha untuk mendekati Sena, maksudnya itu apa ya?," tanya ayah tirinya yang penasaran.

"Itu — humphh!"

"Itu maksudnya teman, om. Ya teman!." Sambung Anta tersenyum canggung sembari menutup mulut Kala dengan tangan kanannya. Kala melirik tajam ke arahnya dan melepas tangan Anta dari mulutnya.

"Anta, apa maksudmu?!"

"Kau diam aja!," seru Anta berbisik padanya. Dia hanya bisa menghela napas berat dan memilih mengiyakan perkataan dari Anta.

"Bohong banget!! Ayah, mereka itu — "

"Mala, diam! Kita lagi di rumah sakit!," bentak ayahnya dan Mala langsung terdiam.

"Lebih baik ayah antar kamu pulang biar kamu nggak mengganggu yang lain!" Ayahnya pun menarik tangan Mala. "Kala, saya akan kembali kesini setelah mengantar Mala ke rumah. Ayo!" Kemudian mereka pergi meninggalkan Anta dan Kala yang masih berdiam diri di sana.

𝑼𝒏𝒇𝒐𝒓𝒆𝒔𝒆𝒆𝒏 𝑻𝒊𝒆𝒔 [COMPLETED]Where stories live. Discover now