06

13.6K 1.4K 5
                                    

"Kemana pengawal yang menjaga kamar Sean?!"

Arsalan terlihat sekali marah kali ini. Kalian harus ingat bahwa Arsalan bukanlah orang penyabar.

"Panggil mereka!" Arsalan mengusap wajahnya kasar.

Max yang melihat tuannya sedang dalam mood buruk, segera memerintahkan pelayan dan pengawal di sekitarnya untuk berpencar mencari tuan muda mereka yang hilang dan memanggil para pengawal yang bertugas menjaga kamar Sean.

Max berinisiatif untuk memasuk kamar Sean yang memang terbuka sedaritadi. Ia seperti merasakan jejak-jejak sihir seseorang disana.

"Tuan." Panggil Max pada Arsalan.

Arsalan tersadar dengan panggilan Max. Ia menghampiri Max yang berada di dalam kamar sang adik.

"bagaimana?" Tanya Arsalan.

"Ada jejak sihir disini." Max menjawab sembari menyentuh alat lukis Sean yang tergeletak di lantai kamarnya.

Arsalan memijit pelipisnya. Ia mencoba mengingat kejadian ini di buku yang pernah ia baca. Memangnya ada kejadian seperti ini di buku?

"Sial." Gumamnya.

Berandalan seperti Arsalan yang sering bolos kelas di kehidupannya yang dulu sekarang malah dipaksa untuk mengingat sesuatu.

Arsalan menegakkan tubuhnya. Ia mengingat sesuatu sekarang.

Ia menatap Max yang ada di sampingnya, "Max, panggil Kalid sekarang." Perintahnya datar.

"B-baik tuan." Max menunduk hormat dan pergi dari sana.

Arsalan mendudukkan dirinya di sofa kamar Sean, "Tidak salah lagi." Gumamnya.

Di buku yang pernah ia baca, ada satu kejadian seperti ini. Di salah satu bab di buku itu, menceritakan konflik yang memang masih cukup ringan dan ada sangkut pautnya dengan kedua adiknya itu.

Disana menceritakan bahwa Sean yang memang sedang melukis pemandangan malam hari di kamarnya, dikagetkan dengan lemparan benda keras yang memecahkan kacanya. Bodohnya, para pengawal itu bahkan tidak mendengar maupun menyadarinya. Sean yang dibuat kaget saat itu, menghampiri benda yang membuat kaca kamarnya pecah dan melihatnya. Benda itu adalah kotak dengan ukiran sulur tanaman dengan warna hijau dan permata emas yang menghiasi sulur itu seolah-olah melilit di sekitaran kotaknya.

Sean yang melihanya tentu saja melebarkan matanya. Benda itu barang berharga baginya. Di dalam kotak itu terdapat anting replika yang sangat mirip dengan milik kakak pertamanya, Arsalan. Yang membuat Sean kaget, mengapa benda itu terlempar dari luar? Setahunya, ia selalu menyimpan benda itu di lemari yang bahkan ia lindungi menggunakan sihir.

Sean yang memang curiga ada seseorang memasuki kamarnya tanpa izin langsung saja lari kearah kaca dan melompat ke bawah dari balkon kamarnya untuk mengejar pelakunya yang masih ia rasakan hawa-hawa sihirnya. Sean bahkan melupakan untuk mengecek lemari kacanya terlebih dahulu sebelum pergi.

"Itu palsu Sean." Arsalan menggeram.

Itulah rencana sebenarnya. Memancing Sean untuk mengikuti sang pelaku menjauh dari mansion.

Tap Tap Tap

"Ada apa?" Itu Kalid. Lelaki dengan rambut biru gelap dan iris matanya yang merah ciri khas keluarga Khrysaor.

Arsalan menatap Kalid dengan tatapan yang sulit diartikan oleh seseorang yang ditatapnya.

Ekhmm

"Sial, kenapa aku jadi gugup." Ucap Arsalan dalam hati.

Kalid mendengus. Apa orang dihadapannya ini memanggilnya hanya untuk menatapnya saja?

BERANDALWhere stories live. Discover now