09

11.9K 1.3K 38
                                    

"are we too young for this?"

***

"Aku harus berbicara apa?" batin Arsalan.

Pasalnya, sejak Arsalan datang untuk menjenguk Sean yang sudah bangun, ia belum berbicara sepatah katapun. Kalid dan Sean pun bahkan tidak terlihat ingin memulai pembicaraan terlebih dahulu. Apalagi, hanya mereka bertiga sekarang yang ada disana, sedangkan para pelayan dan dokter serta Max sudah pergi.

Ekhmm

"bagaimana?" Tanya Arsalan yang akhirnya membuka pembicaraan terlebih dahulu.

Sean yang mendengar pertanyaan Arsalan mengernyit. Sedangkan, Kalid mendengus melihat Sean yang bingung.

"Kabarmu Sean. Bagaimana kabarmu?" Ucap Kalid. Apakah kakaknya itu tidak bisa berbicara dengan jelas? Jelas saja Sean tidak mengerti. Mengapa juga kakaknya itu menjadi orang yang irit bicara?

Arsalan membenarkan posisi duduknya, "Ya, bagaimana kabarmu?" tanyanya.

"A-aku baik-baik saja, k-kak?" Jawab Sean sedikit gugup.

Arsalan menghela napas mendengar ucapan gugup Sean. Apalagi saat mendengar Sean yang mengucapkan "kak" dengan ragu. Arsalan justru semakin bingung harus bagaimana bersikap kepada Kalid dan Sean, ia tidak pernah memiliki adik. Ia itu anak bungsu, dan sekarang keadaan memaksanya untuk menjadi seorang kakak bagi dua adiknya.

Arsalan berdiri dan menghampiri Sean ditempat tidurnya. Ia mengusak kepala Sean, "Syukurlah." Ucapnya.

Tubuh Sean menegang mendapat perlakuan seperti itu dari Arsalan. Sedangkan Kalid hanya tersenyum tipis melihatnya, "Apa aku harus mempercayainya?" batin Kalid.

Arsalan beranjak dari sana setelah mengatakan itu. Ia berniat untuk pergi, belum saatnya ia berbicara pada mereka. Ia tidak ingin terburu-buru.

"Ber—"

"Kau membuat kami bingung." Sela Kalid yang membuat Arsalan menghentikan langkahnya.

Arsalan hanya menampilkan wajah datar. Ia tau ini membingungkan, tapi ini belum saatnya membertitahu Kalid dan Sean. Ia hanya ingin ini mengalir secara perlahan dan membuat mereka terbiasa.

Ayolah, otak Arsalan sekarang terlalu banyak menampung banyak kejadian yang harus ia ingat. Ia tidak ingin otak kecilnya ini konslet. Jadi tolonglah biarkan Arsalan berpikir apa yang akan ia lakukan dan menyusun rencana.

Arsalan berbalik menatap Kalid dan Sean bergantian, "Mengertilah. Tunggu waktunya datang." Ucap Arsalan dengan senyum sangat tipis.

Setelah mengatakan itu Arsalan pergi meninggalkan Kalid dan Sean dengan banyak tanda tanya di pikiran mereka.

"Setidaknya kau berubah ka." Ucap Sean lirih yang masih di dengar oleh Kalid.

"Beristirahatlah." Ucap Kalid lalu beranjak dari sana.

***

Sedangkan di dimensi berbeda dengan waktu yang berbeda.

"Mohon maaf tuan, saya berniat untuk berhenti bekerja." Ucap wanita paruhbaya.

Keenam orang disana merasa bingung setelah mendengar ucapan pembantu rumah tangga mereka yang sudah bekerja hampir 15 tahun disana.

"Kenapa bi?" tanya sang kepala keluarga, Erick. Seorang pengusaha sukses dengan perusahaannya yang sudah tersebar di berbagai negara.

BERANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang