13

10.2K 1.3K 52
                                    

Allerick POV

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan anak itu."

Beberapa hari terakhir semuanya berubah. Ia merasa kediaman Khrysaor berubah setelah Arsalan mendatanginya waktu itu (chp 04). Arsalan memintanya untuk menarik fasilitas yang ia berikan pada Queene. Anak sulungnya mengatakan bahwa aku terlalu memanjakannya. Tetapi, setelah hampir 5 tahun Queene tinggal dengan keluarga Khrysaor, mengapa baru sekarang Arsalan mengeluhkan hal itu?

Queene adalah anak yang polos, ia gadis yang baik. Ia merasa dengan adanya Queene di kediaman Khrysaor, ketiga anak laki-lakinya akan saling berbaur karena adanya pencair suasana. Namun kenyataannya tak seindah apa yang ada dipikirannya.

Ia menemukan Queene saat perjalanan pulang setelah melakukan kunjungan antar kerajaan 5 tahun yang lalu. Gadis kecil dengan pakaian kotor dan banyaknya jahitan—seperti pakaian yang disatukan dengan berbagai kain perca, lalu wajah yang pucat dan kedua tangannya yang menangkup kedepan untuk mengemis uang. Rambut silvernya yang kotor dan berantakan, serta mata coklatnya yang menatap sendu. Gadis itu bertindak seakan ingin aku mengasihaninya, itu yang ia rasakan saat iris merahku bertatapan dengan kedua mata coklatnya.

Waktu itu, aku memberikannnya sekantung uang hanya demi rasa kemanusiaan, padahal aku sendiri tidak tahu apa arti kemanusiaan yang sebenarnya. Aku merasa harus memberikannya dan segera pergi dari sana karena perasaanku sudah tidak nyaman saat itu. Dan benar saja, saat aku baru beranjak dua langkah, seorang wanita dengan rambut silver dan iris hitamnya menghampiriku dan berlutut di depanku.

"Tuan saya mohon, bawa anak saya bersama anda."

Aku hanya bisa mengernyitkan dahiku dan berlalu begitu saja. Itu sungguh merepotkan, mengapa juga ia harus menuruti wanita itu.

Tapi yang namanya lintah, tetap saja akan selalu menempel jika tidak disingkirkan. Wanita itu terus saja mengejarku hingga membuatku muak.

"Bisakah kau menyingkir?"

Aku sungguh geram disitu. Aku ingin menebas kepalanya dengan pedangku, tetapi melihat area sekitarku yang cukup ramai, tentu saja aku berusaha menghilangkan niatku.

"Tuan saya mohon, bawa anak saya bersama tuan. Saya sudah tidak sanggup memberinya makan, saya tidak mau anak saya mati kelaparan."

Wanita sialan. Bukankah aku sudah memberinya sakantung uang? Mereka bisa memakai uang itu untuk berbagai keperluan.

"Gunakan otakmu." Aku hanya mengucapkan itu lalu beranjak pergi dari sana dan segera menaiki kudaku.

Dan setelah beberapa minggu, aku mendapat laporan bahwa ada rumor buruk tentangku di sekitar kerajaan.

"Tuan, diluaran sana ramai membicarakan tuan. Mereka mengatakan tuan sudah menelantarkan anak tuan dan ibunya."

Yah, tangan kananku yang mengatakan itu.

Mengapa semuanya menjadi rumit? Bukankah ia hanya berniat berbuat baik?

"Bawa wanita dan anak itu ke sini!"

Setelah berbagai masalah dan rumor yang menyebar bahkan sampai ke kerajaan lain. Akhirnya, semua masalah itu diputuskan dengan aku yang menikahi wanita itu.

Saat itu aku tidak peduli, karena pernikahan hanyalah sebuah kontrak dikertas. Aku juga berpikir bahwa gadis yang baru aku tau namanya Queene itu, bisa saja menjadi pencair suasana untuk anak-anakku yang memang sangat jarang sekali bersama. Lalu, wanita bernama Catrine Rounette yang sekarang telah menjadi istriku, aku hanya menganggapnya sebagai pajangan. Wanita itu tidak berguna, ia hanya bisa menangis dan menangis, sangat memuakkan.

BERANDALWhere stories live. Discover now