24

6.2K 647 7
                                    

Di luar wilayah kekaisaran Vivre

"Apa kalian yakin akan melakukan ini?" Tanya seorang pria berbadan kurus.

"Huh, sebenarnya aku malas sekali menuruti perintah wanita tidak tau diri itu." Sahut pria yang sedang sibuk merokok di ujung ruangan.

"Hei! Kita harus melakukannya karena aku tidak mau memiliki hutang pada wanita itu!" Bentak pria berbadan besar.

"Ck, padahal hanya kau yang menikmatinya." Ucap si pria yang sedaritadi memperhatikan mereka.

"Maka seharusnya hanya kau yang memiliki hutang padanya dan bukan kita." Lanjut si pria berbadan kurus.

"Apa?! Bagaimana bisa?!" Teriak pria yang memiliki badan besar itu.

"Apa kau bahkan tidak menyadarinya Amro?!" Rune, si pria berbadan kurus itu terlihat kesal.

"Bagaimana bisa kau bertanya seperti itu Amro?! Apa kau tidak menyadarinya karena terlalu asik bermain hm?" Henry, pria yang mengapit rokok di sela jarinya pun terlihat kesal.

"I-itu salah k-kalian juga si*alan! Kalian terlalu lambat mengambil keputusan!" Amro sedikit berteriak dengan wajah yang sudah berwarna merah entah karena malu atau marah.

"Inilah yang tidak ku suka darimu, Amro." Ucap Weylin, pria yang sedari tadi diam memperhatikan.

"Bukankah kita partner?" Tanya Weylin.

"K-kau benar..." Lirih Amro.

"Lalu mengapa kau terlihat tidak ingin berbagi dengan kita? Bukankah kau begitu serakah?" Lanjut Weylin.

Amro yang mendengar perkataan Weylin dibuat terkejut. Ia sibuk mengelap keringat disekitar wajahnya yang membuatnya terlihat jelas sedang gugup.

"A-ah...s-sudahlah aku minta maaf! Lagipula kenapa kalian malah memojokkanku?!" Tanya Amro tak terima.

"Ck, otak kecilmu itu memang tidak berguna." Sarkas Henry.

Rune memijit pelan pelipisnya, mengapa dia harus menjadi bagian dalam kelompok seperti ini?!

"Diamlah." Perintah Weylin yang sudah muak dengan ocehan Amro.

Rune mengambil buku yang sebelumnya tersimpan diatas meja tepat dihadapannya. Ia mulai membuka bukunya memperlihatkan halaman pertama buku tersebut.

"Bukankah ini terlalu beresiko?" Tanya Rune yang masih sibuk melihat halaman pertama buku itu.

Lalu Rune membuka halaman selanjutnya, "Hanya satu orang yang akan berkorban." Gumam Rune yang membaca kalimat pertama pada halaman tersebut.

Weylin mengangkat satu alisnya, "Jadi itu benar..." Lirihnya.

Henry menatap Weylin dengan dahi mengernyit, "Apa maksudmu?"

Weylin mengambil gelas dihadapannya lalu meminumnya, ia menatap kedepan dengan seringaiannya, "Kalian tahu, untuk melakukan hal semacam itu kita harus mengorbankan setidaknya satu nyawa. Sebenarnya aku sedikit kaget ketika wanita itu mengatakannya. Darimana dia bisa mengetahui hal seperti itu?" Weylin menatap Henry yang ada disebelahnya.

"Hah...a-aura disekeliling wanita itu sungguh mencurigakan." Amro mengeluarkan suaranya.

Mereka yang mendengar ucapan Amro sontak menatapnya dengan tatapan bingung.

"Ketika aku bersamanya, aku bisa melihat sedikit aura hitam yang mengelilingi tubuhnya. A-aku merasa seperti sedang ditatap oleh sesuatu, dadaku seakan dililit oleh kawat tajam. Seperti aku merasakan sebuah penghianatan--"

"Ck, tapi kau lebih memilih melanjutkannya s*alan!" Potong Henry.

Amro tersentak dan mengalihkan tatapannya dari mereka bertiga.

BERANDALМесто, где живут истории. Откройте их для себя