27

4.4K 534 0
                                    

Sekitar 20 tahun lamanya Calix hilang entah kemana. Berbagai cara Adonis lakukan untuk menemukan putranya. Bukankah aneh? Mengapa juga Adonis sibuk mencari putranya? Bukankah seharusnya ia senang?

Adonis seharusnya tidak perlu bersusah payah untuk mencari Calix. Ia sudah memiliki keluarga yang sempurna sekarang. Istri yang dicintainya, anak kembar perempuan, dan juga para rakyat yang mendukungnya. Apa lagi yang Adonis inginkan sekarang?

Sebenarnya Adonis selalu merasakan perasaan ganjal pada hatinya, seperti sesuatu akan datang padanya tanpa ia ketahui. Ia selalu memikirkan perkataan Calix yang sudah berlalu duapuluh tahun lamanya, ia merasa gelisah, takut, dan merasa bersalah.

“Sayang?”

Adonis tersentak ketika merasakan tepukan pada pundaknya.

“Rounette?”

“Kau melamun? Ada apa?” Rounette, wanita itu bertanya ketika melihat raut linglung pria dihadapannya.

“A-ah…tidak apa-apa, hanya banyak pekerjaan menumpuk saat ini.” Adonis tersenyum pada Rounette.

“Lebih baik kau tinggalkan dulu pekerjaanmu, temani aku keluar hari ini ya?” Rounette menatap Adonis dengan tatapan memohon.

“Maa—“

“Ayolah sayang…..” Rounette memeluk lengan Adonis.

Adonis memejamkan kedua matanya sejenak,” Baiklah…”

Rounette yang mendengar itu tersenyum lebar, ia langsung memeluk tubuh Adonis erat. Sedangkan Adonis sedikit terkejut begitu Rounette memeluknya, namun ia pun ikut membalasnya, mengusap lembut rambut panjang Rounette yang berwarna silver itu.

Sedangkan disisi lain, disebuah ruangan bernuansa merah muda terdapat dua orang anak perempuan berumur sekitar 12 tahun. Mereka terlihat sibuk berbincang  berdua sembari menyisir rambut panjang mereka yang juga berwarna silver.

“Hei Artemis, apa kau tidak penasaran dengan kakak kita yang selalu diceritakan oleh ayah?” Tanya seorang gadis yang sibuk menjepit rambutnya.

“Maksudmu lelaki bernama Calix itu?” Artemis balik bertanya dan mengalihkan tatapannya pada cermin di meja riasnya.

“Iya, kak Calix.”

“Ck, kenapa kau memanggilnya kakak, Athena?” Artemis menatap sebal saudara kembarnya.

“Apa ada yang salah? Kak Calix juga saudara kita.” Athena menghampiri Artemis yang masih sibuk mengaca, ia berdiri di belakang Artemis.

Artemis mendengus, ia berbalik menatap Athena tajam, “Dia bukan kakak kita! Lelaki itu anak dari wanita yang merebut ayah dari ibu kita Athena!”

Kedua mata Athena membola, “Mengapa kau berkata seperti itu?!”

Artemis memutar kedua bola matanya, “Ibu yang mengatakannya langsung padaku! Lelaki itu adalah anak dari seorang j**ang!”

Athena yang mendengar itu menggeleng keras, “Ayah tidak berkata seperti itu! Kak Calix adalah saudara kita, dia anak dari istri pertama ayah yang sudah meninggal. Aku tahu ayah sangat menyayangi kak Calix.”

Artemis berdiri, ia memegang kedua bahu Athena keras, “Ayah berbohong Athena!”

Athena menepis lengan Artemis, ia bergerak menjauh.

“Kenapa kau mudah sekali dibodohi sih!” Kesal Artemis.

“Tidak mungkin…” Lirih Athena.

“Lelaki itu adalah anak dari seorang wanita tidak tau diri yang sudah merebut ayah kita!” Artemis membentak Athena yang terdiam.

BERANDALWhere stories live. Discover now