11

11.1K 1.2K 25
                                    

Terpaan angin menyapu wajahnya, udara yang sejuk masuk ke paru-parunya. Kabut yang tebal menutup penglihatannya, ia hanya bisa melihat banyaknya batang pohon yang menjulang tinggi diatas sana.

Sunyi, keadaan disekitarnya sangat sepi. Ia hanya bisa mendengar suara langkah kakinya yang bergesekan dengan dedaunan yang gugur dibawah kakinya. Suara angin yang seperti nyanyian, menerpa halus telinganya.

Sinar matahari pun hanya terlihat disela-sela kabut. Dingin namun terasa nyaman, itulah yang ia rasakan sekarang. Tubuhnya terasa familiar dengan keadaan disekitarnya. Semakin lama berjalan, semakin terasa nyaman di relung hatinya.

Terus berjalan mengikuti kata hati yang seakan mengatakan bahwa ia harus terus berjalan. Mengamati sekitarnya, menyentuh batang pohon yang ada di dekatnya. Bisa ia rasakan tetesan air ditelapak tangannya, tetesan-tetesan air yang masuk ke dalam kulitnya seakan diserap disana. Tapi ia tidak peduli, hatinya mengatakan bahwa ia harus terus berjalan.

Terus berjalan dan terus berjalan.

Srek

Srek

Srek

"Arsalan."

"......"

Berhenti. Ia berhenti setelah ada yang memanggil namanya.

Ia tetap menatap kedepan. Disana, cahaya matahari menerangi wilayah itu tanpa adanya satupun kabut yang menutupi. Bisa ia lihat tumbuhan hijau, hewan-hewan hidup disana, suara gemercik air pun masuk kedalam telinganya.

Ia terus berjalan menghiraukan suara yang memanggilnya. Semakin terus ia berjalan, semakin jelas suara ramai dan tawa orang-orang masuk ke dalam telinganya. Tanpa sadar, ia tersenyum mendengar itu.

"Hahahah, kena kau!"

"Ya! Sini kau!"

"Jangan berlarian, sebentar lagi raja akan datang."

"Hei, letakkan bunganya disana."

"Ibu ibu aku ingin bertemu dengan raja.."

"Kita semua akan bertemu dengannya."

"Apa semua prajurit sudah berjaga."

"Sudah Jenderal!"

"Nak, pakai pakaianmu yang benar."

"Ah...ibu ini sungguh merepotkan, kerah ini mencekikku."

"Apa makanannya sudah ditata? Cepatlah!"

"Semuanya bersiaplah!"

Ia terus berjalan, sampai akhirnya ia bisa melihat di depan matanya orang-orang ramai kesana kemari, bercengkrama satu sama lain, banyak anak-anak, orang dewasa maupun para orang yang sudah lanjut usia disana. Ia seperti melihat pesta disana.

Entah mengapa ia tersenyum lebar melihatnya.

"Arsalan."

Lagi-lagi ada suara yang memanggilnya, ia mengalihkan tatapannya kebelakang. Disana, disana....

Ia cepat-cepat mengalihkan tatapannya kedepan lagi.

Matanya membelalak, napasnya tercekat, kerongkongannya seakan tercekik.

Tidak.....

T-tidak...

TIDAKK!

BERANDALTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon