14

10.6K 1K 23
                                    

Arsalan POV

"Sial, sebenarnya dimana ini? Mengapa gelap sekali?"

Seingatku, aku sedang menulis isi buku yang sudah aku ingat di kamarku, bukan tempat gelap seperti ini. Baru saja dirinya mengingat isi buku menyebalkan itu, dan sekarang ia malah berada di tempat antah berantah seperti ini? Yang benar saja sialan.

"Apa aku diculik? Mantan berandal sepertiku diculik? Lelucon macam apa ini?! Aku bukan bocah, sialan!"

"....."

Gelap, kedua mataku seperti ditutup oleh kain hitam. Sunyi, disini tidak ada satupun suara yang kudengar. Aku hanya merasakan badanku tertidur disini, indraku seolah tidak berjalan. Tapi anehnya, aku merasakan sesak disini seolah-olah banyak sekali orang yang berkumpul. Sebenarnya dimana aku?

"Bukankah jiwa ini berbeda dari jiwa-jiwa sebelumya?"

Deg

"Sial, siapa itu?"

"Bukankah ini menarik?"

"Hei! Siapa kau?"

"Dua bersaudara itu menemukan harta karun yang sangat luar biasa."

"Hei! H-hei...s-suaraku tidak bisa keluar?"

"Arsalan..."

"N-namaku? Kau memanggilku?"

"Satu identitas dengan ribuan jiwa..."

Deg

"Apa lagi ini sialan?! Ba*gsat!"

"Tapi sepertinya hanya kau jiwa yang benar-benar murni dibandingkan ribuan yang lainnya.."

"Hentikan..."

"Kita menemukannya!"

"Apa ya—"

"Selamat datang Raja!"

Brak

Arsalan POV end

Allerick, Erland dan Max yang kebetulan sedang berada di depan pintu kamar Arsalan, tersentak saat mendengar suara dari dalam kamar Arsalan.

Brak

Allerick membuka pintu kamar Arsalan dengan kasar.

"Arsalan!" Allerick panik saat melihat Arsalan yang sudah terduduk dilantai.

Allerick dan Max mengangkat badan Arsalan untuk dibaringkan di tempat tidurnya lagi.

Arsalan memijit pelipisnya dengan tangannya, kepalanya terasa sangat sakit. Raut muka Arsalan seperti orang yang sedang menahan sakit dan itu membuat Allerick tambah panik.

"Max, panggilkan dokter!" Perintah Allerick tanpa mengalihkan pandangannya pada Arsalan.

Namun, sebelum sempat Max pergi dari sana, Arsalan sudah menghentikannya terlebih dulu.

"Tidak usah Max..." lirih Arsalan.

"Ar—"

"Tidak perlu ayah, aku baik-baik saja." Ucap Arsalan menatap Allerick.

Allerick hanya bisa menghela napas mendengar itu. Ternyata anak sulungnya juga keras kepala, sama seperti adik-adiknya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Arsalan.

"Seharusnya ayah yang bertanya, kenapa kamu bisa seperti ini? Max menemukanmu yang tidak sadarkan diri diruanganmu dengan darah yang keluar dari hidung dan mulutmu." Lirik Allerick.

BERANDALWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu