08

12K 1.3K 7
                                    

"Where's home?"

***

"Max, bagaimana dengan Kalid?" Tanya Arsalan sembari memasuki kamarnya.

"Tuan muda belum keluar kamar sejak anda datang tuan." Jawab Max yang mengikuti Arsalan dibelakang.

Arsalan menghela napas. Ia mendudukan dirinya diatas kasur empuk miliknya.

"Apa ada tanda-tanda dari sihirnya?" Arsalan melirik Max yang berdiri sedikit jauh di depannya.

"Saya hanya merasakan sihir cukup besar di sekitar kamar tuan muda. Tetapi, saya tidak tahu sihir itu milik tuan muda Kalid apa bukan." Jawab Max.

Arsalan menyugar rambut hitamnya kebelakang. Bisa-bisanya ia lupa kalau sihir keluarga Khrysaor tidak bisa dilacak oleh orang yang tidak memiliki darah Khrysaor.

"Periksa Kalid dan perintahkan para pelayan untuk tidak menganggu ku sekarang." Perintah Arsalan.

"Baik tuan." Ucap Max lalu beranjak pergi dari sana setelah memberi hormat.

Blam

Arsalan merebahkan dirinya diatas kasur setelah mendengar pintu tertutup. Ia menutup kedua matanya dengan lengan.

"Lo bener-bener gak guna."

"Kenapa kamu tidak bisa seperti saudara-saudara mu yang lain hah?!"

"Ck, anak begajulan."

"Lo gak usah sok kenal sama kita di sekolah!"

"Nyusahin banget lo."

"Tidak ada yang bisa dibanggakan dari anak terakhirmu."

"Parasit."

"Patuhi kakak-kakakmu Kiel. Maafkan bunda jika bunda pergi duluan."

"ANAK SI—"

"S-sialan." Ucap Arsalan yang membuka matanya.

Sesak. Satu kata yang ia rasakan sekarang. Mengapa ia harus mengingatnya lagi? Dunia mereka dan dunianya sudah berbeda sekarang. Bukankah ini keinginannya dari dulu? Lupakan mereka, Arsalan. Lupakan keluarga bajingan itu.

Ingin sekali ia tertawa sekarang.

"Ah~ah...mungkin aku belum bisa tenang sebelum membalas mereka?" Gumam Arsalan sembari tersenyum.

"Sayang sekali, sepertinya aku sudah tidak bisa kembali. Selamat bersenang-senang kalian disana." Lanjut Arsalan dengan raut wajah datar.

Arsalan bersiul, "Selamat bersenang-senang~"

***

"Eungh.."

"Tuan muda Sean, apa anda bisa mendengar saya?"

"A-air.." Ucap Sean pertama kali setelah membuka kedua matanya. Ia melihat sekelilinya dengan perlahan. Ada beberapa pelayan dan dokter yang terlihat olehnya.

Pelayan yang berada di dekatnya mengambilkan gelas dan memberikannya pada Sean.

"Apa anda bisa mendengar saya tuan?" tanya dokter di samping tempat tidur Sean.

Sean melirik sang dokter setelah memberikan gelas yang ia minum pada pelayan. Ia hanya bisa mengangguk untuk menjawab. Badannya terasa lemas sekali.

"Syukurlah. Anda hanya perlu beristirahat lagi dan diharuskan untuk tetap di tempat tidur sampai tenaga tuan muda pulih kembali." Ucap sang dokter.

Sean mengernyit.

"Aku kenapa?" Tanyanya.

"Anda terpengaruh sihir tidur tuan." Jawab sang dokter.

Sean terlihat bingung mendengar itu. Setahunya, ia sedang mengejar pelaku yang berani menyentuh barang berharganya dengan sembarangan. Ia merasa sedang mengejar pelaku itu sedari tadi, lalu tiba-tiba ada cahaya putih yang menghampirinya dan saat terbangun ia sudah berada dikamarnya.

"Tuan Arsalan yang membawa anda kemari." Lanjut sang dokter.

"Ah... ka—"

"Tungguu...."

"A-apa katamu?"

Sang dokter yang mendengar pertanyaan Sean pun ikut terlihat bingung, "Tuan Arsalan yang membawa anda kemari setelah ia menemukan keberadaan anda tuan muda."Jawabnya jujur.

Sean terlihat kaget mendengar itu. Apa ia tidak salah mendengar?

"Kau tidak salah dengar." Sahut Kalid tiba-tiba setelah ia masuk dan mendengar percakapan Sean dengan sang dokter.

Sean melirik kakak keduanya yang baru masuk.

Kalid mendengus, "Hilangkan tampang bodohmu itu." Ucapnya.

Sean yang mendengar itu memalingkan wajahnya, "Tampangku tidak bodoh!" balasnya.

"Kau seperti anak kecil. Untuk apa kau mengejar orang itu? Kau bisa menghancurkannya langsung dari kamarmu tanpa repot-repot mengejarnya. Kau memang bodoh." Ucap Kalid dengan nada sedikit kesal.

"Tidak usah menceramahiku!" Ucap Sean.

"Pasti itu karena ia mengambil barangmu kan? Kau memang selalu berlebihan dengan koleksi-koleksimu. Itupun barang-barang yang terlihat usang yang dijadikan koleksi." Lanjut Kalid.

Sean hanya diam mendengar itu. Ia memang memiliki banyak koleksi barang-barang aneh. Tapi menurutnya, barang itu barang antik, bukan barang-barang usang seperti yang Kalid katakan. Apalagi Kalid tidak tahu barang yang dicuri adalah barang berharga.

Kalid menatap Sean yang terlihat melamun.

"Ada perlu apa kau kesini?" Tanya Sean setelah berhenti melamun.

"A-aku hanya ingin kesini." Jawab Kalid sembari memalingkan wajahnya.

Sean sedikit tersenyum setelah melihat telinga Kalid yang memerah.

"Tujuannya?" Tanya Sean lagi.

"Y-ya hanya ingin. Kau banyak tanya sekali!" Jawab Kalid lagi.

Tok tok tok

Kriett

"Tuan Arsalan." Ucap sang dokter yang membungkuk.

Sean dan Kalid yang mendengar itu, mengalihkan tatapannya ke pintu. Mereka dapat melihat sang kakak menuju kemari. Rahang tajam, tubuh tinggi dan bahu lebar, serta mata tajam, hidung mancung dan iris merah menjadi pemandangan yang mereka lihat.

"Kakak terlihat berbeda." Ucap Sean dalam hati.

Kalid terdiam menatap Arsalan, "Apa ini dirinya yang lain?" tanyanya dalam hati.

BERANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang