26

5.1K 571 9
                                    

Calix, pangeran kecil kesayangan banyak orang itu sudah tumbuh menjadi lelaki yang tampan. Dibesarkan dengan penuh kasih sayang tidak membuatnya menjadi pribadi yang lemah, terlebih Calix terkenal dengan sifat acuh yang melekat pada dirinya. Sang raja dan ratu yang membesarkan Calix pun terkadang heran dengan sikap acuhnya yang kelewat dingin itu. Mereka bertanya-tanya, darimana sikap acuh itu menurun?

Calix, lelaki bersurai merah itu tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan suka berkuda, terlebih dia pun sangat ahli dibidang panah maupun pedang. Ia mengagumi sang papa yang selalu melatihnya dengan tegas dan penuh kesabaran. Bermimpi menjadi raja yang bertanggung jawab dan bijak seperti papanya. Ia terus berlatih dan berlatih hingga disaat menginjak umur 18 tahun, ia diberikan kepercayaan untuk menjadi pemimpin perang diperbatasan.

Memimpin pasukan, menjadi pengarah pasukannya, memberi masukan pada pasukannya, ia lakukan dengan sebaik mungkin demi membanggakan kedua orangtuanya. Dirinya sangat ingin disaat ia kembali, kedua orangtuanya akan memberikan senyuman bangga padanya nanti.

"Pangeran, ini semua berkat anda!" Ucap salah satu pasukan dengan senyum lebarnya.

"Kita akhirnya bisa mengalahkan mereka!" Teriak salah satu pasukan lainnya.

Calix yang mendengar itu ikut tersenyum. Ia merasa ingin cepat-cepat kembali ke kerajaan, tempat tinggalnya.

"Selesaikan apa yang harus segera diselesaikan disini, kita akan kembali secepatnya." Perintah Calix.

Semua prajurit disana serentak mengangguk dan menjalankan perintah sang pemimpin.

Sudah 3 tahun lamanya Calix pergi, akhirnya ia bisa kembali pulang kerumahnya. Ia ingin memeluk kedua orangtuanya.

"Kita berangkat!" Teriak Calix memimpin pasukan untuk kembali.

Mereka memakan waktu hampir satu bulan untuk kembali. Bermalam di hutan, berburu makanan, dan mencari kayu bakar sudah menjadi kebiasaan mereka.

Begitu mereka sudah memasuki wilayah kerajaan, raut wajah mereka berubah sepenuhnya. Senyum lebar mereka luntur seketika.

"A-ada apa sebenarnya?" Tanya salah satu dari mereka ketika melihat sekelilingnya yang gelap, tidak ada satupun orang disana yang menyambut mereka seperti biasanya.

Calix segera melajukan kudanya cepat menuju istana, ia sangat menghawatirkan kedua orangtuanya disana. Sebenarnya ada apa ini?

Brak

Calix mendorong pintu kerajaan dengan kasar begitu ia sampai disana.

"Ibu?!" Panggil Calix.

Calix bisa melihat ibunya yang sedang duduk dikursi tahta dengan senyuman sendunya.

Ia berlari menuju kursi tahta.

"Apa yang terjadi?" Tanya Calix begitu sampai dihadapan sang ibu.

Sang ratu tersenyum menenangkan menatap putranya yang baru saja kembali, ia menghampiri Calix dan memeluknya erat, "Selamat datang putraku...."

Calix membalas pelukan sang ibu erat, "Apa semuanya baik-baik saja? Sebenarnya ada apa ini? Kemana semua orang pergi?"

"Hei tenanglah, semuanya baik-baik saja. M-mereka sedang i-ibu liburkan, ya mereka ibu liburkan karena baru saja menyelesaikan pesta."

"Pesta?" Dahi Calix mengernyit.

"I-iya, apa kau sudah makan?"

"Ah...aku baru saja sampai bu." Calix tahu ibunya itu sedang mengalihkan pembicaraan.

Calix melihat sekelilingnya, "Papa?"

Kedua pupil sang ratu terlihat bergetar, "S-sebaiknya kau membersihkan tubuhmu terlebih dahulu hm?"

BERANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang