12

10.8K 1.3K 39
                                    

Viridity

Di suatu tempat yang sangat jauh, yang tidak diketahui manusia manapun, berdiri sebuah kerajaan megah yang hanya bisa dijamah oleh makhluk-makhluk yang memiliki kekuatan suci.

Kerajaan megah yang berdiri dengan kokoh dan para rakyatnya yang hidup damai dan tentram tanpa ada rasa iri dengki karena rajanya yang terkenal seperti malaikat menganggap bahwa mereka itu sama, sederajat.

Suana asri dengan banyak tumbuh-tumbuhan yang ditanam disana mengelilingi setiap kerajaan, danau-danau yang bersih dan indah, lingkungan yang bersih dan nyaman yang membuat mereka sangat betah untuk tinggal disana. Hidup saling berdampingan walaupun mereka berbeda.

"wahh lihat itu raja!"

"Senyumnya sangat indah..."

"Aku ingin melihatnya dari dekat!"

"Ayah gendong aku! Aku tidak bisa melihat raja."

"Raja benar-benar seperti malaikat."

"Rambut pirangnya sungguh indah."

Sorak sorai rakyatnya yang menyambut sang raja dari bawah sana terdengar sangat menjunjung tinggi. Mereka ingin melihatnya, mereka ingin berdekatan dengannya, mereka memujinya, memuji raja mereka yang seperti malaikat.

Namun sayangnya, kehidupan tidak semulus itu. Di sini, di tempat yang mereka pijak, maupun di seluruh kerajaan yang mereka tahu, tidak mungkin tidak ada satupun kebohongan karena kebohongan merupakan salah satu hal yang tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup apalagi manusia. Seperti kenyatannya, seluruh rakyat kerajaan ini pun sedang mengalami kebohongan yang belum menimbulkan efek bagi mereka.

Dia, Aeneas Maximillian Khrysaor seorang pria bersurai pirang dengan iris merahnya, seorang pria yang sangat disanjung oleh rakyatnya, seorang pria yang dikenal bijak dan seperti malaikat, nyatanya hanyalah kebohongan. Dia hanyalah raja palsu, bom waktu yang akan menimbulkan efek bagi semua rakyatnya yang damai suatu saat nanti.

"Segala keagungan bagi anda Yang Mulia!"

Ucapan serentak rakyatnya yang memberi hormat menggema diseluruh kerajaan. Hingga tidak mereka sadari, bahwa seseorang yang benar-benar seharusnya mereka hormati ikut juga menundukkan kepalanya disana.

"Ah..haruskah aku berterima kasih padamu, kakak?" Ucapa seorang lelaki yang juga ikut menunduk disana lalu berlalu pergi setelahnya.

Sedangkan diatas sana, Aeneas yang melihat seseorang yang dikenalnya tersenyum sangat manis, "Kau berhutang budi padaku, adik kecil.."

Jadi, apa ada yang salah menurut kalian disini?

Nyctophile

Di sunyinya malam, seorang anak lelaki yang akan menginjak usia 5 tahun diam-diam membawa pedang salahsatu prajuritnya hingga keujung hutan yang merupakan tempat rahasianya disana. Air terjun besar menjadi pemandangan langsung saat ia sampai disana.

Byurr

Ia berenang menuju air terjun sembari membawa pedang yang cukup berat untuk anak seusianya menuju air terjun. Ia berniat menuju belakang air terjun, tempat rahasia yang hanya ia ketahui, pikirnya.

"hah..hah..hah...t-tidak kuat, k-kiel lelah..." ucapnya saat baru sampai permukaan.

Ia melihat pedangnya yang masih ia genggam, tersenyum saat berhasil membawa pedang itu hingga ke belakang air terjun walaupun paru-parunya yang terasa sakit saat ini.

"Kiel masih l-lemah.." gumamnya yang masih terlentang karena nafasnya yang masih berat.

"Itu karena kau masih kecil."

Brak

Trang

Anak lelaki bersurai hitam dengan iris merahnya langsung berguling karena kaget dan menjatuhkan pedangnya saat mendengar suara lain di dalam air terjun.

"S-siapa?" Ucap Kiel dengan nada bergetar.

Tap

Tap

Tap

Kiel bisa melihat seseorang muncul dari balik gelapnya gua mendekat kearahnya. Saat itu juga Kiel melebarkan kedua matanya saat melihat seorang lelaki dengan tubuh tinggi dan rambutnya yang berwarna merah sewarna dengan iris matanya.

"Halo adik kecil, perkenalkan namaku Rhory Maximillian Khyrsaor." Ucap lelaki itu dengan senyum manisnya dan mengusap pucuk kepala Kiel.

"Apa kakak ini gila? Kita baru pertama kali bertemu dan dia memberitahu namanya begitu saja. Kata ayah seharusnya tidak boleh melakukan hal seperti itu, apa ia tidak punya ayah?" Kiel bergumam dalam hatinya.

"Jangan melamun..." lelaki bernama Rhory itu menyentil jidat Kiel.

"auchh, sakit..." Kiel meringis sembari mengusap dahinya.

"Namamu adik kecil?" tanya Rhory.

Kiel menatap sengit Rhory, "Tidak punya nama!"

Rhory sedikit tersentak mendengar itu, namun ia tersenyum miring setelahnya, "Aku sudah memberitahu namaku, bukankah itu tidak adil?"

"Memangnya s-siap yang menyuruh kaka—kamu! Memberitahu namamu?" Wajah Keil memerah setelah mengatakan itu.

"Ah~ah..jahat sekali.." Rhory menjawab dengan muka sedihnya.

Kiel yang melihat itu menjadi panik sendiri, "Kata ayah tidak boleh membuat orang sedih!" ucap Kiel dalam hati

Rhory merasa terhibur melihat wajah panik Kiel, "Sepertinya bagus jika dipajang dikamarku?" Pikiran jahatnya keluar seketika.

"B-baiklah, aku akan memberitahu namaku.." Ucap Kiel yang memalingkan wajahnya kesamping.

Rhory hanya diam menunggu Kiel melanjutkan.

"Na-namaku, A—Arsalan Zedkiel Khrysaor!"

Hening.

Masih Hening.

Sampai,

Kiel melebarkan kedua matanya dengan tangannya yang berada di mulutnya, "KENAPA KIEL MENGATAKAN SEMUANYA?!" teriaknya dalam hati.

Sedangkan Rhory masih diam mematung.

"Khrysaor?"

Rhory tersenyum miring dengan tatapan datarnya, "Ah...kakak lihatlah, aku menemukan harta harun."

***

Brak

"T-tuan.."

"Tuan!"

"Pelayan cepat panggilkan dokter sekarang juga!" Max berteriak panik saat melihat tuannya Arsalan tidak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dari mulut dan hidungnya dan pena yang masih digenggamannya.

Saat itu semua orang di kediaman Khrysaor sangat panik karena seorang Arsalan ditemukan tidak sadarkan diri dikamarnya dengan genangan darah yang banyak diatas mejanya.

"Jadi Arsalan, apakah kau yakin buku yang kau ingat itu adalah buku yang kau temukan di loteng kamarmu?"

BERANDALWhere stories live. Discover now