21

7.1K 729 9
                                    

Istana yang besar dan megah, berdiri dengan kokoh seolah memperlihatkan betapa kuatnya kekaisaran ini. Pilar-pilar tinggi yang menjulang keatas,dengan lampu kristal yang menggantung di langit-langitnya memberikan kesan mewah pada istana ini. Namun, tidak semua penampilan luar memberikan kesan yang sama dengan yang ada di dalamnya bukan?

Arsalan pikir, istana semegah ini pasti akan sangat ramai dengan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Seharusnya, ia bisa mendengar suara orang-orang yang saling berbincang, suara canda tawa ataupun hal lainnya yang membuat istana ini sangat ramai. Namun kenyataannya, sangat jauh dari apa yang Arsalan pikirkan.

Sunyi, satu kata yang Arsalan gambarkan untuk istana semegah ini. Arsalan seolah tidak nyaman jika harus terus berada disini. Ia ingin pulang, tinggal bersama ayah dan kedua saudaranya jauh lebih baik bahkan sangat jauh lebih baik dari pada tinggal disini.

"Rasanya seperti bekas tempat pembataian...." Gumam Arsalan.

Konsekuensi yang harus diterima seorang Arsalan begitu mendengar penjelasan atau sebut saja rahasia yang diberikan kaisar kepadanya.

"Mengapa juga ayah memberikan izin tanpa adanya persetujuan denganku?!" Arsalan meremas guling disampingnya.

Buk

"Kamar ini seperti ruang terisolasi yang diberi garis polisi!" Kesal Arsalan sembari melempar guling yang tadi ia remas.

"Aeneas..." Geram Arsalan.

Flashback on

"Ah..apa kalian sudah selesai?" Tanya Allerick ketika melihat Arsalan dan Aeneas masuk bersama kedalam ruangan tempat ia dan kedua anaknya menunggu sedari tadi.

"Sepertinya kita membuat kalian menunggu." Ucap Aeneas yang sudah duduk ditempatnya.

"Maafkan aku membuat kalian menunggu." Ucap Arsalan yang juga sudah duduk disamping Kalid.

"Tidak masalah.." Jawab Allerick.

Kalid hanya diam memperhatikan mereka, sedangkan Sean terlihat menatap Arsalan dengan tatapan penasaran?

Arsalan yang melihat tatapan Sean di samping Kalid mencoba mengalihkan tatapannya. Ia menggaruk tengkuknya, bingung harus menjawab apa.

"Sean..." Panggil Kalid pelan dengan satu jari didepan bibirnya memberi tanda untuk diam.

Sean menegakkan tubuhnya dengan kedua pipi mengembung setelah Kalid memperingatinya.

"Memangnya kenapa sih?! Aku kan hanya penasaran." Dumel Sean dalam hati.

Arsalan menghela napas melihat Sean yang sepertinya merajuk. Ia mengusap pucuk kepala Sean dengan lembut. Sedangkan Sean yang diperlakukan seperti itu hanya diam dengan kedua telinga yang memerah.

"Bocah." Gumam Arsalan sangat kecil.

"Baiklah, apa kita bisa memulainya sekarang?" Ucapan Aeneas menghentikan kegiatan mereka.

"Silahkan yang mulia." Jawab Allerick.

Aeneas menumpu kakinya menjadi bentuk silang,"Kalian kesini untuk menemani Arsalan bukan?" Aeneas menatap mereka satu persatu.

"Benar yang mulia." Jawab Allerick sedangkan Kalid dan Sean hanya mengangguk.

Aeneas tersenyum manis, "Karena Arsalan sudah disini sekarang, kalian bisa meninggalkannya disini." Ucapnya santai.

Arsalan yang mendengar itu menatap Allerick penuh harap dengan harapan ayahnya itu akan menolak.

"Duke Agung, kau pasti memiliki banyak tugas kan? Jadi biarkan saja Arsalan untuk tinggal disini sementara waktu. Biarkan aku sendiri yang memperlihatkan semuanya." Ucap Aeneas meyakinkan Allerick.

BERANDALDonde viven las historias. Descúbrelo ahora