19

7.8K 973 25
                                    

Selama seminggu ini, Arsalan terus mengasah kemampuan otaknya untuk memahami dunianya sekarang yang memang terlihat sangat luas di ingatannya.

Kekaisaran Vivre dengan lima pilar kokoh yang tinggal didalamnya, cukup membuat otak Arsalan sedikit pusing untuk mengingatnya. Yang ia tahu sekarang, ia tinggal di salah satu pilar kekaisaran Vivre, salah satu kerajaan yang dianggap sebagai sayap kekaisaran yaitu kerajaan Dusha.

Jika dipikir-pikir, Arsalan pun sepertinya memang sudah menyadari ini sejak lama. Ia curiga, sejak awal sihirnya memang berhubungan dengan jiwa—sihir yang dimiliki oleh para penduduk kerajaan Dusha. Setiap ingatan yang muncul dikepalanya terasa sangat asing bagi tubuh dan pikirannya. Ia seakan merasa memiliki dirinya yang lain yang juga menjalani kehidupan jauh dari dunianya yang dulu maupun sekarang. Apakah dunia yang diperlihatkan di mimpinya adalah dunia paralel atau memang itu adalah kehidupan seorang Arsalan dahulu? Sebenarnya, kehidupan apa yang sedang ia jalani sekarang?

Tok

Tok

Tok

"Tuan, apa anda sudah siap?"

Arsalan memperhatikan dirinya dipantulan cermin, ia merapihkan pakaian warna hitam khas keluarga Khrysaor ditubuhnya.

"Ya." Jawab singkat Arsalan.

Kriet

Terlihat Max berdiri dengan pakaian rapihnya didepan ruangan Arsalan.

"Duke Agung dan kedua tuan muda sudah menunggu di depan, tuan." Ucap Max.

Arsalan berjalan dengan tegap menuju pintu keluar kediaman Khrysaor. Sesampainya disana ia bisa melihat Allerick, Kalid, dan Sean yang sudah menunggunya disana.

"Kau siap?" Tanya Allerick begitu melihat Arsalan.

"Tentu saja, tidak usah berlebihan seperti itu. Kita hanya pergi ke istana bukan ke tempat pengeksekusian." Jawab Arsalan.

Kalid mendengus dan Sean hanya bisa menggelengkan kepala mendengar jawaban sarkas Arsalan.

"Seseorang yang belajar mati-matian hanya untuk keluar kediaman Khrysaor tidak berhak berbicara seperti itu." Balas Allerick.

Arsalan menatap tajam Allerick, begitupun Allerick yang membalas tatapan tajam Arsalan.

Ekhmm

"Bisakah kita pergi sekarang?" Suara Sean menengahi acara tatap-tatapan antara ayah dan anak itu.

"Duke Agung Khrysaor sungguh kekanakan." Gumam Arsalan yang memutus tatapannya terlebih dahulu.

Allerick yang mendengar gumaman Arsalan membelalakkan kedua matanya.

"Cih, baru keluar kediaman saja sok jadi pria keren, padahal lebih cocok jadi gadis perawan." gumam Allerick yang juga didengar oleh Arsalan.

"AP—"

"Kalian berdua sungguh kekanakan!" Suara Kalid menyela suara Arsalan sebelum kakaknya itu akan memulai perdebatan lagi.

"Cepat naiklah! Lelet sekali, memangnya kalian gadis apa?!" Kalid menyerocos.

Alleric dan Arsalan melotot mendengar ucapan Kalid.

"Sudahlah, ayo cepat naik. Kita bisa terlambat nanti." Ucapan Sean menjadi penutup semua perdebatan mereka pada akhirnya.

Allerick dan Arsalan memasuki kereta kuda dengan wajah datar keduanya, lalu diikuti oleh Sean dan Kalid yang memasuki kereta kuda. Tidak ada percakapan diantara mereka berempat disaat kereta kuda mulai melaju.

BERANDALWhere stories live. Discover now