07

12.6K 1.3K 1
                                    

Semalam sebelum kejadian di Istana Kekaisaran.

Di sebuah ruangan yang terlihat sangat luas, terlihat dua belas orang berkumpul disana sembari duduk mengelilingi meja bundar yang sangat lebar.

"ah~ah... aku penasaran dengan anak pertamamu Duke." Sahut seorang laki-laki dengan surai pirang, dan foxy eyes sebagai ciri khasnya. Terlihat symbol tribal sun di punggung tangan kanannya.

Disebelahnya, terlihat gadis dengan surai merah tersenyum lebar yang membuat kedua matanya menyipit, "Aku ingin menemuinya!" Ucapnya heboh dengan sepasang sayap dipunggungnya terbuka lebar.

"Singkirkan sayapmu!" Bentak seorang lelaki dengan surai hijau tua dan kacamata bulat yang bertengger manis di hidung mancungnya. Ia terlihat sibuk dengan buku yang berada di tangannya.

"makhluk-makhluk cerewet." Sahut perempuan cantik dengan kulit tan dan rambut panjang berwarna jingga.

"A-aku j-juga sangat p-penasaran." Ucap gadis dengan dengan surai merah muda sebahu dan tubuh yang mungil. Ia memegang tongkat sihir dengan tangan gemetar.

Lelaki dengan surai biru gelap mendengus, "Berisik!" Ucapnya sarkas.

"ah..sunyi memang yang terbaik." Batin lelaki dengan surai hitam dan putih yang terlihat di beberapa bagian rambutnya ditambah mata sayu dan tahi lalat di samping bawah mata kirinya.

Sedangkan 3 orang pemuda tampan yang lainnya hanya diam dan memperhatikan. Duke Agung dan Kaisar pun hanya memperhatikan mereka dengan wajah datar.

"Apa kalian bisa diam?" Tanya Duke Allerick dengan datar.

"Cih, tidak seru." Ucap si pemilik foxy eyes

"Y-ya t-tidak seru s-sekali." Balas si gadis mungil.

Ragnar sebagai seorang kaisar hanya bisa memijat pelipisnya, "Diamlah!"

"Lanjutkan ucapnmu Duke." Lanjut Ragnar memberi perintah.

Duke Allerick menghela napas.

"Seperti yang sudah kubilang, anak pertamaku bukan orang yang mau melakukan hal-hal berat dan serius. Ia sudah terbiasa bergaul dengan wanita-wanita dikekaisaran." Ucap Duke meyakinkan.

"Bukankah tadi kau berkata ia sudah berubah?" Tanya Ragnar.

Allerick mendengus, "Aku sedikit tidak percaya. Apa mungkin ia berubah hanya dengan semalam?"

"Itu mungkin saja." Jawab lelaki dengan surai hijau tua sembari memperbaiki posisi kacamatanya.

"Duke, kau seharusnya paham sifat anakmu itu." Timpal perempuan dengan surai jingga.

Allerick yang mendengar itu tentu saja tertawa miris dalam hati. Ia memang ayahnya, tapi bukan berarti ia tau semua sifat anak-anaknya. Ia hanya sekedar tahu dari rumor yang ia dengar. Sungguh ayah yang buruk dan ia baru sadar akan hal itu.

"Kita coba terlebih dahulu." Sahut Ragnar.

Salah satu dari ketiga lelaki yang sedari tadi diam bangkit dari duduknya.

"Aku yang akan melakukannya."Ucapnya dengan nada terkesan datar namun mengeluarkan jiwa pemimpin yang kuat.

Ragnar meliriknya, "Baiklah."

Ia memberi hormat kepada kaisar dan beranjak berlalu dari ruangan itu.

"Tunggu!" Ucap Allerick.

"Apa yang akan kau lakukan?" lanjut Allerick bertanya.

Lelaki itu melirik kepada Allerick, "Ah...aku izin meminjam anakmu yang lainnya."

Kedua mata Allerick membelalak.

"Hanya satu." Belum sempat Allerick membuka suara, Lelaki tadi sudah berbicara terlebih dahulu dan berlalu keluar dari sana.

"Kita lihat tindakan apa yang akan anak pertama mu lakukan." Ucap Ragnar.

***

Di kediaman Duke Agung Khrysaor, terlihat beberapa pelayan dan dokter yang sudah bersiap di kamar Sean yang sebelumnya sudah dibersihkan.

"Mereka sudah datang!" Teriak salah satu pelayan.

Arsalan turun dari kudanya sembari menggendong Sean berlari masuk ke mansion menuju kamar Sean.

Sesampainya disana, ia membaringkan Sean secara perlahan dan menyuruh dokter untuk memeriksanya.

"Mohon maaf tuan, tuan muda Sean sepertinya terpengaruh sihir tidur. Aliran darahnya terlihat lancar dan tidak ada gangguan apapun. Lalu, pernafasannya pun teratur seperti orang tidur nyenyak. " Ucap sang dokter sembari menahan rasa gugup dan takut.

Arsalan menatap sang dokter tajam, "Apa kau yakin?"

Sang dokter yang ditatap seperti itu tentu saja bertambah takut. Keringat terlihat semakin banyak dipelipisnya, " Y-ya tuan. Tuan muda Sean akan bangun setelah beberapa jam saya menggunakan pemawar yang nantinya di hirup oleh tuan muda Sean.

Arsalan menyugar rambut hitam legamnya kebelakang, "Lakukan yang terbaik." Itu perintahnya.

"Aku pergi dulu." Arsalan merasa sedikit pusing sejak tadi. Otaknya dipaksa untuk memikirkan rentetan kejadian di dunia ini.

Max yang sedari tadi diam disana, pergi mengikuti Arsalan. Ia tahu bahwa tuannya itu sedang dalam kondisi yang tidak baik.

Sedangkan seseorang yang jauh dari sana memperhatikan semua kejadian yang dialami Arsalan dengan senyumnya.

"Ini kurang menantang." Ucapnya masih dengan senyuman.

***

Sorry, it's shorter than before because of the many activities at school.
Thank you for taking the time to read this story

BERANDALWhere stories live. Discover now