25

5.7K 587 11
                                    

Di alam bawah sadar Arsalan.

Indah, satu kata yang sekarang ada di pikiran Arsalan ketika ia melihat sekelilingnya. Banyak pepohonan hijau, juga bunga yang berwarna-warni tumbuh disekitarnya.

Begitu Arsalan mendongakkan kepalanya, Ia bisa melihat langit biru dipenuhi beberapa awan putih menutupi cahaya matahari. Udara disini sangat sejuk, angin berhembus kencang meniup lembut surai hitamnya. Kedua matanya terpejam begitu ia merasakan hembusan angin.

"Aku menyukainya...." Gumam Arsalan.

Ia membuka matanya perlahan, berjalan mengikuti kata hatinya. Berjalan menyusuri tanah yang ditumbuhi begitu banyak rerumputan hijau. Memperhatikan sekitar yang membuat kedua matanya berbinar. Ia bisa melihat sungai dengan air yang sangat jernih mengalir, dan ikan-ikan yang sedang berenang terlihat jelas oleh kedua iris merahnya.

Kedua kakinya terus melangkah seakan menyuruhnya untuk mengikuti kemana ia akan pergi. Kedua matanya tidak berhenti berbinar menatap sekitarnya. Begitu kedua kakinya berhenti melangkah, ia bisa melihat sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu dengan cerobong asap diatas atap rumah itu. Jaraknya hanya beberapa meter saja dari tempatnya berdiri sekarang.

"Apa ada orang disana?" Gumam Arsalan.

Ia berjalan menghampiri rumah kecil itu. Menengok ke kanan dan ke kiri bila saja ada orang disekitar rumah itu.

Kedua kakinya berhenti melangkah begitu ia sampai di depan pintu. Belum sempat tangannya ingin mengetuk, pintu itu sudah terbuka terlebih dahulu dari dalam.

Krieet

"Arsalan, kau datang?"

Deg

Seorang pria bersurai merah senada dengan kedua iris matanya berdiri dihadapan Arsalan yang terdiam.

Ia berjalan mendekat menghampiri Arsalan yang terdiam kaku, tangannya mengusap lembut pucuk kepala Arsalan, "Kau sudah besar..." Lirih pria itu.

"P-papa...." Lirih Arsalan.

Rhory, pria bersurai merah itu tersenyum begitu mendengar Arsalan memanggilnya papa. Ia mendekap erat tubuh putranya yang sudah besar.

"Papa sangat merindukanmu, Kiel." Ucap Rhory sembari mengusap rambut Arsalan lembut.

"Papa..." Panggil Arsalan lagi.

Rhory yang mendengarnya lagi tersenyum sendu, "Ya, ini papa."

Arsalan yang mendengar ucapan pria yang dipanggilnya papa itu tersenyum dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Ia membalas pelukan papanya dengan erat.

"Hiks...."

Rhory tersentak begitu mendengar suara tangis putranya, ia kemudian mengusap punggung Arsalan lembut, "Sstt...tenanglah, mengapa menangis hm?"

"Hiks...k-kau meninggalkanku..." Ucap Arsalan yang sesegukan.

Rhory tersenyum sendu mendengarnya, ia melepaskan pelukannya pelan. Menatap kedua mata dengan iris yang sama dengannya, ia mengusap airmata yang berjatuhan dari kedua mata putranya dengan lembut.

"Maaf, maafkan papa hm?

Arsalan menggeleng pelan, ia menatap Rhory dengan kedua mata yang memerah.

Sedangkan Rhory yang juga menatap Arsalan menghela napas. Ia kemudian menggendong Arsalan ala koala.

Arsalan yang merasakan tubuhnya melayang tersentak, "L-lepaskan! Aku bukan anak kecil!" Arsalan memukul bahu Rhory.

Rhory menghiraukan perkataan Arsalan, ia lebih memilih menyuruh Arsalan untuk bersandar dibahunya. Sedangkan Arsalan yang diperlakukan seperti itu memilih diam dan menurut menyandarkan kepalanya dibahu papanya itu.

BERANDALWhere stories live. Discover now