LIMA

30.7K 2K 164
                                    

Gatau deh bestieh aku mau ngetik apa lagi. Intinya kalian vote komen aja ya ramein!

Yang gak suka sama cerita ini silahkan out. Alurnya udah kayak gini jadi kalo cerita ini dibilang kayak Indosiar terserah kalian aja. Aku bikin karya ini buat diri aku dan pembaca yang suka sama cerita ini

Happy reading❤️🦋

"Teruslah jadi orang yang baik. Walau tak pernah diperlakukan baik oleh orang lain." — Dia Matahari

Tama mendatangi ke rumah Dewa, yang kebetulan Kenneth dan Riana sedang ada di rumah. Pria paruh baya itu memunculkan ide dibenaknya lagi. Menyuruh anaknya yang bernama Kenneth untuk kembali lagi memindahkan Dewa ke Amsterdam. Tempat dimana Dewa bersekolah disana dulu.

"Ken, perusahaan Papa di Amsterdam tidak ada yang mengurusnya."

"Bukannya ada Ferdi?"

"Memang benar. Tapi sekarang dia sudah dalam perjalanan untuk menuju ke sini. Ferdi meminta ke Papa dia ingin mengurus perusahaan di sini saja. Dia tidak mau di Amsterdam."

"Jadi, harus Ken lagi yang kesana?"

Tama mengangguk. "Sekalian kamu bawa Riana dan Dewa kesana. Dewa akan kembali sekolah di Amsterdam lagi. Bukan di sekolah lamanya. Tapi di sekolah barunya."

"Udah kedua kalinya Dewa pindah sekolah terus. Papa minta buat pindah lagi? Papa tuh kenapa sih? Selalu aja pindahin anak Ken tanpa alasan. Dewa udah nyaman disini katanya Pa. Udahlah!"

Kenneth memang tidak tahu alasan dari Tama. Tama selalu menutupi alasan sebenarnya. Ia selalu membawa nama perusahaannya untuk memindahkan Dewa. Padahal bocah kecil itu sudah merasa nyaman disini. Ketika Dewa mencoba untuk mempunyai teman, Tama selalu berusaha untuk menjauhkan Dewa dari temannya. Dan ini kesekian kalinya.

"Kali ini aja Ken. Lagian Papa lihat Dewa pasti mau-mau aja untuk pindah. Siapa tahu setelah Dewa pindah dia juga nyaman? Punya teman baru yang bisa bawa pengaruh baik buat Dewa."

"Teman barunya itu udah bawa pengaruh buruk Ken. Papa enggak suka. Nilai Dewa jadi menurun karna si perempuan itu."

"Pasti Dewa sering diajak main sama teman barunya. Benar-benar bawa pengaruh buruk 'kan? Papa cuman mau kasih yang terbaik untuk cucu Papa sendiri."

Kenneth memutar bola matanya. Ia jengah dengan Ayahnya sendiri. "Papa awalnya nyuruh Ken buat handle perusahaan aja 'kan? Yauda, Ken biarin Riana sama Dewa disini. Ken menolak Dewa buat dipindahkan."

"Enggak bisa! Riana sama Dewa tetap ikut kesana! Ken, selain kamu yang bisa menghandle. Riana lebih pintar buat handle perusahaan Papa. Kalian bisa bekerja sama. Dan Dewa tetap dipindahkan sama Papa."

"Kalo kalian menitipkan Dewa ke Papa yang ada Dewa nyari-nyari kalian. Lebih baik dia ikut."

"Terserah! Capek Ken sama Papa perdebatannya itu mulu. Kebiasaan Ken juga selalu ngalah sama Papa. Tapi Ken ada syarat."

"Syarat?"

"SMA nanti Dewa bakal sekolah disini. Dan Ken menolak Dewa untuk sekolah di Amsterdam."

Tama menimang syarat yang diberikan oleh Kenneth. "Gimana kalo Dewa ketemu lagi sama perempuan yang bawa pengaruh buruk buat Dewa?"

"Kalo Papa enggak setuju, Ken juga enggak setuju. Lebih baik Papa cari yang bisa handle perusahaan Papa di Amsterdam. Ken mau urus perusahaan disini aja."

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt