EMPAT PULUH TUJUH

11.8K 1K 169
                                    

tenang, belum ending yang sebelumnya kita lanjut lagi ya😁

yang jelas harus ramein dulu, jangan lupa vote komennya bestieh gak boleh pelit ntar jodohnya pelit juga😁🙏🏻

yang jelas harus ramein dulu, jangan lupa vote komennya bestieh gak boleh pelit ntar jodohnya pelit juga😁🙏🏻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ayo sambil nabung buat jemput Dewa, Matahari dan anak anak ku lainnya😻

untuk novel ku masih ada stok nya ya, jangan lupa CO keburu kehabisan. dan aku udah taruh link harga paket novel Dia Matahari di bio ig tulisansebell, aku tunggu kalian jemput anak-anak ku💜

Happy reading💚

"Bahkan berharap sama diri sendiri saja pernah merasa kecewa. Bagaimana ketika kita berharap sama orang lain? Melebihi dari itu." — Dia Matahari

Matahari terdiam membeku kala Aiden malah memeluk dirinya. Dia berpikir panjang saat Aiden memeluk. Apa laki-laki itu sudah salah paham? Padahal sebenarnya dia belum menjawab sama sekali ketika Aiden menembaknya tadi.

Mana mungkin Matahari menerima orang baru ketika di hatinya saja masih ada nama Dewa. Dia masih terpaku dengan satu nama itu. Nama yang setiap harinya selalu ada dipikirannya.

Matahari membenarkan perkataan Megan. Seharusnya dia berjuang, karena setiap hubungan pasti mempunyai resikonya masing-masing. Apalagi dia dengan Dewa baru memulai, belum terlalu lama mereka menjalin hubungan.

Matahari menghindar bukan karena dia sudah move on. Tapi karena dia malu pada Dewa. Setiap luka yang Dewa rasakan itu disebabkan oleh dia sendiri.

Contohnya luka yang dipukul oleh Ayahnya sendiri.

Aiden melepas pelukannya. Sungguh jantung Aiden seakan berdegup kencang, tapi dia sudah merasa lega.

"Ta—"

Matahari menyela duluan. "Kak Aiden," panggil Matahari. "Boleh aku duluan yang ngomong?" katanya membuat laki-laki itu mengangguk pada Matahari.

"Of course. Mau ngomong apa?"

Matahari meneguk saliva nya perlahan. Dia takut untuk mengatakan jujur pada laki-laki di depannya ini. Bagaimana kalau pada akhirnya Aiden merasa sakit hati juga karena nya ketika dia jujur?

"Hey? Kok diem?"

Matahari memberi senyum simpul. Dia melepas genggaman dari tangan Aiden.

"Aku mau minta maaf sebelumnya sama  kamu Kak." Matahari menjeda membuat Aiden memegang dagu Matahari supaya perempuan itu bisa menatapnya.

"Kenapa minta maaf?"

Matahari menetralkan rasa takutnya membuat Aiden membantu dengan kembali menggenggam tangan Matahari. "Udah bisa buat ngomong sekarang?" tanya Aiden pada Matahari.

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now