TIGA PULUH SATU

21.3K 1.2K 294
                                    

Makin semangat kalo kalian terus ramein cerita ini

Boleh juga share ke temen-temen kalian buat baca cerita ini😁👊🏻

Happy reading💛

Hari ini tumbenan sekali kelas Dewa dan Arjuna sudah boleh untuk keluar duluan walaupun bel belum berbunyi. Masih ada sisa beberapa menit lagi untuk mendengar bel pulang berbunyi. Cowok dengan jalan yang tegap dan tatapan yang tajam. Pandangannya selalu lurus ke depan tanpa menoleh kanan-kiri. Padahal sudah ada beberapa siswi yang menoleh ke arah Dewa saat melewati mereka di lorong. Namun cowok itu mengabaikan dan memilih untuk tidak melirik sana-sini.

"Lo mau nunggu cewek lo?" Arjuna berada di samping Dewa.

"Hm. Lo?"

"Ikut deh. Sapa tau gue bisa modus ke Megan. Pulang bareng gitu."

Mereka berdua sampai di depan kelas anak IPS yang masih mengajar di dalam oleh Pak Basrian. Belakang punggung cowok itu bersandar di dinding sambil menunggu gadisnya keluar.

"Sampe kapan?"

"Hah?" Arjuna mengernyit bingung. Dewa tiba-tiba bertanya yang tak ia mengerti.

"Sampe kapan lo bertepuk sebelah tangan terus?" Skakmat. Sejenak Arjuna terdiam dengan pertanyaan dari temannya itu.

Dewa tahu Arjuna menyukai salah satu temannya Matahari. Megan. Hanya saja cintanya bertepuk sebelah tangan. Sama sekali tak dilirik oleh gadis itu. Namun Arjuna tetap saja ingin mengejar membuat Dewa tak habis pikir. Tidak secara langsung pun dengan sikapnya Megan pada Arjuna itu sudah menunjukkan bahwa Megan menolak Arjuna. Arjuna sadar tetapi dia tetap tidak akan mundur begitu saja. Sebelum ia mengetahuinya sendiri dan mendengarnya secara langsung. Ketika Megan menolaknya.

Dari SMP Arjuna sudah menyukai Megan bahkan sampai sekarang. Bisa dihitung sudah berapa tahun Arjuna menyukai Megan yang tak dilirik sama sekali. Kadang Dewa merasa iba. Banyak perempuan pastinya yang menyukai Arjuna tapi ia memilih yang tak pasti. Yang sudah jelas menolak terus.

"Sampe gue capek? Belum capek gak bakal sadar gue." kekeh Arjuna. Terdengar miris. Tapi itu kenyataannya yang ia dapat.

"Masih banyak cewek." kata Dewa pada Arjuna singkat.

"Tau. Cuman gue orangnya berpatok ke satu orang. Kalo gue mau yang A gue bakal tetep pilih A. Nggak akan mau lirik yang lain." balas Arjuna. Karna pada dasarnya juga lebih besar rasa sayangnya dibanding rasa sakitnya. Kalaupun belum merasa capek tetap akan terus ia kejar. Dan tetap akan terus mencintainya walau tahu akan bertepuk sebelah tangan.

"Kalo udah dapet jangan lo sia-siain. Lo gak gentle kalo akhirnya nyakitin cewek." kata Dewa pada Arjuna.

"Begitu juga lo. Matahari orang yang baik gue liat. Jangan karna dia polos orangnya lo sakitin. Gue bakal tonjok lo mulai detik itu juga." Bukan tidak senang. Apalagi cemburu. Justru Dewa merasa senang kala gadisnya ada pelindung lagi selain dirinya. Karna sifat orang kita tidak ada yang tahu. Takut kalau Dewa berubah sikap dan malah menyakiti Matahari. Dewa bukan spek sempurna yang kalian bayangin. Dewa juga manusia sama seperti yang lainnya. Pastinya akan berbuat kesalahan dari yang sengaja maupun tidak. Dan itu entah kapan.

Tentu Dewa merasa beruntung mempunyai teman yang bukan sekedar teman saja. Tapi yang benar-benar bisa menyadarkan dirinya kalau ia berbuat salah. Karna menurut Dewa teman seperti itu sangat langka untuk di dapatkan.

Salah satunya ketika ia mempunyai rencana untuk pura-pura lupa dengan Matahari dan Arjuna justru yang membantunya. Sampai rencana yang ia buat berakhir gagal.

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora