EMPAT PULUH DUA

15.7K 1.1K 431
                                    

minimal vote sama komen bestieh, jangan siders dong😔

ini paket permen kapas bestieh kalian masih bisa buat CO di TBO lainnya atau klik link bio yang ada di Instagram aku @tulisansebell😻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ini paket permen kapas bestieh kalian masih bisa buat CO di TBO lainnya atau klik link bio yang ada di Instagram aku @tulisansebell😻

happy reading💖

"Selama kamu masih punya Tuhan kamu tetap akan aman. Bila dunia sedang tidak berpihak pada dirimu." — Ranatasya Matahari

Semua pelayan langsung membantu Aksa ketika mereka melihat Dewa dengan banyak luka di bagian wajahnya. Bahkan keadaanya juga sudah sangat melemah karena pukulan Haris begitu kuat untuk Dewa. Sama sekali tidak diberi ampun oleh pria itu. Membiarkan Dewa kesakitan dan merasa puas sudah memukul Dewa habis-habisan.

Niat Aksa tadi ingin membawa Dewa ke rumah sakit. Takut kalau lukanya malah jadi luka dalam. Tapi Dewa malah menolaknya. Dia lebih ingin di bawa ke rumah yang membuat Aksa jadi tidak bisa memaksa laki-laki itu.

Mereka membawa Dewa ke dalam kamarnya. Membiarkan belakang punggung Dewa bersandar di headboard lalu kakinya yang diluruskan. Satu tangannya masih tetap memegang bagian perutnya yang terasa sakit. Kemudian Dewa menoleh ke Aksa yang hanya diam menatap ke arahnya.

Dewa terkekeh kecil. Dia meninju pelan lengan Aksa, "Kenapa sih lo Bang? Ngeliat gue kayak gitu banget. Santai lah gue masih baik-baik aja kok." Aksa tahu Dewa hanya pura-pura kuat di depannya.

"Tapi, sorry, Bang bukannya gue ngusir. Lebih baik lo balik sekarang, takut bokap malah makin marah nyariin lo." ucap Dewa. Dia tidak ingin kalau Aksa juga kena oleh Haris apalagi dia juga sudah menolongnya dari pukulan Haris.

Aksa mengangguk. Dia baru saja ingin bangun dari duduknya namun terhalang ketika Dewa memanggil membuat Aksa kembali duduk di samping Dewa.

"Kenapa?"

Dewa menggaruk lehernya yang tidak gatal, "Nggak jadi deh, Bang."

Aksa tahu Dewa ingin menyampaikan sesuatu untuk adiknya. "Lo mau bilang apa ke adik gue? Biar nanti gue langsung sampein ke dia." ucap Aksa.

Dewa terkekeh, "Tahu aja lo." Kemudian sejenak Dewa diam kembali membuat Aksa masih setia menunggunya. "Bilang ke dia Bang. Cantiknya Dewa jangan nangis, karena gue baik-baik aja di sini."

"Udah? Ada lagi gak yang mau lo sampein?" tanya Aksa.

"Lebih ke lo sih," Sebelah alis Aksa terangkat. "Maaf, ya, Bang? Semua jadi kacau gara-gara gue. Lo juga jadi kena pukul bokap lo." Aksa menghela napas. Dia menggeleng kecil pada Dewa.

"Bukan lo yang minta maaf. Tapi harusnya bokap gue, yang udah mukul lo sampe kayak gini. Dan gue mewakili bokap, minta maaf sama lo." Lalu Aksa menepuk pelan lengan Dewa. "Lo kalo sakit tunjukin aja gak usah harus pura-pura kuat di depan orang." ucap Aksa kemudian dia berdiri dari duduknya ingin pergi keluar dari kamar Dewa.

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang