LIMA PULUH

9.9K 611 48
                                    

sedih banget vote komen nya kurang padahal tinggal pencet aja loh😔

sedih banget vote komen nya kurang padahal tinggal pencet aja loh😔

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

buku Dia Matahari masih bisa dipesan ya bestieh. kalian bisa klik link bio, atau kalian cari di shoppe "Dia Matahari" untuk kalian bisa pilih mau pesen di TBO mana aja🤍

pastinya novel dan di wattpad itu berbeda. bahkan ending sekalipun itu beda. masih ada plot twist lagi yang gak aku cantumin di wattpad. jadi jangan lupa untuk jemput anak-anak ku ya💖

Happy reading🧡

"I fall in love with everything about you." - Dewangga Putra Alvarez

Disaat dari luar membuka pintu. Riana, Kenneth, Haris, Marquetta dan Mentari, Neneknya Dewa sedang saling pandang melihat Dewa yang sudah sadar dan langsung di dekat jendela bersama Matahari dengan ia merangkul pinggang perempuan itu. Mereka terkejut namun sedetik kemudian mereka terkekeh kecil lalu menggeleng melihat keduanya.

Mereka kembali menutup pintunya pelan-pelan agar tidak terdengar oleh keduanya. Membiarkan Dewa dan Matahari berdua di sana terlebih dahulu untuk melepas rindu di antara keduanya.

"Tak, wish kamu di 2024 itu apa?" Matahari menoleh. Perempuan itu melepas rangkulan Dewa di pinggangnya. Kemudian menjauh sedikit dari Dewa membuat Dewa bersandar di dinding dekat jendela tersebut.

"Pertama yang paling penting, aku mau kamu sembuh." katanya membuat ujung bibir Dewa terangkat sedikit.

"Terus?"

"Aku bisa pertahanin nilai aku, untuk Mama sama Papa ku." katanya lagi. Dan Dewa juga berharap sama dengan Matahari. Dia ingin pertahanin nilainya untuk Kakeknya. Mau sekecewa apapun Dewa pada Kakeknya. Dewa sangat ingin buat Kakeknya bangga padanya.

"Ada lagi?"

Tangan telunjuk Matahari berada di dagu. Seakan dia sedang berpikir. "Ada dong! Semoga kamu gak makin nyebelin jadi orang, ya?" katanya lagi pada Dewa yang di akhirnya ada kekehan kecil.

Dewa berbalik untuk menutup jendelanya. Kemudian menghampiri Matahari. "Emangnya aku nyebelin?" tanya Dewa membuat Matahari langsung mengangguk. "Masa sih?"

"Iya!! Emang kamu nyebelin kok! Kamu aja gak pernah sadar!!"

"Oh, aku nyebelin." Kemudian Dewa lebih dekat lagi ke Matahari. "Kayak gini bukan nyebelin nya?" Lalu Dewa menggelitik bagian pinggang Matahari membuat perempuan itu menghindar.

"Ish, Dewa!!"

Dewa tertawa terbahak-bahak.

"Baru aja aku bilang tadi! Malah di sengajain!! Geli tau!" Matahari berkacak pinggang di depan Dewa.

"Gili tii." Dewa mengejek.

Matahari memasang wajah marah pada Dewa. Namun bagi laki-laki itu tidak membuatnya takut. Dia malah menjepit hidung mancung Matahari yang membuat Matahari kesulitan bernapas.

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now