DUA PULUH

25.9K 1.5K 388
                                    

Semoga kalian nikmati baca cerita ini yaa jangan lupa buat ramein

Vote & spam komen🤍

Happy reading🦋

"Kayaknya gue cuman ikut basket doang." kata lelaki itu pada Dewa yang baru saja mereka berdua habis dari ruang basket. Mereka berdua telah daftar untuk ekskul di bidang olahraga. Dewa yang mengajaknya duluan pada Arjuna. Pandangan pertama saat ada demo ekskul Dewa sudah tertarik duluan melihat basket. Dulu sering banget Ayahnya mengajari Dewa bermain basket sampai benar-benar bisa. Dan akhirnya saat ia menginjak di sekolah SMP cowok itu langsung mendaftarkan dirinya untuk ekskul basket. Salah satu ekskul kesukaannya juga.

Bukan hanya itu, dulu sering banget Dewa ikut ekskul sana-sini. Selain basket di berbagai bidang olahraga lain juga Dewa ikut. Bahkan Dewa juga pernah ikut ekskul taekwondo dan juga seni musik.

Walaupun cukup sulit bagi Dewa untuk membagi waktu antara ekskul basket dengan ekskul lain. Tapi Dewa bisa menunjukkan kelebihan yang dia punya dengan kemauannya sendiri. Tanpa dituntut oleh kakeknya sekarang ini. Sering kali juga Dewa mengikuti berbagai lomba pada ekskulnya. Sudah banyak piala maupun piagam yang Dewa dapatkan dulu.

Cowok itu merasa dirinya hidup semenjak mengikuti ekskulnya. Dari pada dulu yang apa-apa selalu disuruh belajar terus.

Kedua orang tuanya sangat mendukung apa yang Dewa lakukan. Merasa bangga dengan cowok itu. Sampai suatu ketika Tama mengetahui Dewa sering mengikuti berbagai ekskul dan sering mengikuti lombanya. Dan tahu bahwa cucunya selalu menang. Tama merasa bangga dengan kelebihan yang Dewa punya. Selain di bidang akademik ternyata Dewa mampu di bidang non akademik juga.

Di lorong sekolah mendadak Dewa berhenti. Cowok itu tak sengaja melihat gadis dengan rambut yang berkepang dua itu dari jauh. Matanya mulai menyipit kala yang ia lihat Matahari baru saja keluar dari ruang musik.

Arjuna mengikuti arah pandang Dewa. Ia manggut-manggut seolah mengerti dengan pandangan itu.

"Kayaknya ada yang ikut ekskul musik." sindir Arjuna pada Dewa membuat cowok itu menoleh.

"Siapa?"

"Itu temen kecil lo lah. Lo pikir siapa? Topeng Monyet?"

"Oh."

"Gitu doang respon lo?"

"Emang harus gimana?"

"Ya, inisiatif kek lo samperin dia. Tanya. Kan lo temen kecilnya dia. Kenapa malah jadi asing bener lo?"

"Males."

"Males apa emang lo gengsi buat samperin dia? Di mana-mana kalau ketemu temen kecil itu jadi deket. Ini jauh-jauh kayak orang asing aja lo sama dia. Heran gue," Dewa diam saat Arjuna mengomelinya. Padahal kalau saja Arjuna tahu mungkin tidak bakal ia mengomeli dirinya. Di sekolah dengan diluar sekolah Dewa berbeda. Terlihat Dewa lebih akrab dengan Matahari kalau sudah diluar sekolah. Kalau di sekolah cowok itu kembali bersikap dingin sekaligus ketus.

"Biasa aja. Perasaan lo aja kali."

"Bukan gue doang pasti yang mikir begini. Lagian kemaren aja lo deket. Segala lo gendong dia."

"Udah kayak di sinetron lo."

"Dia pingsan Jun. Gue gendong. Nggak mungkin anak orang gue tuntun?"

Arjuna manggut-manggut, "Percaya dia pingsan. Khawatir banget lo ya sama dia?" tanya cowok itu sengaja ingin memancing Dewa.

"Dia temen kecil gue."

"Si paling temen kecil." Dewa menoleh sinis pada Arjuna. Sadar temannya melirik Arjuna hanya menaikkan satu alisnya. "Apa? Salah gue?"

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now