LIMA PULUH SATU

9.5K 617 54
                                    

aku minta tolong banget buat vote komennya ya bestieh biar aku tau gimana sama cerita ini di kalian😁

semoga kalian selalu suka sama cerita ini dan gak bosen ya hoho

dan aku minta maaf banget sama kekurangan dari cerita ini, authornya masih amatir soalnya😁😁😁

dan aku minta maaf banget sama kekurangan dari cerita ini, authornya masih amatir soalnya😁😁😁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

buku Dia Matahari masih bisa dipesan ya bestieh. kalian bisa klik link bio, atau kalian cari di shoppe "Dia Matahari" untuk kalian bisa pilih mau pesen di TBO mana aja🤍

pastinya novel dan di wattpad itu berbeda. bahkan endingnya sekalipun itu beda. masih ada plot twist lagi yang gak aku cantumin di wattpad. jadi jangan lupa untuk jemput anak-anak ku ya💖

Happy reading🧡

"That beautiful girl is mine. And will remain mine."

- Dewangga Putra Alvarez -

Dewa menoleh ketika melihat Haris masuk membuat dia langsung turun dari brankar, meski saat dia turun perutnya merasakan ngilu. Namun dia tidak ingin menunjukkan rasa sakitnya di depan Haris. Dia membungkuk sedikit untuk menyalami tangan Haris. Tanpa adanya Matahari. Dan hanya Haris seorang.

Dewa merasa gemetar, tubuhnya panas dingin. Dan jantungnya yang berdetak tidak karuan ketika dia hanya berdua bersama Haris di kamar rawat inapnya.

Dewa berharap ada yang masuk ke kamar rawat inapnya mau siapapun itu.

"Yang kamu cari anak saya mulu. Matahari ada di depan sama orang tua kamu." katanya pada Dewa seolah tahu kalau Dewa sedang mencari Matahari.

"Nggak, Om."

"Jadi, kamu gak nyariin anak saya? Kamu nyariin siapa? Perempuan lain?"

"Iya—"

"Eh, gak, Om!" Dewa berdecak. Dia jadi merasa kikuk sendiri di sini.

Haris berjalan menuju sofa. Kemudian duduk. Menatap Dewa lalu menepuk sofa di sampingnya. Menyuruh Dewa untuk duduk di sampingnya Haris.

Dewa berjalan untuk duduk di samping Haris. Tangan kekar Haris menepuk pundak Dewa. Mencoba agar Dewa sedikit tenang ketika dia bersama Haris.

"Tenang, Dewa. Kenapa kamu jadi grogi gini sama saya? Waktu itu kamu berani sama saya. Sampe rela kamu saya pukul. Kalo kamu grogi gini sama saya gimana bisa saya percaya sama kamu?" katanya membuat Dewa sedikit bingung.

"Maksud Om?"

Kini tatapan Haris ke Dewa berubah menjadi tajam. "Apa yang buat kamu jatuh cinta sama anak saya?"

Dewa menelan saliva nya sedikit susah. Kemudian menarik napasnya perlahan untuk menetralkan rasa gugupnya. "Dari kepribadian nya, Om." katanya pada Haris membuat kening pria itu berkerut.

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now