DUA PULUH DELAPAN

22.4K 1.4K 428
                                    

Boleh kali vote komennya, jangan pelit pelit dong😔

Happy reading🤍

"Kamu diciptakan oleh Tuhan sebaik-baiknya. Belajarlah untuk menyayangi diri kamu dulu sebelum kamu menyayangi orang lain di sekitar kamu." - Ranatasya Matahari

Matahari langsung menunduk ketika mereka sampai di sekolahnya. Lebih tepatnya siswi yang baru saja melewati mereka di parkiran matanya langsung tertuju pada Matahari yang sedang dibonceng oleh Dewa. Cepat-cepat tangan yang membentuk pelukan itu langsung Matahari lepas. Tak ingin menjadi pusat perhatian di sekolahnya. Apalagi kalau sampai Elsa tahu. Bisa-bisa juga ia akan dihabisi lagi oleh kakak kelasnya itu.

Mereka pun turun dari motornya. Dewa yang akhirnya sadar karna siswi yang ingin melewatinya masih sempat-sempatnya menatap sinis ke Matahari.

Dewa menoleh ke Matahari yang menunduk takut. Bahkan yang tadinya tak ada jarak sekarang malah jadi berjarak oleh gadisnya.

"Ngapain lo liatin cewek gue? Masuk, masuk aja." kata cowok itu terdengar tidak suka membuat siswi yang menatap sinis ke Matahari langsung menunduk. Dan pergi dari sana dengan buru-buru.

"Kamu jangan galak-galak." ucap gadisnya yang kini sedang melirik.

"Kalo gak galak nanti ngelunjak. Kayak lo." Cowok itu malah menyalahkan gadisnya sendiri.

"Kok aku?"

"Udah berani cubit gue sekarang. Lo pikir dicubit gitu gak sakit?" Matahari tak menjawab. Gadis itu malah melepas jaket milik Dewa.

Matahari memberikan jaketnya pada Dewa tanpa kata. "Siapa yang nyuruh lo buat balikin ke gue? Pake."

"Udah di sekolah. Gak boleh pake jaket. Kamu lupa?"

"Yauda, bawa."

"Ini kan jaket kamu!"

Dewa menatapnya lama. Dalam hati cowok itu merasa gregetan karna gadisnya benar-benar cerewet. "Jaket gue jaket lo juga Matahari. Timbang bawa doang ke kelas. Kalo ditanya lo tinggal bilang aja. 'Punyanya cowok ganteng.' trus kalo lo ditanya lagi cowok gantengnya siapa sebut nama gue. Trus lo bilang gini. 'Dia pacar aku.' begitu." Matahari menahan untuk tidak senyum ke Dewa.

"Kepedean!"

"Di mulut lo emang bilang gitu. Tapi di hati lo, ngakuin kan kalo emang gue ganteng?"

Matahari mencoba untuk menutupi salah tingkahnya. Ia memilih tak menjawab dengan langsung pergi begitu saja meninggalkan Dewa.

"Apa-apaan gue ditinggal?" Lalu cowok itu mengejar Matahari dengan menahannya sebentar.

"Ish, aku mau ke kelas!"

Seakan tuli. Jari-jari tangan Matahari disatukan dengan jari-jari tangannya. "Harus pegangan. Biar orang lain tau kalo lo ceweknya gue. Kita ke kelas bareng. Beda patokan doang."

Ketika gadisnya ingin menyanggah, sudah Dewa duluan yang membuatnya langsung terdiam.

"Bawel lagi, gue cium lo sampe gak bisa napas."

^^^^^

Kedua perempuan itu menatap ke arah mereka yang sedang berada di lorong sekolah. Mereka sedang bercanda sambil berpegangan tangan di sana membuat gadis itu menatap tak terima dengan kedua tangannya sudah mengepal erat. Seharusnya bukan Elsa yang di skors. Tapi perempuan yang tidak tahu diri. Playing victim seolah Elsa banyak salahnya. Itu menurut Gothel kalau Matahari yang salah bukan temannya. Padahal sudah jelas Elsa memang salah karna sudah mem-bully orang yang tak bersalah.

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now