EMPAT PULUH SATU

15.9K 1.1K 365
                                    

susah banget dapet komen sama vote nya padahal gak susah loh😔

ini paket permen kapas bestieh kalian masih bisa buat CO di TBO lainnya atau klik link bio yang ada di Instagram aku @tulisansebell😻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ini paket permen kapas bestieh kalian masih bisa buat CO di TBO lainnya atau klik link bio yang ada di Instagram aku @tulisansebell😻

happy reading💖

"Harusnya aku sadar, dari awal aku adalah pembawa luka untukmu." — Ranatasya Matahari

"Maaf, kita putus aja ya?"

Mendengar itu membuat Dewa langsung membeku. Pelukan mereka pun perlahan mengendur. Matahari langsung menggigit bibir bawahnya ketika Dewa menatapnya begitu dalam. Laki-laki itu menganggap apa yang sudah dia dengar tadi dari mulut Matahari itu sudah salah.

"Tadi lo bilang apa? Kita putus?" tanya Dewa memastikan membuat Matahari mengangguk kecil ke arahnya.

Matahari menggenggam kedua tangan Dewa sambil memberi senyum kecil pada laki-laki itu. Agar Dewa juga tidak terlalu emosi terlebih dahulu sebelum Matahari akan menjelaskan pada Dewa.

"Kita masih bisa kok buat jadi temen. Masih bisa ketemu di sekolah juga. Kita nggak bakal jadi asing Dewa. Kan dari dulu juga kita udah jadi temen kecil, ya, kan?" ucap Matahari yang langsung dilepas genggamannya oleh laki-laki itu.

"Kenapa lo enteng banget bilang putus?" Matahari terdiam. "Kalo gue ada salah, bilang, Tak. Gue tau kok gue udah salah ninggalin lo di acara party itu. Tapi bukan berarti lo langsung mutusin gue."

Matahari menunduk. Sebenarnya bukan itu alasannya. Ini semua tentang restu. Orang tuanya melarang dia berhubungan dengan Dewa. Dan kalau saja masih berhubungan dengan Dewa. Sudah pasti Dewa akan kenapa-napa oleh Ayahnya.

"Kita udah nggak bisa buat jadi temen kecil lagi Matahari."

"Kita masih bisa."

"Nggak bisa! Jelas udah beda. Kita bukan lagi anak kecil. Gue gak akan pernah mau putus sama lo."

"Tolong kali ini kamu hargai keputusan aku Dewa. Ini juga demi kamu—"

"Demi gue apanya? Gue bisa hargai apapun keputusan lo. Tapi gak dengan keputusan lo yang ini. Gue nggak akan pernah mau jawab iya ke lo." Dewa masih menatap mata perempuan itu yang sedang memalingkan wajahnya.

"Kamu kenapa sih selalu keras kepala?" Matahari beralih menatap ke arah Dewa lagi. "Dari awal kita pacaran, emang ada persetujuan dari orang tua kita? Nggak ada kan Dewa?" Dewa langsung terdiam.

Matahari mencoba menahan air mata yang hendak terjatuh ke pipi. "Ayah nggak izinin Dewa. Dan Ayah mau aku sama kamu putus. Kalo sampe kita pertahanin, gimana sama kamu Dewa?"

"Aku gak mau kamu kenapa-napa, cuma karena aku."

"Tapi gue selama ini gak kenapa-napa. Dan gue masih bisa berjuang buat lo. Kita cari jalan keluarnya bareng-bareng tanpa ada kata putus." Matahari menggeleng. Dewa memang cowok yang sangat keras kepala. Dia masih bersikeras untuk tidak ingin putus.

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now