EMPAT PULUH DELAPAN

8.3K 535 21
                                    

jangan lupa vote nya bestieh, ramein ceritanya biar aku makin semangat😓

jangan lupa vote nya bestieh, ramein ceritanya biar aku makin semangat😓

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ayo sambil nabung buat jemput Dewa, Matahari dan anak anak ku lainnya😻

untuk novel ku masih ada stok nya ya, jangan lupa CO keburu kehabisan. dan aku udah taruh link harga paket novel Dia Matahari di bio ig tulisansebell, aku tunggu kalian jemput anak-anak ku💜

Happy reading💚

Haris berjalan ke arah Matahari yang berada di ruang tamu. Duduk di samping perempuan itu yang membuat Matahari menoleh dan memberi senyum pada Haris. Matahari sedikit menggesernya.

"Sendirian aja, gak ditemenin sama Abang kamu?" tanya Haris membuat Matahari menggeleng padanya.

"Abang lagi sibuk kayaknya, Yah. Belum ada keluar kamar Abang." kata Matahari membuat Haris mengangguk.

Pandangan Matahari kembali pada televisi yang masih menyala. Dengan di depannya terdapat banyak makanan. Namun Haris hanya menatap Matahari sekaligus pikirannya mengarah pada satu nama, yaitu Dewa. Yang sering kali menolongnya di mana pun ia berada.

"Matahari, Ayah boleh nanya?"

Perempuan itu menoleh. Lalu sebelum menjawab Matahari mengecilkan volume nya terlebih dahulu. "Boleh Ayah, mau tanya apa, Yah?" kata Matahari.

"Laki-laki yang tadi nolongin kamu itu namanya siapa?" tanya Haris.

"Namanya Dewa, Ayah."

"Oh, Dewa." Kemudian Haris mengangguk. "Kamu sama laki-laki itu sudah kenal dari kapan?"

"Aku sama Dewa udah kenal dari kita masih kecil, Ayah." jawab Matahari membuat kening Haris berkerut bingung.

"Dari kecil?"

Matahari mengangguk. "Iya, Ayah. Waktu pas Matahari masih kecil itu Abang pernah ngajakin Matahari ke taman. Nah, gak sengaja ketemu Dewa. Dia lagi main bola waktu itu, terus gak sengaja kena aku. Habis itu dia minta maaf sama aku, terus gak lama kenalan deh kita." jelas perempuan itu pada Haris.

"Aku sama Dewa pernah sempat satu sekolah pas SD. Tapi gak lama, Dewa pindah katanya ke Amsterdam."

"Eh gak taunya pas SMA aku ketemu lagi sama Dewa. Kita satu sekolah, tapi beda jurusan." lanjut Matahari.

"Terus pacaran?" sela Haris.

Matahari terdiam. Matanya tak berani menatap Haris. "Maaf, Ayah. Matahari udah melanggar larangan dari Ayah."

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now