ENAM

27.2K 1.8K 124
                                    

Follow dulu dong kalo mau baca ceritanya. Jangan lupa di vote sama komen

Gratis kok gak bayar, cuman bayar pake vote dan komen kalian aja🙏🏻

Happy reading❤️🦋

"Jangan berekspektasi kepada manusia. Karna manusia adalah sumber kekecewaan." — Dia Matahari

6 Tahun kemudian.

'Ingat Dewa sama pesan Papa ke kamu. Ini untuk sementara aja.'

6 Tahun Dewa menempatkan janjinya untuk kembali ke Indonesia walau tanpa ditemani oleh orang tuanya sendiri. Bagi Dewa ia tak masalah, karna dia sudah remaja. Pastinya bisa menjaga dirinya sendiri di rumah. Sebenarnya Dewa tidak sendirian. Ia ditemani oleh beberapa pelayan sekaligus penjaga di rumahnya. Semua sudah diatur oleh Kenneth untuk Dewa.

Kenneth maupun Riana masih di Amsterdam. Ia masih dengan pekerjaannya yang belum diselesaikan. Jadi mau tak mau Dewa duluan pulang ke Indonesia baru mereka akan menyusul.

Dewa dengan wajah yang cool tanpa berekspresi sama sekali. Hanya menatap datar ke arah semua pelayan yang ada di rumahnya.

"Aden bawa motor atau mau diantar?" tanya salah satu pelayan yang ada di rumahnya.

"Bawa motor." Jaket kulit miliknya pun ia pakai. Mengambil kunci motornya dan langsung berpamit untuk berangkat ke sekolah.

Hari ini Dewa akan menuju ke sekolah barunya. Di mana ia akan menginjak ke sekolah yang cukup terkenal dan viral karna sebuah kasus.

Kasus pembullyan.

Dari tahun ke tahun sekolah yang bernama sekolah SMA Cendrawasih itu sangat terkenal dengan sebuah kasus pembullyan. Dari yang angkatannya Aksa sampai sekarang pun belum diberhentikan. Hingga Aksa was-was ketika Matahari memilih sekolah di SMA Cendrawasih.

"Pagi dunia!"

Matahari tampak semangat. Ia menghirup udara paginya lalu perlahan ia membuangnya.

"Ta, udah belum? Kita semua udah nunggu nih." Aksa memanggil sekaligus mengetuk pintu kamar milik Matahari.

"Iya, ini udah kok."

Saat membuka pintu, Matahari langsung melihat Kakaknya yang sudah memakai jas kantor seperti yang selalu ia lihat di tv.

"Waw! Cocok banget di Abang jas kantornya."

"Bisa aja. Udah ayo."

Mereka pun turun dan langsung menuju ke ruang makan. Sesampainya Matahari langsung disuguhkan dengan suara dari Haris; Ayahnya Matahari.

"Matahari,"

"Iya, Ayah?"

"Saingan di SMA itu berat. Jangan sampai turun. Kamu harus paling tinggi nilainya di kelas."

Sejenak gadis itu diam. Melihat makanan yang ada di mejanya sudah tak mengunggah selera, di pagi harinya ia sudah diperingati untuk harus mengejar kembali nilai-nilai di setiap pelajarannya lagi.

"Matahari usahain Ayah." Hanya bisa menjawab seadanya. Karna gadis itu tiba-tiba menjadi ragu untuk mengejar nilainya kembali.

"Usahain. Ya, harus dong!" celetuk Carisha membuat mereka menoleh. "Itu wajib kamu kejar! Mau jadi apa kamu kalau nilai turun?"

"Apa yang dibilang Mama kamu benar. Itu wajib. Mau jadi apa kamu tanpa nilai?"

Matahari hanya mengulas senyum tipis ke arah kedua orang tuanya. Saat mereka sedang makan, disitulah Matahari menarik napasnya perlahan.

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now