LIMA PULUH LIMA

8.2K 475 74
                                    

sedih banget vote nya kurang, padahal tinggal pencet bintang nya aja loh😔

alesan aku up lama karna vote nya kurang maaf yaa😁✌🏻

gak suka pembaca yang silent riders sukanya yang aktif vote sama komen🫶🏻🫶🏻

gak suka pembaca yang silent riders sukanya yang aktif vote sama komen🫶🏻🫶🏻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

buku Dia Matahari masih bisa dipesan ya bestieh. kalian bisa klik link bio, atau kalian cari di shoppe "Dia Matahari" untuk kalian bisa pilih mau pesen di TBO mana aja🤍

pastinya novel dan di wattpad itu berbeda. bahkan endingnya sekalipun itu beda. masih ada plot twist lagi yang gak aku cantumin di wattpad. jadi jangan lupa untuk jemput anak-anak ku ya🫶🏻

happy reading💖

"Cinta yang paling menyakitkan, ketika tidak mendapatkan cintanya seorang Ibu."

– Ranatasya Matahari –

"Kamu kenapa? Kayak lagi mikirin sesuatu?"

Dewa menoleh pada gadisnya. Dewa yang awalnya hanya melamun langsung tersadar ketika gadisnya bertanya padanya. "Lagi mikirin pacar aku. Kenapa kamu selalu cantik? Kan jadi banyak yang ngelirik kamu nih." katanya pada Matahari yang membuat gadis itu jadi menghela napas sama jawaban Dewa.

"Ih, aku lagi serius tau!!" kesal Matahari pada Dewa sambil menunjukkan wajah kesalnya.

"Oh kamu minta diseriusin sama aku? Yauda, setelah lulus kita langsung nikah." ucapnya ngasal membuat Matahari mencubit pinggang Dewa.

Dewa meringis. "Sakit sayang. Kamu mah nyubit aku gamau pelan-pelan." ucap Dewa sambil mengelus pinggang yang sehabis dicubit oleh Matahari.

"Salah kamu sendiri." Matahari mengabaikan.

Merasa gemas. Dewa menjepit kedua pipi chubby Matahari hingga dia kesulitan bicara. "Ngambek. Gitu aja ngambek kamu. Aku cium nih,"

"Berani kamu cium aku? Aku bilangin Ayah!" Matahari mengancam Dewa.

Dewa tidak peduli. Dia malah membungkuk hingga wajahnya hampir dekat dengan Matahari. "Cium di sini doang," katanya seraya menunjukkan pipi chubby Matahari. "Gemes banget pipi nya, merah kayak tomat." katanya sambil tersenyum.

"Ini di tempat umum Dewa! Diem deh kamu! Jangan kayak gini!" omel Matahari pada Dewa.

Semakin Matahari mengomel disitulah Dewa berkesempatan mencium pipi Matahari agar dia tidak kena marah mulu oleh gadisnya.

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now