EMPAT PULUH SEMBILAN

9.4K 595 48
                                    

setelah aku bakal double up, tolong kerja samanya buat ramein dengan cara vote komen bestieh

satu vote & komen dari kalian itu berharga banget buat para author, itung-itung kalian udah bikin semangat authornya untuk update terus😁

satu vote & komen dari kalian itu berharga banget buat para author, itung-itung kalian udah bikin semangat authornya untuk update terus😁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

buku Dia Matahari masih bisa dipesan ya bestieh. kalian bisa klik link bio, atau kalian cari di shoppe "Dia Matahari" untuk kalian bisa pilih mau pesen di TBO mana aja🤍

pastinya novel dan di wattpad itu berbeda. bahkan ending sekalipun itu beda. masih ada plot twist lagi yang gak aku cantumin di wattpad. jadi jangan lupa untuk jemput anak-anak ku ya💖

Happy reading🧡

"Orang yang tulus itu cintanya tidak main-main. Maka dari itu, jangan pernah kamu menyia-nyiakan orang yang begitu tulus ke kamu." — Ranatasya Matahari

"Rata-rata yang lebih sering menyakiti itu dari orang terdekat kita sendiri." — Dewangga Putra Alvarez

Matahari berkali-kali berdiri namun semenit kemudian kembali duduk. Lalu dia berdiri kembali membuat Haris hanya menatap putrinya yang terlihat gelisah mengkhawatirkan Dewa. Haris tidak menegur. Dia membiarkan putrinya terus seperti itu. Layaknya Haris dulu juga seperti itu ketika dulu Istrinya mengalami kecelakaan. Dia hanya bisa mondar-mandir mengkhawatirkan sang Istrinya dulu yang telah terbaring lemah.

Marquetta ikut menatap Matahari yang seperti itu. Dia berdiri di samping Matahari. Mengulas senyum tipis padanya. "Dewa pasti baik-baik aja kok. Dia anaknya kuat," kata Marquetta berusaha untuk menenangkan Matahari.

Matahari membalasnya dengan anggukan dan senyuman kecil pada Marquetta. Kemudian Dokter yang sudah memeriksa Dewa pun keluar bersama dengan seorang suster.

Ketiganya menghampiri. "Gimana keadaan Dewa Dok? Dia baik-baik aja kan?" tanya Matahari menggebu-gebu.

"Keluarga dari pasien?" tanya Dokter itu yang memandang orang-orang yang ada di depannya.

"Saya Dok." Kemudian mata Marquetta menoleh ke Matahari. "Kalo yang ini pacarnya dari pasien." lanjutnya membuat Matahari menoleh cepat.

"Baik, untuk dari pasien atas nama Dewa. Pasien tersebut telah kekurangan banyak darah. Tapi dia baik-baik saja." kata Dokter itu menjelaskan.

"Apa dia butuh pendonor darah Dok?" tanya Marquetta.

"Tidak perlu. Karna di rumah sakit ini punya persediaan golongan darah untuk pasien Dewa." Ada helaan napas dari kedua perempuan itu mendengarnya.

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now