°3°

368 75 1
                                    

.
.
.
.
.

Satu minggu kemudian.

Setelah sepekan yang Midoriya rasa penuh tekanan dan siksaan, akhirnya dia selesai mempelajari berbagai sikap dan ajaran bangsawan di kediaman Kisami.

Akhirnya tiba waktunya untuk dia memulai perannya sebagai Kisami palsu.

Satu hal yang Midoriya baru tahu, selain pihak pria yang tidak datang melamar langsung, ternyata mereka juga meminta untuk calon pengantin wanita hanya diantarkan ke sebuah tempat yang bukan merupakan kediaman sang pria, sisanya pihak pria yang akan mengambil alih.

Duduk diam di dalam tandu setelah memakai pakaian dan riasan mewah bangsawan, Midoriya tak bisa berhenti gugup selama tandunya terus bergerak maju dibawa oleh empat pelayan keluarga Kisami. Entah ke mana dia dibawa, tapi sepertinya cukup jauh.

Setelah sekitar dua jam tubuhnya terus bergoyang pelan mengikuti gerakan tandu yang menampungnya, akhirnya mereka berhenti.

Tandu diturunkan ke sebuah tempat rendah dan datar. Empat pelayan yang membawanya itu kemudian bergerak ke suatu lokasi di tempat itu yang tidak jauh dari tandunya. Mereka terdengar sibuk mengangkut sesuatu. Midoriya ingin tahu apa yang terjadi, tapi dia tak diizinkan sekedar mengintip keluar hingga sampai di kediaman pria nanti.

"Tunggu di sini, pihak lain akan segera menjemputmu. " ujar salah seorang pelayan dari luar tandu. Midoriya hanya mengangguk pelan, karena dia juga tak boleh bicara kecuali dalam kondisi terdesak.

Keempat pelayan itu pun pergi keluar dengan membawa sesuatu yang terdengar berat. Di dalam, Midoriya berusaha tetap tenang meski kecemasan memenuhi dirinya.

Dia dalam perjalanan menjadi seorang penipu, mungkin nyawanya akan melayang begitu dia ketahuan nanti. Mau tidak mau dia harus berusaha sebaik mungkin untuk mengelabui pihak pria itu.

Sekitar sepuluh menit menunggu, Midoriya mendengar suara langkah dari empat orang yang mendekatinya. Suaranya jelas berbeda dari keempat pelayan Kisami, hal itu membuat jantungnya berdegub sangat kencang. Rasa gugup semakin menguasainya.

"Bersiap, Nona. Kami akan mengangkat tandu. " ujar salah seorang dengan suara yang lembut.

Tak lama kemudian tandunya mulai terangkat. Setelah dia sudah ada di posisi yang aman, tandu mulai bergerak maju. Kali ini dia dibawa dengan langkah yang lebih halus namun tetap cepat. Tubuhnya tak banyak bergoyang karena gerakan tandunya yang minim. Mereka berempat seperti bergerak dengan sangat sinkron.

Midoriya kembali menunggu selama sekitar dua jam perjalanan. Jadi tadi dia hanya diantar separuh jalan. Setelah tandu terasa melambat, Midoriya bisa merasakan jika keempat pelayan itu berjalan dengan semakin berhati-hati.

Tak lama setelahnya tandu diturunkan perlahan hingga menyentuh permukaan datar.

"Terima kasih sudah membawanya kemari. " ujar seseorang yang terdengar seperti pria paruh baya yang kemudian berjalan mendekat ke tandunya.

"Nona, mari keluar. " ajak pria itu.

Midoriya membuka pintu tandu di sampingnya, sosok pria paruh baya itu terlihat membungkuk tersenyum dan mengulurkan tangannya dengan sopan. Dia menerima bantuan pria itu dan perlahan keluar dari tandu.

Setelah berhasil keluar dan berdiri di samping pria itu, Midoriya merasa gugup saat jadi pusat perhatian meski mengenakan penutup wajah karena keempat pelayan masih ada di dekat tandunya.

"Mari, saya antar ke dalam. " ujar pria paruh baya itu lagi. "Kalian boleh pergi. " pintanya pada keempat pelayan dan mereka pergi membawa tandu kosong.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang