°40°

256 40 1
                                    

.
.
.
.
.

Esoknya, Nobu menyamar menjadi salah satu orang suruhan yang terus bersama Hana. Saat masuk ke ruangan Midoriya terakhir ditinggalkan, Hana mengernyit heran.

"Sepertinya dia diobati?"

"Anda tidak mau dia langsung mati, kan? Jadi saya minta seseorang untuk mengurus lukanya," ujar Nobu yang mengenakan penutup wajah.

Hana mendengus. "Yah, tidak masalah kalau dia mati semalam, tapi aku bisa menyiksanya perlahan kalau dia masih bertahan. Bangunkan dia."

Nobu melangkah maju, berlutut di depan Midoriya. Sekilas dia memeriksa, gadis itu masih demam, tapi tidak terlalu tinggi. Pengobatannya berhasil membantu. Menggoyang pelan pundaknya, Midoriya terbangun tak lama kemudian.

"Bawa dia keluar," ujar Hana, yang kemudian pergi lebih dulu dari ruangan itu.

Setelah ditinggal, Nobu membantu Midoriya bangkit berdiri perlahan. "Kau baik-baik saja? Maaf, pengobatanku tidak bisa menyembuhkanmu dalam semalam..."

Midoriya tersenyum kecil. "Kau sudah banyak membantuku, aku tidak apa-apa."

"Kau bisa berjalan? Aku akan membantumu pelan-pelan."

"Ya, terima kasih."

.
.
.

Mereka keluar dari tempat yang ternyata merupakan sebuah rumah besar yang terpencil dari pemukiman. Sepertinya itu memang tempat milik kelompok tertentu.

"Nobu, apa kau tahu di mana ini...?" Tanya Midoriya pelan.

"Tidak, tapi aku tahu ini dekat dengan laut. Hanya saja bukan di sekitar pelabuhan."

Midoriya mendongak ke langit dengan menyipitkan mata karena cahaya terasa begitu silau. Dia memang bisa melihat burung camar sesekali terbang melintas.

Hana terus berjalan hingga mereka tiba di daerah berpasir. Tak lama setelahnya, pemandangan pantai terbuka di depan mereka. Seperti kata Nobu, mereka jauh dari pelabuhan. Midoriya bahkan tidak tahu pantai apa yang dia jejaki meski dia sudah sejak kecil tumbuh di pulau itu.

Hana menoleh. "Tinggalkan dia di sini, kau kembalilah ke rekan-rekanmu."

Nobu diam sejenak. Dia dalam penyamaran, dia tidak bisa menolak perintah itu. Melihat sekilas pada Midoriya yang juga sama tidak mengertinya, dia pun membuat Midoriya duduk di atas pasir sebelum kemudian berjalan pergi.

Namun Nobu tidak benar-benar pergi. Dia bersembunyi di balik pohon-pohon kelapa besar di sekitar pantai. Mengawasi apa yang akan terjadi.

Hana hanya berdiri diam menghadap laut. Sampai sekitar setengah jam kemudian, terlihat sebuah kapal besar berlayar mendekati tepi pantai dari kejauhan.

Lima menit setelahnya kapal itu berlabuh di tepi pantai. Seseorang turun dari kapal, berbicara dengan Hana. Nobu mencoba mengamati kapal itu dari persembunyiannya.

Di pantai tak bernama yang terpencil, sebuah kapal besar, seorang pria paruh baya yang nampak seperti saudagar aneh. Lalu kapal itu... sepertinya dia pernah lihat di suatu tempat.

Saat Hana menunjuk pada Midoriya ketika saudagar itu bertanya, Nobu menyadarinya. Itu kapal perdagangan manusia.

Nobu sudah bersiap akan keluar dari persembunyian dan mencegah hal itu terjadi, tapi dia terhenti melihat banyaknya awal kapal bersenjata di atas kendaraan air besar itu.

Dengan tangan bersiap di atas pedangnya, Nobu terdiam. Dia selalu berhasil menjalankan tugas-tugasnya dengan cara menghindari berhadapan dengan banyak musuh. Bukannya dia tidak pernah terlibat dalam situasi harus melawan sekelompok orang sekaligus, tapi dia hampir tak selamat pada saat itu. Dia tidak akan bisa menyelamatkan Midoriya jika dia sendiri terluka berat.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang