°24°

312 56 12
                                    

.
.
.
.
.

Midoriya membuka kelopak matanya perlahan. Manik emerald yang nampak dari mata sayu itu menatap lemah pada sesuatu yang dia kenali sebagai langit-langit ruangan. Cahaya temaram membuatnya sulit menebak di mana dia berada.

"Midoriya?" Sebuah suara memasuki pendengarannya. Tidak terlalu jelas sehingga dia menoleh pelan ke samping.

Sosok pria bersurai merah nampak di pandangannya. Dia nampak tersenyum lega.

"Kau sudah bangun, syukurlah."

"Kirishima..." suara Midoriya lirih dan serak. "Di mana ini...?"

"Ruang istirahatmu di kediaman utama."

Oh, jadi dia bukan di timur sekarang?

"Kenapa aku di pusat...?"

"Saat aku kembali aku menemukanmu tak sadarkan diri dengan Yang Mulia memegangimu. Aku tak sempat bertanya banyak dan segera membawamu menemui tabib."

"Ah... ya..." Isi kepalanya seperti berkabut, tapi Midoriya ingat dirinya pingsan.

Kirishima mengernyit cemas. "Apa yang terjadi? Tabib menemukan pergelangan tanganmu agak membiru. Berdasar yang kulihat, tidak ada orang lain selain Yang Mulia di sana."

"Uhm... yah, Yang Mulia mencengkeram tanganku cukup kuat..."

"Ada apa? Kenapa Yang Mulia jadi keras padamu?"

"Aku minta izin soal acara minum teh dan... dia marah, tapi entah kenapa emosinya meluap lebih dari yang kukira..."

Seperti yang Kirishima takutkan. Bakugou tak bisa mengontrol emosi akibat rasa cemburunya.

"Apa dia melakukan hal lain? Memukulmu misalnya?"

"Tidak, hanya memegang tanganku saja... tak lama setelahnya aku pingsan."

Cukup melegakan, tapi Kirishima masih cemas jika sesuatu yang lebih buruk akan terjadi. Dia harus melakukan sesuatu untuk mencegahnya.

Midoriya terbatuk pelan, bernapas berat dan hangat. Kirishima mengganti kain kompres yang menempel di kening gadis itu.

"Kau demam tinggi, beberapa hari ke depan kau harus istirahat total. Aku sudah mengabari Sumire dan dia ingin kau untuk dipindahkan ke timur saja besok agar dia bisa merawatmu penuh. Dia khawatir kau tidak bisa beristirahat dengan baik di lingkungan pusat yang sibuk dan ramai."

Midoriya merasa begitu lemas sehingga dia hanya mengangguk pelan. Tak lama kemudian dia kembali terlelap saat mendengarkan Kirishima bicara.

.
.
.
.
.

Esok harinya Midoriya dipindah ke kediaman timur. Saat tandu akan pergi, Kirishima sekilas melihat sekitar dan tidak menemukan sosok Bakugou. Dia belum punya waktu untuk bicara dengan putra mahkota itu sejak kemarin.

Sumire menyambut begitu rombongan datang. Midoriya keluar dari tandu dengan bantuan Kirishima yang kemudian memapahnya. Kepala pelayan itu bergegas meminta Kirishima menempatkan Midoriya di kamarnya.

"Nona, bagaimana perasaanmu?" Tanya Sumire setelah Midoriya berbaring di futon.

"Tak menentu..." gumam Midoriya dengan tatapan sayu.

"Tidurlah, saya akan bangunkan nanti."

Midoriya memejam dan terlelap. Tubuhnya mudah menerima waktu tidur lebih karena memang sedang lemah.

"Apa Nona sudah makan tadi?" Sumire bertanya pada Kirishima.

"Sedikit, tubuhnya lemas dan dia seperti ingin terus tidur, jadi sulit untuk bisa makan."

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now