°13°

334 63 0
                                    

.
.
.
.
.

Pagi ini kediaman utama begitu sibuk. Memang biasanya sibuk, tapi lebih sibuk dari biasanya. Pelayan mondar mandir ke sana sini untuk menyiapkan sebuah ruangan besar yang Bakugou minta untuk menjadi tempat rapat berlangsung.

Rapat kali ini adalah hal yang diadakan hanya beberapa bulan sekali, bahkan bisa hanya sekali dalam satu tahun. Rapat akan dihadiri oleh hampir seluruh pejabat inti negara. Baik yang tinggal di istana ataupun di luar. Karena merupakan rapat penting, kebanyakan pejabat akan membawa serta calon penerus mereka agar bisa mempelajari dan mendapat pengalaman politik lebih awal.

Masao sebagai salah satu pejabat keuangan jelas diundang dalam rapat besar itu. Dia sudah bersiap sejak pagi-pagi sekali dengan istrinya yang sesekali sibuk mengomel soal bagaimana penampilannya harus tetap rapi.

"Pukul berapa rapatnya?"

"Sepuluh."

"Masih ada waktu sebentar lagi kalau begitu."

"Bagaimana dengan Hana? Apa dia sudah siap?"

Ume mengangguk. Hana, anak mereka adalah calon penerus jabatan pengurus keuangan Masao. Memang belum tentu Hana 100% akan meneruskan jabatan ayahnya karena istana masih akan menilai apa dia benar-benar pantas nantinya, tapi Masao tetap mengupayakan untuk mendidik Hana semaksimal mungkin untuk menjadi penerusnya.

Hana sebenarnya tidak keberatan dengan didikan itu, tapi sifatnya yang kerap membangkang dan keras kepala, membuat Masao kewalahan. Seperti saat diberitahu soal rapat besar nanti, Hana sempat menolak ikut, tapi akhirnya dia mau setelah berulangkali dibujuk.

Selesai bersiap, Masao dan Hana pun pergi ke kediaman utama. Mereka bertemu banyak pejabat lain yang datang memenuhi ruangan, juga melihat para calon penerus yang diharapkan akan melewati penilaian istana di masa depan. Ruangan besar itu pun penuh dan riuh akan suara-suara percakapan.

Duduk di kursi yang sudah disediakan untuknya, Masao dengan Hana yang duduk di belakangnya–seperti yang calon penerus lain juga lakukan– menunggu kehadiran Putra Mahkota untuk memulai rapat.

Sekitar pukul sepuluh kurang lima menit, para pelayan berbaris di depan pintu masuk. Seketika seisi ruangan menjadi tenang, semua orang duduk tegak dan menutup mulut.

Bakugou tiba di depan pintu dan memandang sekilas ke dalam ruangan sebelum dia melangkah masuk. Biasanya dia hanya datang bersama Koshi dan Kirishima, tapi kali ini ada orang tambahan yang seisi ruangan tidak duga akan datang.

Midoriya berjalan masuk setelah Bakugou dengan Koshi dan Kirishima di belakangnya. Kedatangannya membuat seluruh perhatian tertuju padanya, karena pasalnya dia jarang terlihat meski sering berada di kediaman pusat.

Masao senang dengan kehadiran calon permaisuri, karena parasnya yang cantik dan hawa kehadirannya yang tenang. Suasana rapat terasa tidak seperti biasanya dengan kedatangan Midoriya yang seperti memberi angin segar baru.

Namun berbeda dengan sang ayah dan hadirin lain yang merasa senang, Hana di tempat duduknya langsung merasa geram begitu akhirnya dia melihat sendiri dengan jelas sosok Midoriya. Dia sejak tadi memandangi sosoknya yang duduk di belakang putra mahkota.

"Posisiku... itu seharusnya posisiku dasar perempuan sial!" Pikiran dan isi hatinya mulai kalut.

"Terima kasih untuk kehadiran kalian semua, mari kita mulai rapat ini." Ucap Bakugou.

Rapat pun dimulai. Dengan banyaknya hadirin maka kesempatan bicara diatur ketat untuk menghemat waktu dan menjaga keefektivn hasil rapat. Pejabat dari berbagai kota menyampaikan pendapat dan keluhan mereka, memberi masukan, saran, dan sebagainya. Bakugou mendengar dan memberi solusi untuk sebagian hal yang bisa langsung dijawab, tapi pejabat lain juga membantu memberikan jawaban atas masalah dari pejabat lain.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now