°7°

349 66 1
                                    

.
.
.
.
.

Midoriya bangun dari tidurnya dengan pemandangan cahaya pagi yang menembus masuk dari tirai jendelanya. Dia bangkit duduk dan mengusap mata, diam sejenak untuk berusaha menyingkirkan kantuk di matanya sebelum berdiri.

Terbiasa langsung mandi begitu bangun, Midoriya berjalan menuju pintu dengan masih setengah sadar. Biasanya Sumire sudah menyiapkan air di pemandian untuknya sebelum dia bangun.

Tangannya menggeser pintu terbuka. Ugh, semalam dia agak sulit tidur karena prajurit yang sibuk berjalan ke sana kemari menjalankan tugas jaganya–

"Selamat pagi, Putri. "

Midoriya hampir terlonjak, kantuknya seketika hilang saat dia menoleh ke arah suara.

Menemukan jika suara itu milik Kirishima, Midoriya kemudian menghela napas lega. Dia jarang mendengar suara laki-laki di kediaman timur, karena semua pelayannya adalah perempuan, jadi panggilan tadi mengejutkannya.

Jenderal itu tersenyum geli. "Maaf, apa saya mengejutkan Anda? "

"Ah, ya. Tidak apa. Aku hanya belum terbiasa dengan kehadiranmu. " Midoriya melihat posisi Kirishima yang berdiri tegak dengan sebelah tangan memegang pangkal pedangnya yang tersarung di pinggang. "Uhm, apa kau berjaga di sini semalaman?"

"Tidak, saya baru berganti jaga dengan prajurit sebelumnya sekitar pukul tiga pagi tadi. "

"Kalau begitu beristirahatlah, kau pasti lelah. "

Kirishima menggeleng. "Tidak perlu, tugas saya adalah menjaga Putri. Saya sudah cukup beristirahat semalam."

Seorang jenderal memang memiliki sikap tegas, Midoriya tidak akan bisa mengalahkan niatnya kalau Kirishima memang tidak mau istirahat.

"Baiklah, terima kasih banyak. Mohon bantuannya, Jenderal."

"Mohon panggil saya dengan senyaman mungkin, Putri. "

"Oh, kalau begitu... Kirishima-san." Midoriya menggaruk pipinya pelan. "Kau juga, tidak perlu terlalu formal denganmu. Aku tidak akan mempermasalahkannya. "

Midoriya hanya tidak terbiasa saja dengan Kirishima yang memanggilnya sebagai 'Putri'. Itu membuatnya merasa semakin bersalah dengan posisinya sebagai penipu.

Kirishima sempat ragu, tapi karena Midoriya terlihat sungguhan tidak mempermasalahkannya, dia pun berpikir.

"Nona? Midoriya-sama? " dia bingung memilih.

"Midoriya saja boleh kok. "

Kirishima terkejut. "Tidak bisa, itu terlalu lancang jika saya memanggil dengan hanya nama."

"Eh... padahal itu lebih nyaman untukku... " cicit Midoriya. "Baiklah, Nona saja kalau begitu. " Sumire dan Koshi, juga para pelayan dan penjaga lain selalu memanggilnya Nona, jadi itu yang paling biasa.

Setelah debat mengenai panggilan, akhirnya Midoriya pergi mandi. Setelah itu Sumire memanggilnya untuk sarapan. Midoriya melihat jika Kirishima berdiri di luar ruang makan sebelum dia mulai makan.

"Kirishima-san. " panggil Midoriya.

Kirishima menoleh. "Ya, Anda perlu sesuatu, Nona? "

"Ya, bisakah kau menemaniku sarapan? "

"Eh? " Kirishima mengerjap bingung.

"Kau belum sempat makan, kan? Masuklah. "

"Tidak apa, Nona. Sudah tugas saya berjaga saat Anda melakukan aktivitas. "

"Tidak akan ada yang terjadi selama aku makan, tenang saja. " bujuk Midoriya. Meski sebenarnya dia juga sedang menyugesti pikirannya sendiri bahwa dia tidak akan terancam sepanjang waktu.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now