°11°

331 65 1
                                    

"Todoroki-san yang tadi datang, apa dia temanmu, Kirishima?" Tanya Midoriya saat mereka hanya berdua di ruang makan.

Kirishima mengangguk. "Ya, kami berdua teman dekat saat aku masih belajar di dojo milik ayahnya."

"Keluarganya mengelola dojo?"

"Benar. Ayahnya, Endeavor-sama pemilik salah satu dojo yang paling terkenal di negara ini. Tempat itu melatih banyak orang yang sekarang diterima menjadi prajurit, panglima, ataupun jenderal istana sepertiku. Bisa dibilang Keluarga Todoroki adalah salah satu pemasok kekuatan negara."

"Itu sangat hebat," puji Midoriya. "Kapan kau diterima menjadi jenderal?"

"Sekitar dua tahun lalu. Sebelumnya aku dikirim untuk mengisi posisi prajurit biasa, baru setelah empat tahun aku mendapat promosi dan naik jabatan."

"Bukankah itu termasuk waktu yang cepat?"

"Yah, bisa dibilang aku beruntung sih."

"Tidak, aku yakin kau memang hebat, Kirishima-kun."

Kirishima tersipu tipis dan mengusap temgkuknya malu. "Sudah mau gelap, sebaiknya kita bersiap kembali ke timur."

Midoriya mengangguk, mereka berjalan kembali setelah seharian libur dari pekerjaan mengurus berkas istana. Tiba di kantornya, sosok Bakugou ada di dalam sana.

Putra mahkota itu menoleh. "Kau sudah kembali."

Midoriya terkejut. "Apa Yang Mulia sudah menunggu sejak tadi? Maafkan saya, seharusnya saya kembali lebih cepat..."

"Tidak, aku baru disini sepuluh menit lalu sejak para petugas sudah mengisi kembali lemarimu dengan berkas yang baru."

"Soal itu... saya sungguh minta maaf... Kegiatan istana jadi terganggu."

"Itu bukan salahmu." Bakugou berjalan mendekat, berhenti satu meter di depan Midoriya. "Aku menunggumu kembali untuk minta maaf soal sikapku tadi." Dia melihat sekitar dengan resah. "Istana sedang sibuk, jadi tanpa pikir panjang aku membentakmu."

"Saya mengerti, tidak apa."

"Sudah mau pulang?"

"Ya, hampir gelap. Sebaiknya saya segera kembali, besok saya akan kembali bekerja dengan baik."

Di belakang Midoriya, Kirishima lega melihat mereka berdua sudah kembali seperti biasa. Dia sempat cemas jika hubungan mereka melonggar karena insiden pagi tadi.

"Mari Nona, kita kembali. Yang Mulia, sampai jumpa besok."

.
.
.

Di dojo, Todoroki hanya berdiri diam di tengah ruangan latihan yang kosong setelah semua murid pergi. Saat itu pengawalnya, Iida Tenya, datang mencari.

"Oh, kau di sini Shoto." Iida berjalan masuk. "Kenapa? Apa kunjungan ke istana tadi kembali terjadi masalah?"

"Tidak, selain berdebat dengan ayahku tidak ada hal buruk lain."

Iida tertawa kecil. "Lalu, ada apa dengan wajah merenungmu itu? Pasti ada sesuatu."

"Yah... aku hanya baru tahu soal sebuah hal."

"Apa itu?"

"Di taman istana, aku bertemu dengan sosok gadis yang asing. Kukira dia anak pejabat yang belum pernah kulihat, tapi ternyata dia adalah calon permaisuri."

"Apa? Calon permaisuri?" Iida terkejut. "Yang Mulia sudah akan menikah?"

"Mereka sudah bertunangan saat ini."

"Eh.... kenapa kita tidak tahu soal itu?"

"Kirishima yang menjadi pengawal pribadinya bilang pertunangan saat itu memang hanya dihadiri oleh orang-orang yang tinggal di istana. Hal mengenai calon permaisuri adalah rahasia, jadi sebisa mungkin hanya sedikit orang yang tahu. Ayah juga bilang Yang Mulia ingin kita merahasiakannya sampai mereka menikah nanti."

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu