°22°

294 55 6
                                    

.
.
.
.
.

Bakugou tiba di depan pintu sebuah ruangan. Dengan hati-hati dia menggeser pintu dan cahaya dari lorong menyorot masuk ke dalam ruangan yang lebih temaram. Dia masuk ke dalam dan kembali menutup pintu.

Berjalan dengan langkah sesenyap mungkin, Bakugou kemudian duduk bersimpuh di samping futon yang memiliki seseorang yang berbaring di atasnya.

Midoriya tertidur lelap dengan suara napas lembut dan stabil. Namun manik crimson Bakugou bahkan bisa melihat bahkan dari raut tidurnya jika gadis itu lelah.

"Kerja bagus." Bisik Bakugou yang hampir seperti bergumam tipis. Dia hanya tidak ingin membangunkan Midoriya yang setahunya bisa terbangun hanya karena hal kecil.

Melihat bagaimana Midoriya begitu bekerja keras membuat Bakugou tidak lagi bisa memandangnya sebelah mata. Gadis itu bukan lagi perempuan kikuk yang baru datang ke istana, dia sudah menjadi sosok yang banyak berpengetahuan dan menanggung tugas penting. Bukan hanya sebagai kepala organisasi, tapi sebagai calon permaisuri yang menjanjikan di masa depan.

Jemarinya membenahi sedikit rambut yang menutupi kening Midoriya seraya dia menatap ke wajah gadis itu. Dia berharap rencana yang sudah Midoriya buat dengan segala usaha akan membawakan kabar baik segera.

Tak ingin menganggu lebih jauh, Bakugou beranjak berdiri dan meninggalkan kamar itu dalam diam.

.
.
.
.
.

Kirishima duduk bersimpuh dan meletakkan nampan kayu berisikan cangkir air dan beberapa obat ringan di sampingnya.

Midoriya terbatuk pelan. Pagi tadi dia bangun dengan tubuh yang lebih lemas dibanding kemarin, jadi dia masih ada di ruangan istirahatnya meski hari hampir beranjak siang. Tabib sudah dipanggil untuk memeriksa dan mengatakan jika Midoriya hanya kelelahan dan perlu banyak istirahat.

"Ini, obat untuk demam ringan dan batuk." Kirishima menyerahkan dua butir obat dan secangkir air.

"Terima kasih." Midoriya menerima dan segera meminum dua obat itu. "Apa ada kabar dari kapten panglima?" Tanyanya seraya menyerahkan kembali cangkir airnya.

"Belum, tapi juga belum ada kabar buruk yang terdengar, jadi kurasa semua baik-baik saja di sana."

"Begitu..."

"Jangan khawatir, serahkan saja pada mereka. Panglima itu mengatakan sendiri dia akan mengemban rencana baru dengan segenap jiwanya. Aku yakin dia akan berhasil."

Midoriya tersenyum, mengangguk pelan. "Apa Yang Mulia kembali sibuk di luar istana hari ini?"

"Ya, dia sudah pergi saat aku melihat ke ruang kerja. Ada apa? Apa kau merindukannya?" Tanya Kirishima dengan isengnya.

Midoriya hanya menghela napas. "Lagi-lagi, apa aku tidak boleh sekedar bertanya?"

"Haha, tentu tidak. Akan bagus kalau kalian saling merindukan satu sama lain."

"Yang Mulia sudah pernah pergi selama sebulan, tidak melihatnya sehari bukanlah masalah besar."

"Segera kau akan merindukannya meski hanya sehari."

"Berhentilah mencoba meramalkan hidupku."

"Itu bukan hal buruk untuk jadi kenyataan."

Midoriya mendengus. Kalau Kirishima sudah mulai iseng begitu maka percakapan mereka tidak akan kunjung selesai jika Midoriya terus menjawab. Dia pun memilih untuk kembali tidur saat obatnya mulai membuat kantuk datang.

.
.
.

Todoroki hari ini datang atas perintah Endeavor yang berhalangan hadir. Namun karena Bakugou juga sedang tidak di istana, dia pun diminta untuk menunggu sejenak jika tidak keberatan.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now