°31°

266 46 9
                                    

.
.
.
.
.

Midoriya berlari sekuat tenaga menembus kegelapan malam. Dengan sedikit mengangkat rok gaunnya, dia berusaha agar tak dengan ceroboh tersandung jatuh atau semuanya akan kacau.

Usai membuat kegaduhan dengan membakar jerami di lantai penjara, Midoriya yang diam-diam telah merusak kunci sel bergegas melarikan diri melewati jalur belakang penjara yang tidak akan dijaga ketat saat kekacauan terjadi. Sebenarnya itu hanya dugaannya saja, tapi semua berjalan sesuai rencana.

Pelarian berlanjut hingga keluar istana. Kegelapan malam, kekacauan, dan para prajurit lelah berjaga malam membuat Midoriya kabur tanpa halangan.

Kecacatan dalam penjagaan istana biasanya akan membuat Bakugou geram, tapi kali ini hal itu adalah hal melegakan bagi Midoriya. Berkat itu dia berhasil meninggalkan istana.

Namun di tengah seluruh kelancaran rencananya, ada satu masalah. Setelah cukup jauh dari istana dan menemukan tempat aman untuk sementara bersembunyi, Midoriya berhenti setelah memaksa stamina dan napasnya untuk bertahan saat terus berlari.

Midoriya menoleh ke belakang. "Giro-san, kenapa kau mengikutiku?" Tanyanya dengan terengah. "Sudah kukatakan untuk cukup membantuku merusak kunci, kau seharusnya tetap di dalam sel."

Wakil jenderal itu tersenyum di tengah napasnya yang berantakan. "Nona, kau sedang sakit, kan? Aku tidak bisa membiarkanmu pergi sendirian."

"Kau belum benar-benar sembuh dari lukamu kau juga akan terkena imbas dari mengikutiku pergi."

"Tidak masalah. Itu lebih baik dibanding menetap di penjara penuh bawahan Ren sialan itu."

Midoriya mengernyit cemas mendengar keputusan itu. "Apa kau baik-baik saja? Lukamu terbuka?"

Giro menyentuh perban di dadanya yang sedikit dirembesi warna kemerahan. "Tidak perlu khawatir, ini akan segera sembuh dalam waktu dekat. Tubuhku kuat. Bagaimana dengan Nona sendiri? Nona baik-baik saja?"

Midoriya mengangguk. "Ya." Obat dari tabib bekerja lebih baik dari biasanya. Hasil kerja keras Sumire untuk menyiapkan obat terbaik bersama tabib sebelum dia pergi.

"Kita bisa diam di sini sebentar, tapi prajurit pasti akan segera melakukan pencarian, jadi kita harus pergi ke tempat lain–"

Midoriya berhenti bicara saat Giro tiba-tiba mengisyaratkan untuk diam dan melihat waspada ke sebuah arah. Mereka masuk ke gang kecil. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi menurut saat Giro memintanya bersembunyi di belakang punggungnya.

Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah seseorang. Berlari namun dengan berjinjit.

Giro masih waspada saat Midoriya mendengar sesuatu yang lain.

"Nona. Nona!"

Dia langsung mengenali suara seruan yang lirih itu.

"Sumire. Giro-san, panggil dia ke sini."

Kepala pelayan itu langsung menghamburkan pelukan erat pada Midoriya. "Saya lega Nona berhasil kabur."

"Kenapa kau mengikutiku? Itu bukan rencana kita."

"Saya yakin Giro juga seharusnya tidak ada di sini." Sumire menoleh melihat Giro yang mengangguk. "Saya mencemaskan Nona, harus ada seseorang yang mengurus soal penyakitmu sekarang."

"Aku akan baik-baik saja." Midoriya menghela napas. "Baiklah, kalian sudah terlanjur di sini. Tidak mungkin aku meminta kalian kembali ke istana."

"Ke mana kita harus pergi sekarang?"

"Aku belum ada rencana ke mana jelasnya," jawab Midoriya. "Tapi kita akan menemukan sebuah tempat."

"Kalau belum ada rencana, saya punya ide." Celetuk Sumire.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now